Skip to main content

Nyaman berkendara dengan Yamaha XMax 250

Cerita pertama mengaspal di jalanan bareng XMax 250 kemarin itu, rasanya saya masih terbayang-bayang kisah lama dengan si merah Scorpio 225. Belum bisa Move On nih kayaknya.

Tapi setelah dipikir-pikir ya, ini kan motor matik, bukan motor lakik… jadi ya bayangan masa lalu sepertinya harus dibuang jauh-jauh mengingat yang baru gres ini toh tampaknya sudah mampu memenuhi harapan saya sebelumnya, akan motor yang bisa membawa serta dua bayi kemana-mana dalam jarak dekat.
Yuk simak cerita baru kali ini.

Nyaman berkendara dengan Yamaha XMax 250

Yup. Bener…

Nyaman banget saat digunakan berkendara seputaran kota sejauh ini.

Manuvernya oke.
Dibawa zig zag pun ayo.
Ngebut ?
Meski agak khawatir karena belum menguasai medan, asik-asik aja saat menggeber gas track lurus.
Yang bikin mikir hanya saat mendekati halangan atau persimpangan, kedua tangan belum bisa reflek menekan rem dua sisi. Sementara kaki masih spontan mengganti tuas gigi laiknya motor lakik.

Dudukan sadel yang tinggi membuat saya agak susah untuk menaiki motor. Kaki musti ngangkang dulu biar bisa sukses mendarat, kalo ndak gitu siap-siap saja kaki kanan bakalan terantuk bodi motor. Syukur-syukur kena permukaan lembut. Lha kalo kena pegangan tangan boncenger ? Duh… sakitnya minta ampun, pernah alami awal awal kemarin.

Bobotnya aslinya lumayan berat. Tapi pas diajak menjelajah jalanan Badung Jumat pagi kemarin, lincak banget Mak. Apalagi pas nikung, ndak terasa bawa motor besar.
Dengan kecepatan 60-80 kmh, mulusnya aspal makin mempercepat akses ke kantor-kantor desa dan kelurahan tujuan. Ada 10 lokasi yang saya capai dalam durasi 2 jam-an.
Sayangnya, ni motor gak rekomend buat masuk ke jalanan offroad paving yang kondisinya benjut. Kacau barbie pas menyusuri jalan shortcut Tibubeneng – Canggu, atau ruas Kabupaten Tabanan di wilayah Mengwi Selatan.

Dengan total perjalanan hingga 70an KM dalam sehari, Yamaha XMax 250 saya rekomend deh buat kalian yang bertubuh besar kek saya.
Utamanya juga bagi kalian yang menginginkan kebebasan buat kedua kaki saat berkendara.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian