Skip to main content

Liburan Singkat ke Thailand

Jalanan sepanjang Kota Denpasar menuju Bandara Ngurah Rai siang itu sebenarnya gak macet-macet amat, namun perjalanan kali ini cukup memakan waktu sedikit lebih lama ketimbang biasanya. Panasnya matahari di jumat siang berbaur dengan debu proyek yang dikebut di persimpangan Patung Dewa Ruci, cukup menambah mual perasaan yang sudah kadung kangen dengan tiga bidadari padahal belum lama ditinggalkan.

Berharap waktu bisa berjalan cepat, hingga 4 hari yang akan datang bisa terlewati tanpa beban. Kali ini bukan lagi Tanah Jakarta yang diinjak, tapi bagian bumi lain yang begitu bangga dengan maskot Gajahnya.

Thailand merupakan salah satu negara yang masih menjunjung tinggi pemerintahan Monarki. Dipimpin oleh raja Rama IX, kondisi kota sebetulnya tidak jauh berbeda dengan Jakarta yang tahun lalu kerap aku kunjungi. Hanya saja jauh lebih bersih dan tertib. Menyusuri jalanan dari bandara menuju tengah kota, aura budaya Thailand sungguh terasa. Rasanya tak jauh beda dengan rumah sendiri yang memang memiliki bentuk nyaris sama. Hanya disini sejauh mata memandang, tetap terlihat gedung pecakar langit layaknya Jakarta.

Dilihat dari segi penataan infrastruktur serta rupa gedung, sempat mengingatkan pada wajah jalan Gajah Mada Denpasar yang memiliki lebar jalan lebih sempit ketimbang Thailand. Namun sekali lagi, wajah sampah tak terlihat menjolok disini.

Masuk ke dalam Kota Bangkok lebih jauh, perbedaan alam dan jalan rayanya mulai terasa dengan Denpasar atau Jakarta.

Hampir tak ditemukan Baliho dan Poster wajah para pejabat, para tokoh atau pemimpin Ormas maupun Korlapnya, beradu ramai mengucapkan Selamat hari ini itu lengkap dengan gaya lebay dan wajah sok sucinya. Yang terlihat disini lebih dominan adalah wajah sang Raja dari masa remaja hingga dewasa dan tua, didesain dalam bentuk monumen kecil ditengah median taman kota, atau gedung dan bangunan tinggi berbalut lapisan warna emas senada. Jadi jauh lebih bersih dan nyaman, baik bagi mata pengunjung atau wisatawan yang menginjakkan kakinya di Thailand maupun bagi masyarakat lokalnya. Berharap sekali, pemerintah Daerah di negeri Bali ataupun Indonesia bisa setegas itu menyikapi semrawutnya baliho ormas ataupun calon pejabat yang alay bin lebay itu.

Jika di Bali, rata-rata penganut agama Hindu memiliki tempat memuja Tuhan dan Dewa Dewinya di pekarangan rumah sendiri, demikian halnya dengan pemeluk Agama Buddha di Thailand. Hampir di setiap rumah yang kami lihat di sepanjang jalan yang dilalui, terdapat satu bentuk bangunan unik dan khas berlapiskan warna emas, sebagai tempat pemujaan mereka sehari-hari. Maka itu, keakraban warna yang ditemui pun makin memberikan rasa nyaman seperti halnya berada di rumah sendiri.

Menghabiskan hari dijalanan Kota Bangkok Thailand rasanya belumlah lengkap jika tak menyentuh sisi kulinernya yang rata-rata memiliki rasa asam dari sumbernya kalo tidak salah sih buah Nenas. Rasa asam ini dapat ditemukan hampir di semua masakan yang disajikan dalam makan pagi, siang maupun malam, kecuali untuk Nasi Putih, Telur dan Lalapan sayur. Maka bisa ditebak, jika sudah tak menyukai rasa masamnya, hanya tiga jenis ini saja yang paling kerap dilirik. Meski ada juga masakan yang di Indonesia memang kerap disajikan dengan rasa asam, maka masakan tersebut bolehlah menjadi pilihan.

Namun sekali waktu saat makan siang, sempat pula disajikan Menu Buffee yang memberikan banyak pilihan termasuk Sushi dan Wasabi asal Jepang. Sayangnya saking edannya rasa Wasabi, sampe gag berani melanjutkan aksi coba kuliner lebih jauh dan memilih menikmati segelas penuh es krim cokelat di tambah kacang merah :p

Balik ke Jalanan kota Bangkok Thailand, entah mengapa gag terlihat satupun Pengemis dan Pengamen yang menghampiri saat berada di persimpangan lampu merah ataupun kawasan wisata Budaya macam Angkor Wat dan lainnya. Ada yang tahu kenapa ?

Jadi hampir seluruh waktu yang dijalani selama Liburan kali ini, bisa dinikmati dengan penuh riang dan suka, karena tak merasa banyak gangguan dari hal yang biasanya bisa ditemukan di seantero kawasan jalan dan wisata Bali. Harusnya pemerintah bisa belajar tentang ini.

Beruntung memang jika keberadaan kali ini di negeri Gajah Putih bisa dilakoni dengan baik dan memuaskan, namun kalopun penasaran bagaimana bisa terdampar disini, tak usahlah diperpanjang asal muasalnya. Terpenting, bagaimana kelanjutan perjalanan yang mampu dicatatkan nanti, tunggu saja yah…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian