Skip to main content

Mengagumi Budaya dan Obyek Wisata Kota Bangkok

Berdasarkan penjelasan dari Tour Guide kami, penduduk di kota Bangkok atau negeri Thailand masih didominasi oleh masyarakat yang beragama Buddha. Itu sebabnya di sepanjang perjalanan, baik di tengah kota, median jalan hingga pinggiran dan pelataran rumah, banyak ditemui adanya patung berhala *eh maaf* yang dihias begitu indah dan megah serta dipuja dan dihormati, baik sebagai sarana Bhakti pada-NYA ataupun dikemas menjadi icon pariwisata untuk menarik jutaan wisatawan dari penjuru Dunia. Tidak bisa dibayangkan jika kemudian FPI sampai berkuasa disini, yakin banget kalo semua patung dan juga monumen yang ada, bakalan dihancurleburkan rata dengan tanah lantaran dianggap haram…

Lokasi pertama yang diperkenalkan adalah Reclining Buddha atau Buddha Tidur. Disini ada banyak cerita yang dinikmati lewat ornamen dan juga lukisan yang mengisahkan perjalanan Sang Buddha dengan perwajahan yang sangat menarik. Demikian halnya dengan pilar-pilar raksasa yang ada, dipenuhi pola unik yang jujur saja sulit untuk dilukiskan kekaguman yang ada.

Patung Buddha Tidur, kabarnya terbuat dari semen yang dilapisi dengan kertas emas. Berukuran sekitar 46 m x 15 m sehingga bagi pengunjung yang ingin mengabadikan gambar secara keseluruhan, dibutuhkan trik dan lokasi pengambilan di ujung kaki Sang Buddha.

Untuk masuk ke area Reclining Buddha, pengunjung diwajibkan untuk membuka alas kaki serta menggunakan jubah berwarna Hijau, serta tidak diijinkan menduduki beberapa ornamen yang sengaja dipajangkan disini.

Menjelang akhir pintu keluar, terdapat 108 mangkok yang dapat diisi dengan keping koin berukuran kecil dimana telah disediakan oleh pihak Pengelola dengan dalih sumbangan sebesar 20 Baht atau lebih. Entah ini hanya merupakan kepercayaan saja, namun jika jumlah Koin yang dipegang hingga akhir mangkok masih tersisa, maka rejeki yang dimiliki pun bisa bertambah jumlahnya. Untuk itu pula saya mengambil dua mangkok berisikan Koin lalu mulai mengisikannya satu persatu. *uhuk *dan mengambil beberapa diantaranya sebagai Souvenir *uhuk dua kali :p

Obyek Wisata berikutnya dapat diakses melalui jalur transportasi Air, tepatnya melalui Sungai Chao Phraya, dimana untuk masuk mencapai gerbang keberangkatan perahu boat, sempat pula melewati beberapa pedagang Tradisional yang diantaranya menyajikan minuman Sari Delima seharga 30 Baht atau sekitar 10 ribu rupiah saja.

Wat Arun, merupakan salah satu Landmark Kota Bangkok yang berbentuk candi layaknya Prambanan, dengan tiket masuk sekitar 50 Baht. Disini terdapat beberapa Candi yang dibuat dan disusun dengan menggunakan ornamen porselin China, dimana salah satunya memiliki tinggi sekitar 79 Meter. Demi memuaskan hasrat untuk menikmati Wisata Budaya Kota Bangkok lebih jauh, candi inipun menjadi daftar pertama yang harus dijajal ketinggiannya. Maka dengan mengumpulkan sejumlah tenaga, satu demi satu tangga dilalui meski dengan kemiringan yang cukup curam. Satu hal yang jika boleh dikatakan, tidak sesuai dengan standar keamanan bangunan Arsitektur. *uhuk

Puas menjajal empat level ketinggian Candi Wat Arun, aksi pun dilanjutkan dengan mengelilingi masing-masing level sebanyak tiga kali putaran, dengan dalih Murwa Daksina hingga akhirnya terengah-engah sendiri saat perjalanan berakhir di level terbawah. *fiuh

Obyek wisata terakhir yang sempat dikunjungi adalah Khao Chee Chan, dimana terdapat gambar Buddha terbesar yang terpahat pada lereng tebing dengan berlapiskan warna emas, dihiasi danau dan taman batu di kaki tebing tersebut. Berbeda dengan dua obyek wisata yang disebut sebelumnya, disini tak banyak yang bisa dinikmati kecuali taman dan perbukitan layaknya Obyek Wisata Bedugul di Tabanan Bali.

Yang membuat Budaya Thailand menjadi lebih unik untuk dinikmati oleh para wisatawan mancanegara adalah kebanggaan mereka menggunakan tulisan dan Bahasa Thai sebagai penunjuk utama, baik nama jalan, toko, hingga hal lainnya dalam ukuran Besar, diikuti dengan bahasa Inggris di bagian bawah berukuran kecil diperuntukkan bagi para wisatawan yang tidak mampu membaca bahasa mereka.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja