Skip to main content

Ponsel Impian dari TREO hingga Windows Mobile

Ketertarikan saya pada perkembangan teknologi ponsel sebagai alat komunikasi tidak dipungkiri tercermin dari sebagian besar isi BLoG ini dan juga bahan bacaan yang saya lahap setiap harinya. Namun ketertarikan itu hanya sebatas ingin tahu fitur apa yang dimiliki, bagaimana memahami operasional atau pemeliharaannya dan tidak sampai sejauh menjadi seorang pakar ataupun teknisi ponsel. Hal ini mengundang ketertarikan orang akan satu pertanyaan yang kerap dilontarkan kepada saya. ‘Seperti apa sih ponsel Impianmu Nde ?’

Bicara ponsel impian, jika boleh saya merunut jauh kebelakang bahkan jauh sebelum histeria blackberry, iPhone atau ponselTV terjadi di Indonesia, salah satu wujud yang saya inginkan adalah memiliki keypad QWERTY. Namun fungsi yang saya harapkan waktu itu bukanlah Messaging ataupun FaceBook, Chat dll, tapi lebih pada kebutuhan pekerjaan. Selain itu, memiliki handset yang berbeda dengan apa yang dimiliki orang disekitar atau lingkungan saya adalah satu hal mutlak yang saya inginkan.

Tepatnya bulan April tahun 2003 InfoKomputer, sebuah malajah bulanan yang saya lahap dahulu menurunkan Liputan Utama mereka tentang PDA Konvergensi. Tentang perkembangan teknologi pada PDA yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai sebuah Organizer, sudah mulai merambah sebagai alat komunikasi dan juga multimedia. Kalo ga’salah waktu itu mereka mengulas tiga sistem operasi yang lazim digunakan pada PDA saat itu sebagai pendukung liputan, yaitu Windows Mobile, Palm dan Symbian UIQ.

Pada beberapa halaman terakhir liputan tersebut, diperkenalkanlah handset PDA yang mendukung kriteria konvergensi tersebut. Diantaranya HP iPaQ dan O2 mewakili OS Windows Mobile, Tungsten dan Treo mewakili OS Palm, serta Nokia dan Sony Ericsson mewakili OS Symbian UIQ. Bisa dibayangkan kekaguman saya akan beragam jenis handset ‘tak biasa’ ini. Beberapa diantaranya bahkan sesuai dengan impian saya. Katakan saja Treo 300 dan 600 merupakan piliahn pertama saya saat itu, mengingat dari segi harga masih bisa dijangkau. Saya tidak berani mengkhayalkan sebuah iPaQ atau O2 yang kisarannya waktu itu mencapai angka 6-7 jutaan.

Masalah utama yang muncul saat itu adalah tak satupun gerai ponsel yang ada diseputaran Kota Denpasar menyediakan handset seperti yang saya inginkan. Impian saya tersebutpun akhirnya saya pendam dan buang jauh-jauh hingga berselang dua tahun kemudian, saya akhirnya mampu mewujudkannya. Sebuah PDA yang tak berani saya khayalkan sebelumnya, akhirnya bisa saya gapai.

Apabila kini saya kemudian ditanyakan ‘Seperti apa sih ponsel Impianmu ?’ maka jawaban saya tetap sama. Minimal memiliki keypad QWERTY dan dengan bentuk yang tak biasa atau bahkan tidak sama dengan apa yang dimiliki oleh lingkungan saya. Namun ada satu kriteria lagi yang akhirnya patut ditambahkan setelah sekian lama menggunakan T-Mobile MDA yang merupakan varian dari O2 XDA II yaitu, OS Windows Mobile Pocket PC adalah hal mutlak.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian