Skip to main content

Mencicipi Transportasi Umum Kota Bangkok

Jika jalur udara sudah dilewati dengan masa perjalanan selama 4 jam lamanya, saat meluncur dari Bandara Ngurah Rai ke Kota Bangkok, dan jalur darat dengan memanfaatkan Bus milik Travel selama 4 hari berputar-putar menikmati kota dan Budayanya, tiba saatnya untuk mencoba jalur transportasi lainnya yang bisa jadi gag kami temukan di Kota Kelahiran Denpasar Bali.

Menumpang perahu boat panjang berkapasitas 20an orang, transportasi air ini dapat digunakan untuk menikmati sejumlah obyek wisata yang ada di sepanjang sungai Chao Praya. Sensasi seperti ini memang bisa dinikmati saat melakukan penyeberangan ke Nusa Penida, tepatnya pada perahu penghubung dari kapal Cruise ke pulau, namun jelas tastenya yang berbeda. Di areal perairan tampak beberapa perahu sejenis lainnya yang menghantarkan para wisatawan untuk mampir ke beberapa obyek wisata lainnya, hingga menikmati jalur bawah jembatan penghubung dua kota di negeri Thai ini.

Awalnya saya pikir MRT itu singkatan dari Mono Rail Trem, kereta dengan satu rel yang mengelilingi seantero wilayah Kota, sebuah istilah yang baru saya kenal saat menonton video Kampanye pasangan Jokowi – Ahok tahun 2012 lalu. *uhuk

Nyatanya, jelas-jelas saya salah menduga. MRT itu tepatnya singkatan dari Metropolitan Rapid Transit, yang merupakan sarana transportasi masal yang beroperasi dari satu stasiun ke stasiun lainnya secara berulang, dalam waktu yang cukup cepat.

MRT di Kota Bangkok sendiri, harus melewati sebanyak 18 stasiun sejauh 27 kilometer dengan jumlah penumpang mencapai 240.000 setiap harinya. Terdapat dua jalur yang sejalan namun berlawanan arah dapat digunakan untuk mengakses sejumlah lokasi di seantero wilayah Bangkok. Saat mencobanya, sebenarnya gag jauh beda dengan suasana Bus Trans Sarbagita di Kota Denpasar atau Bus Penghubung di areal Bandara, hanya ini jauh lebih cepat saja.

Sedang transportasi terakhir yang sempat dicoba, tentu saja Tuk Tuk. Sejenis Bajaj di kepulauan Jawa, sarana yang kerap digunakan kalangan menengah ke bawah untuk mengakses lokasi tertentu dalam jarak yang dekat dan cepat. Bedanya dengan Bajaj, Tuk Tuk bersuara lebih nge-Bass dan berkapasitas lebih lega.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian