Skip to main content

Yamaha XMax 250, Matic Jumbo kelas Premium

Wara wiri di seputaran kota Denpasar dan Kabupaten Badung selama seminggu terakhir diatas Yamaha XMax 250, rasanya memang jauh berbeda jika dibandingkan dengan pengalaman terdahulu menggunakan motor lakik Yamaha Scorpio 225, yang kini sudah melanglang jauh ke Indonesia timur bersama pemiliknya yang baru.
Perjalanan panjang tak lagi terasa jauh dan melelahkan.
Bisa jadi lantaran posisi duduk yang bisa diatur dalam tiga set pengaturan kaki, dan salah satunya mirip dengan pose rider motor besar tipe jelajah.
Khusus satu ini tentu dengan kelebihan aktifitas kaki dibebaskan dari semua beban serta tanggung jawab.
Nyamannya bukan main.

Yamaha XMax 250, Matic Jumbo kelas Premium.
Harganya masih tergolong muahal dan tak masuk di akal untuk kelas motor dengan mesin satu silinder. Ini pendapat seorang kawan yang lulusan Teknik Mesin.
Mengingatkan saya pada produk sebuah smartphone yang dibanderol seharga motor matic baru kelas pemula, utamanya saat mengetahui jeroan yang digunakan tergolong rendah untuk kelas masa kini.
Sepertinya ia lupa, bahwa ada banyak pertimbangan lain yang menyebabkan motor matic berukuran jumbo ini dilego kisaran 56,6 Juta on the road wilayah Bali.

Selain kenyamanan berkendara tadi, secara perlahan pada akhirnya bisa juga beradaptasi dengan si bongsor satu ini.

Dari membuka tangki bahan bakar yang ada di sisi bawah depan jok, membuka kompartemen kiri untuk menyimpan kedua ponsel, membuka bagasi hingga mengunci setang yang sebenarnya bisa dilakukan dengan mudah.
Termasuk saat bermanuver disela kendaraan berlalu lintas ramai, menarik tuas rem dadakan atau ngetem di persimpangan lampu merah dengan pandangan kagum dari belasan mata yang ada.

Konsep premium Yamaha XMax 250 inipun kerap terlintas di kepala. Penampilan digital speedometer laiknya kendaraan roda empat, rasanya bakalan membutuhkan dana pemeliharaan tinggi apabila terjadi kerusakan atau gangguan satu saat nanti.
Begitu juga ketiadaan starter kaki. Rasanya bakalan kesulitan saat motor mogok di jalan. Musti cari akal agar tak sampai kejadian sampai sejauh itu.
Eh tapi kenapa ketiadaan starter kaki bisa saya katakan sebagai bagian dari konsep premium sebuah kendaraan bermotor ? Ya lihat saja kelas kendaraan roda empat. Gak ada starter kakinya juga kan ya ? He…

Cuma saya masih agak ragu saat meninggalkan Yamaha XMax 250 ini di keramaian parkir.
Selain manuvernya susyah jika sampai terjebak ditengah-tengah area, fungsi kunci yang tanpa kunci atau dikenal dengan istilah immobilizer ini, bakalan mampu menjaga kendaraan dari tangan tangan jahil ?
Karena ketika meninggalkan motor dalam kondisi off tanpa kunci setang, kendaraan akan mudah dinyalakan kembali saat saya masih berada di sekitar motor untuk sebuah keperluan. Kalo masih bisa dilihat sih syukur. Lha kalo terhalang tembok ?
Ya wajib kunci setang tentu saja biar ndak khawatir.

Hingga saat ini, ni motor sudah melahap jalanan sepanjang 300an KM tanpa adanya gangguan yang berarti. Hanya saja agak kurang nyaman saat diajak ke ruas jalan dengan kontur kasar seperti paving, atau permukaan lain yang dalam kondisi rusak.

Secara keseluruhan, ni motor matic jumbo cukup memuaskan saya kok. Apalagi agenda awal untuk menggantikan sosok Scorpio 225 sudah tercapai sesuai harapan.
Cuma memang musti rela menahan diri untuk memodif atau variasi motor di awal-awal ini. Secara nilai memang tergolong premium dibanding motor lain. Mungkin nanti setelah berumur setahun dua, bakalan ada perubahan penampilan dengan memanfaatkan cutting sticker besutan Anreas Bali Modification kelak.

Kalian ndak tertarik ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

PimPro, Apaan sih Itu ?

PimPro Kalian yang sudah masuk dunia kerja, utamanya yang bergerak di bidang konstruksi, saya yakin pasti pernah dengar istilah Pimpro. Baik yang berkonotasi Negatif ataupun Positif. Demikian halnya saya. Pertama kali mendengar istilah PimPro kalo ndak salah ya pas baru-baru jadi Pe eN eS. Yang saat diceritakan oleh pimpinan saat itu, apa tugas, kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang Pimpro, Bagi saya pribadi sih lebih banyak Negatifnya. Ini jika dilihat dari kaca mata kebenaran. Bukan pembenaran. Image besarnya Power seorang Pimpro makin dikuatkan saat saya mengobrol ngalor ngidul bersama seorang pejabat fungsional di tingkat Provinsi saat berkesempatan menginap sekamar *bukan seranjang ya* sewaktu ditugaskan ke Indonesia Timur berkaitan dengan pemanfaatan dana ABPN dua tahun lalu. Dari ceritanya, ya memang benar bahwa seorang PimPro apalagi di era Pak Harto menjabat dulu sebagai Presiden RI ke-2, punya kekuatan besar yang begitu memanjakan hidup dan keseharian yang bersa...