Skip to main content

Menghapus Akun FaceBook PanDe Baik

Saya mengenal FaceBook, akun jejaring sosial yang fenomenal itu sekitar tahun 2008, tepatnya saat Presiden Barrack Obama memulai masa kampanye pertamanya lewat jejaring yang sama, informasi dari mailing list Bali Blogger Community saat itu.

Belum banyak yang menggunakan, saya lihat. Jadi secara manfaat dan tujuannya saat itu pun belum begitu pasti apa maunya. Baru mulai intens sekitar tahun 2009 dan 2010, tepatnya saat kesibukan baru muncul, dari keterlibatan dalam pembentukan LPSE Badung, aktifitas Yowana Paramartha Warga Pande dan rencana Reuni SMAN 6 Denpasar Angkatan 92. Dari sinilah manfaat itu mulai dirasakan.

Mendekatkan yang Jauh… sekaligus Menjauhkan yang Dekat.

Bagi yang paham betul arti pertemanan di FaceBook, saya yakin paham juga makna kalimat tadi.

Sejak memiliki akun FaceBookn banyak akun pertemanan yang datang dan pergi. Baik dikenal dengan baik ataupun malah gak kenal sama sekali.

Tak terhitung berapa kali saya melakukan sweeping daftar teman yang dimiliki. Mengingat dari ratusan yang ada, tak semua mau berinteraksi, sekedar like atau comment maupun bertukar sapa dan informasi. Yang tergolong kategori ini, umur pertemanan gak begitu lama, akibat adanya sweeping dan penghapusan. Jadi bisa dikatakan yang bertahan hingga akhir waktu adalah daftar teman dalam arti yang sebenarnya. Baik dalam dunia kerja, pesemetonan hingga dunia maya.

Yang sayangnya ada juga beberapa diputus secara paksa hingga pemblokiran akibat dari perlakuan yang tidak mengenakkan. Kasihan juga sih sebenarnya mengingat dalam dunia nyata mereka ini ya teman baik saya juga. Namun karena tidak ingin terjadi hal-hal buruk kedepannya sebagaimana efek samping akun FaceBook pada umunya, sayapun melakukan tindakan block tersebut meski diprotes keras secara langsung. Prinsipnya hanya satu, FacoBook hanya untuk bersenang-senang. Jangan sampai balas membalas komentar, yang kemudian menjadi cemoohan dan makian mengubah pertemanan yang ada menjadi permusuhan. Apalagi proses Update Status begitu mudah kita publikasi baik saat sedang marah, sedih maupun senang sekalipun.

Berbagi foto, Berbagi kisah, Berbagi saran. Semua dilakoni dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Namun kita lupa bahwa saat kita berupaya mempublikasi hal-hal yang bersifat pribadi, secara cepat informasi itu akan dimanfaatkan oleh orang lain, baik secara positif hingga negatif, yang kebanyakan membahayakan posisi si pemilik akun, walaupun tak disadari secara penuh.

Nampaknya kejenuhan mulai melanda dan keputusanpun diambil.

Saya menutup akun FaceBook atas nama PanDe Baik.

Disamping itu juga, keasyikan yang tercipta dalam kurun satu tahun terakhir rasa-rasanya menyita cukup banyak waktu luang yang seharusnya bisa saya manfaatkan lebih banyak untuk pekerjaan, anak-anak, bersosialisasi, olah raga hingga mengupdating isi blog yang kini sudah mulai terbengkalai. Nasib blogger yang setahu saya sudah mendera sejak microblogging menghantui mereka. Dan saya, baru saat ini kena batunya.

Bergabung dengan berbagai group yang memanjakan keseharian, sharing berita dan cerita mengharukan hingga membahayakan, begitu menyita perhatian kita dari berbagai hal yang seharusnya malah mendapat perhatian dan waktu yang lebih banyak. Apalagi saat menonton beberapa video yang menyindir kehidupan dunia maya kita, membuat miris dan dengan segera ingin menyingkirkan semuanya dari hadapan.

Bangun pagi, yang diambil pertama kali adalah ponsel, memeriksa apa saja yang kita lewati saat tidur di dunia maya. Akun FaceBook, Twitter, Instagram, Path dan seterusnya. Begitu tiba di meja kerja, dilakukan lagi. Disela jam kerja, lagi dan lagi. Saat makan siang, disempatkan sambil mengambil gambar makanan yang kita nikmati. Sore hingga jelang tidur, disempatkan lagi. Berapa banyak waktu yang saya habiskan hanya untuk bersosial media ?

Maka mohon maaf jika ada yang masih bertanya ‘kenapa saya harus menutup akun FaceBook, bukannya dibiarkan untuk memantau jika dibutuhkan ? masalahnya adalah Addicted tadi. Kecanduan bila tak dijenguk sehari. Jadi lebih baik ya dihapus saja sekalian. Dengan harapan, saya gak akan mampu kembali dan melihatnya lagi. Toh kalian gak akan putus kontak dengan saya begitu saja. Masih banyak alternatif lain yang bisa digunakan untuk itu.

Bye Bye FaceBook…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian