Skip to main content

Hujan di Bulan Januari

Dibanding tahun lalu, cuaca Kota Denpasar kini cukup dingin dan menyegarkan. Tapi bukan lantaran hawanya sudah ketularan kota Bandung atau Kintamani, namun hujan dari gerimis hingga deras kini mulai rutin turun ke tanah seakan menjawab keluh kesah penduduknya yang tempo hari ditiban panas dan gerah berkepanjangan.

Namun yang namanya manusia, diberi ini salah, diberi itu juga salah. Maka maklumlah jika terkadang Tuhan beserta para dewanya juga sekali waktu pernah kebingungan lantaran sifat manusia yang gag pernah puas ini. Termasuk saat menjawab dengan adanya hujan pun, manusia tetap mengeluh dan berkepanjangan. Baik dari gerutu, amarah, geregetan hingga update status. *eh

Hujan deras yang mengguyur Kota Denpasar pun lalu menjadi kambing hitam akan cucian yang lama belum jua kering. Bahkan matahari yang diharapkan bisa memberikan bantuannya, seakan ikut bersembunyi dan menarik selimutnya ketimbang tampil dengan riang di langit sana. Tak hanya itu, hujanpun kemudian dituduh sebagai biang kerok kemacetan. Karena gara-gara hujan, semua manusia yang berpunya di seantero Kota Denpasar mendadak mengeluarkan kendaraan roda empat dan enamnya untuk mengakses sejumlah tempat aktifitas agar tak kuyup dan jatuh sakit. Maka bisa ditebak jika jalanan penuh dengan kendaraan mewah hingga pas-pasan, baik saat hujan mendera maupun saat hujan mereda.

Bagi para petugas kebersihan, Hujan pun merupakan salah satu kambing hitam dalam menghantarkan sampah ke tempat umum ataupun jalan raya. Bahkan hujan dan airnya yang mewabah, mampu memindahkan sampah yang berasal dari sungai ke area lain yang tak diharapkan atau diramalkan sebelumnya. Maka makin bertambah pula caci maki dan kritik membangun yang disampaikan dalam bentuk update status berbagai jejaring sosial lengkap dengan gambar ilustrasi.

Lain hal lagi, hujan pun kemudian menjadi sumber dari segala sumber untuk banjir yang menggenang di jalan raya, ataupun perumahan. Untuk kasus yang satu ini caci maki dan kritik tadipun makin jelas terucap, terlihat dan terbaca lantaran melibatkan banyak orang yang merasa menjadi senasib sepenanggungan.

Namun jika saja kita boleh menoleh kearah lain, semua hal diatas bukan lah hujan yang menjadi penyebab. Jalanan yang menjadi riuh dan macet bukannya disebabkan oleh ulah manusianya juga yang begitu pongah mengendarai mobil meski didalamnya hanya berisikan satu orang saja, sementara anggota keluarga lainnya mengendarai mobil lainnya dengan arah aktifitas berlainan pula ? ataukah boleh mengkambinghitamkan pemerintah yang tidak menggiatkan sarana angkutan umum sehingga manusianya lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi kemanapun mereka pergi ?

Begitu juga dengan sampah. Jika saja kita jeli mau membuang sampah pada tempatnya, bukan dijalanan, saluran got ataupun sungai, tentu tumpukan itu takkan sampai meluber ke tempat yang kerap kita kunjungi. Meski kalo lagi-lagi bicara tentang pemerintah, sepertinya kurang tanggap juga dalam menangani persoalan sampah yang kian hari kian menggunung. Akhirnya lantaran tak jua beres, sampahpun jadi tumpah kemana-mana.

Dan jikapun kita bicara banjir, sudahkah kita menyadari bahwa tak bagus untuk membeton semua lahan basah yang dulunya begitu indah dengan terasering dan subaknya ? namun lantaran pemerintah memberlakukan pajak tinggi meski tahu bahwa lahan tersebut tak produktif, ya apa mau dikata ? mending sekalian dibeton dan disewakan untuk sebagian membayar pajak, bukan ? ataukah pemerintah lupa bahwa tak semua lahan yang kelak akan dibeton bisa diberi ijin seenaknya hanya dengan menyelipkan sejumlah besar amplop didalam map atau rekening ? sialnya lagi, si pemohon ijinpun seakan lupa dengan resapan air yang sebenarnya penting untuk dipertimbangkan dalam desain mereka dan baru tersadar ketika mereka mengalaminya sendiri.

Hujan, Hujan… turun salah… tidak turun pun salah…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian