Skip to main content

PKS (Pavingisasi Kebut Semalam)

Oke, meski sebenarnya bukan dalam hitungan semalam, namun tetap saja perintah dadakan yang turun Sabtu Malam 22 Juni lalu benar-benar memaksa otak dan perilaku kami untuk bisa menyelesaikan pekerjaan dimaksud dalam semalam.

Sabtu siang sebenarnya masalah sudah clear. Pekerjaan yang kami lakukan di jalan Telagawaja, sudah sesuai dengan rencana, hanya ditangani sepanjang 226 meter panjang. Sayangnya, lantaran perubahan informasi yang disampaikan ke pimpinan lebih mengarah pada ABS, maka putusan untuk segera menangani infrastruktur pada jalur jalan menuju pantaipun dijatuhkan yang secara praktis membuat makan malam bareng anak dan istri jadi terganggu dan terbebani.

Jalan Telagawaja Kelurahan Tanjung Benoa, harus selesai ditangani dengan permukaan paving hari Senin Sore. Edan… bathin saya waktu itu.

Bukan apa-apa, namun dengan target waktu hingga Senin sore dari Sabtu Malam, praktis waktu efektif yang saya dan tim miliki hanya 1,5 hari saja, mengingat segala sesuatunya belum ada kepastian apakah bisa dikerjakan atau tidak.

Setidaknya ada 4 (empat) hal yang harus saya dapatkan kepastiannya. Pertama, kesediaan dan kesiapan finansial Rekanan yang saat ini sedang melakukan pekerjaan di lokasi, kedua adalah kesiapan Material baik Paving, Pasir maupun Kansteen dan Ketiga adalah ketersediaan pekerja atau SDM untuk bisa melakukan Pemavingan Kebut Semalam… Sedang pertimbangan terakhir, lebih mengarah pada keputusan yang harus diambil untuk mengalihkan volume yang kini sedang ditangani di sekitar lokasi, demi menutupi volume pekerjaan yang ingin dilakukan.

Sialnya, malam itu tak satupun anggota tim dan Rekanan yang dapat saya hubungi per telepon, sehingga alternatif satu-satunya yang bisa dicoba adalah kembali pada sms. Tentu dengan pertimbangan, dan kelengkapan informasinya. Untuk mengisi kekosongan koordinasi, sayapun memilih untuk mencicil rancangan pekerjaan, sejauh mana volume dibutuhkan di lokasi.

Minggu Pagi, usai melaksanakan rutinitas, sayapun meluncur ke lokasi kegiatan yang jarak tempuhnya minimal satu jam perjalanan. Itupun jika traffic lalu lintas lantjar djaja tanpa kemacetan yang berarti. Sebagai informasi, jalan Telagawaja kelurahan Tanjung Benoa ini posisinya kurang lebih di ujung kaki pulau bali, dan akses yang mutlak dilewati adalah simpang siur Kuta, persimpangan Bandara, Kampus Unud dan terakhir BTDC atau Bualu.

Jauhnya jarak tempuh dan faktor kemacetan yang sulit ditebak, membuat saya mengambil keputusan untuk melaluinya dengan Scorpio merah ketimbang kendaraan roda empat. Setidaknya keputusan ini masih tergolong tepat lantaran hari minggu pagi tersebut, jalan sedari wilayah Tuban hingga persimpangan kampus Unud dan Bualu, padat merayap cukup parah. Infonya sih lantaran gelaran Triathlon Biznet yang diadakan di Jimbaran dan Nusa Dua.

Harus diakui, bahwa proses untuk memulai satu pekerjaan baru (apalagi dadakan), membutuhkan pemahaman yang tidak sedikit, akan kondisi lapangan, situasi pula sosialnya. Dengan segala upaya untuk menghubungi pihak pelaksana, pengawas hingga berkoordinasi dengan pihak Kecamatan, Kelurahan, Kepala Lingkungan hingga tingkat Kapolsek, dengan satu tujuan agar kegiatan bisa segera dilaksanakan.

Satu persatu pengalaman nyata itu hadir sebagaimana pinta pada-NYA selama ini. Dan mungkin memang inilah jalan yang harus ditempuh untuk bisa mengenal lebih jauh bidang yang saya lakoni beberapa minggu terakhir.

Kelegaan awal baru bisa dirasakan saat para pekerja memulai kegiatan tanpa adanya kendala besar sejauh ini. Namun rupanya siapapun tidak bisa menebak bagaimana proses selanjutnya.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

PimPro, Apaan sih Itu ?

PimPro Kalian yang sudah masuk dunia kerja, utamanya yang bergerak di bidang konstruksi, saya yakin pasti pernah dengar istilah Pimpro. Baik yang berkonotasi Negatif ataupun Positif. Demikian halnya saya. Pertama kali mendengar istilah PimPro kalo ndak salah ya pas baru-baru jadi Pe eN eS. Yang saat diceritakan oleh pimpinan saat itu, apa tugas, kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh seorang Pimpro, Bagi saya pribadi sih lebih banyak Negatifnya. Ini jika dilihat dari kaca mata kebenaran. Bukan pembenaran. Image besarnya Power seorang Pimpro makin dikuatkan saat saya mengobrol ngalor ngidul bersama seorang pejabat fungsional di tingkat Provinsi saat berkesempatan menginap sekamar *bukan seranjang ya* sewaktu ditugaskan ke Indonesia Timur berkaitan dengan pemanfaatan dana ABPN dua tahun lalu. Dari ceritanya, ya memang benar bahwa seorang PimPro apalagi di era Pak Harto menjabat dulu sebagai Presiden RI ke-2, punya kekuatan besar yang begitu memanjakan hidup dan keseharian yang bersa...