Skip to main content

Saran untuk Adik-adik Pasangan Muda - Tikwan Raya Siregar

Dik, mungkin kalian baru saja menikah. Syukur-syukur sudah ada pekerjaan. Baik sebagai wirausahawan maupun karyawan. 

Biasanya kalian sudah berusaha keras mengumpulkan uang dari hasil kerja semasa lajang. Tapi tradisi orang tua membuat semua itu amblas untuk pesta perkawinan. Biar ditengok orang hebat. Mereka tidak mau tahu apa yang kalian tanggung selanjutnya. Mungkin kalian akan meminjam uang untuk bayar rumah kontrakan. Dan berhemat-hemat untuk biaya makan.

Taruhlah kalian tidak bisa melawan kehendak orang tua yang juga sebenarnya adalah "tawanan sosial". Maka anggaplah kalian memulai semua ini dari nol.

Pertama, pilihlah rumah kontrakan yang sederhana saja, murah tapi sehat. Jangan membeli perabotan, nanti akan merepotkan saja. Kalian kan baru sepasang, cukuplah empat piring, satu lemari pakaian kecil, kulkas kecil, dan kompor. Kalaupun nanti harus pindah, urusannya mudah.

Hiduplah sehemat mungkin. Makan di rumah saja biar sehat. Setelah berhasil mengumpulkan uang, jangan memikirkan mengganti sepeda motor lama dengan yang lebih bagus. Gaya bermotor itu nggak ada nilainya. Pakai saja sepeda motor lama, dan rawat dengan baik.

Jangan pula ingin bergaya dengan mengkredit mobil. Itu lebih fatal lagi. Sama saja itu dengan menumpuk-numpuk beban di pundakmu. Dengan mencicil mobil, sekarang kamu harus menanggung BBM, perawatan, pajak, dan bunga cicilan. Kakimu akan semakin berat.

Saran saya, belilah lahan yang murah. Agak ke pinggiran pun tak apa-apa. Pilih yang udaranya masih segar, tidak terlalu padat penduduk, dan tidak terlalu diperhitungkan secara komersil. Syukur-syukur dapat yang agak luas.

Bangunlah "gubuk"-mu di atasnya. Pelan-pelan saja. Yang penting sudah didisain sejak awalnya, meski yang bisa dibangun baru satu ruangan. Awasi sendiri pembangunannya, dan lakukan sehemat mungkin. Kalau mau sehat, ikut saja sebagai kernek tukang bila ada waktu. 

Rumah yang tidak dibangun sekali jadi disebut rumah tumbuh. Dengan uang Rp 15 juta, bisa dimulai. Sejak dahulu, orang-orang Jawa memiliki kebijaksanaan ini. Sembari itu, mereka juga menanami pohon di sekitarnya, membuat kebun kecil, dan memproduktifkan sekelilingnya dengan pagar hidup. Bukan bikin tembok beton keliling yang mahal. Untuk apa? Mau bikin penjara? 😂

Tanaman-tanaman itu akan tumbuh bersama rumahmu yang nanti juga tumbuh. Tinggallah di istana gubukmu itu. Bikinlah istrimu dapat memetik banyak keperluan dari tanamanmu, biar hatinya senang, dan biar dia memasak yang enak dan sehat untukmu. Ya, jahe, serai, pisang, ubi, terong, cabai, tomat, dan apa-apa yang kamu sukai.

Nah, sekarang lihatlah! Beban uang kontrakanmu tidak ada lagi. Keperluan dapurmu juga sebagian terpenuhi. Istrimu bisa mendapatkan sayuran dan kebutuhan dapur terbaik dari pekarangan, sehingga ia bisa menabung sebagian uang belanja yang kamu berikan. Kalau semuanya sehat-sehat saja, hidupmu akan semakin ringan.

Kelak, nilai tanah dan rumahmu juga akan meningkat berlipat-lipat. Karena hidup hemat dan bisa menabung lagi, tambahlah luasan tanahmu. Jadikan ladang kecil untuk mengeluarkan keringat. Kalaupun kamu tetap kerja di luar, kamu semakin tidak tergantung lagi padanya. Hanya untuk memperluas pergaulan dan mengikuti perkembangan sosial. Dari rumahmu sendiri, kamu sudah kuat (strong from home). Dan martabatmu juga akan berbeda dari orang yang sepenuhnya menggantungkan dirinya pada pekerjaan.

