Dalam setiap event atau momen yang dilakoni, sangat jarang bisa menemukan wajah saya menghias frame demi frame yang berupaya merekam ekspresi, aktifitas, waktu ataupun keindahannya, lantaran pelaku perekaman gambar ya tak lain tak bukan, saya sendiri. Jadi kalaupun beruntung bisa menemukan sosok saya berada didalam momen yang sama, artinya ada kawan yang berkenan mengambil gambar meski dalam posisi yang tak sadar kamera.
Saya memang lebih suka mengambil gambar yang merekam banyak hal tadi. Mengingat dari situ, kelak saya bisa menggambarkan suasana maupun kenangan yang ada didalamnya. Kehangatan dan kebersamaan, juga maksud yang ingin disampaikan.
Selfie atau foto diri, baik yang posenya diambil oleh orang lain dengan sengaja atau dimintakan tolong, pun dengan cara swafoto atau sendirian mengandalkan fitur selftimer pada kamera, sudah saya lakukan jauh hari sebelumnya, sekitar 20 tahun yang lalu, tepat saat mulai memiliki kamera digital sendiri meski dengan resolusi gambar yang menyedihkan.
VGA alias 0,5 MP dimana hasil cetaknya masih dipenuhi banyak bintik dengan bias cahaya berlebih.
Berhubung jaman itu belum ada area viewfinder ataupun ponsel yang bisa meremote perekaman gambar, keberuntungan hasil pengambilan adalah hal yang patut disyukuri. Meskipun ada beberapa hasil gambar menjadi miring lantaran sesaat sebelum jepret, perangkat oleng dihembus angin, selama masih bisa ditolerir, tinggal crop dan rotate via sotosop. Urusan gampang lah itu.
Comments
Post a Comment