Bila masih punya uang lebih, atau penghasilan yang lumayan setelah rumah sederhanamu rampung, sekarang bolehlah kamu melengkapinya dengan mobil.  Bukan untuk keperluan transportasi ke kantor, tapi untuk sarana jalan-jalan berwisata bersama keluarga. Merekalah yang harus kamu layani. Kalau untuk kepentingan ke kantor, enak kalilah yang punya perusahaan. 😂

Usahakanlah untuk hidup tanpa utang. Semua perlu disesuaikan dengan keadaan. Harta bukanlah sesuatu yang membebani kita. Harta seharusnya adalah sesuatu yang memudahkan hidup kita, membebaskan pilihan dan langkah kita, dan menjadi cadangan yang memberikan kenyamanan. Maka perhatikan dan pertimbangkanlah itu ketika menyusun prioritas kebutuhan.

Saya pernah menjalani ini semua. Cara ini tidak menjadikan keluarga saya kaya raya, tapi kami memiliki segala apa yang kami perlukan. Rumah yang sehat, pekarangan yang produktif, tanah yang lumayan luas untuk ukuran kota (dulu dibeli murah karena dianggap tempat jin buang anak). 😂

Saya merasa hidup tidak terlalu terburu-buru, dan bisa berdiri lebih tegak apabila menghadapi pilihan-pilihan yang ditawarkan mitra bisnis atau mitra kerja. Membangun persahabatan juga lebih nyaman karena tidak terlalu tergantung pada siapapun.

Dengan keleluasaan seperti itu, maka timbalah terus ilmu pengetahuan. Belajarlah dari perjalanan, kegiatan literasi, dan diskusi. Ketiganya ini adalah kemewahan bagi orang-orang bebas. Naikkan terus seleramu agar tidak norak dan pamer. Ini tidak bisa seketika dimiliki seseorang hanya lantaran ia punya banyak uang. Selera adalah cerminan terdalam dari kematangan seseorang. 

Inilah sekelumit saran yang bisa saya utarakan kepadamu, Dik. Nikmatilah hidupmu, karena tiap detiknya tidak dapat diulang. Pandai-pandailah membaca nilai. Banyak orang yang terjebak karena buta nilai. Mereka mengejar hal-hal artifisial, dan menghabiskan hidupnya dalam angan-angan.

Selamat menempuh kehidupan, Dik. Selamat memaknai setiap perjalanan...

Sumber : https://www.facebook.com/share/p/18YDmnQGtq/?mibextid=oFDknk

Comments

Post a Comment

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Pengetahuan kecil tentang soroh PANDE

Sekali-sekali saya selaku penulis seluruh isi blog ini pengen juga ber-Narzis-ria, satu hal yang jarang saya lakukan belakangan ini, sejak dikritik oleh seorang rekan kantor yang kini jadi malas berkunjung lantaran Narzis tadi itu.  Tentu saja postingan ini bakalan berlanjut ke posting berikutnya yang isinya jauh lebih Narzis. Mohon untuk dimaklumi. *** PANDE merupakan salah satu dari empat soroh yang terangkum dalam Catur Lawa (empat daun teratai) Pasek, Pande, Penyarikan dan Dukuh- yang memiliki keahlian dalam urusan Teknologi dan Persenjataan. Ini bisa dilihat eksistensi pura masing-masing di Besakih, yang memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda dalam berbagai kegiatan Ritual dan Spiritual. Dimana Pura Pasek menyediakan dan menata berbagai keperluan upakara, Pura Pande menata segala peralatannya. Pura Penyarikan menata segala kebutuhan tata usaha administrasi agar segala sesuatu berjalan dengan teratur. Sedangkan Pura Dukuh Sakti sebagai penata berbagai keperluan sandang pan...

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dil...

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak,...

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie.