Dik, mungkin kalian baru saja menikah. Syukur-syukur sudah ada pekerjaan. Baik sebagai wirausahawan maupun karyawan.
Biasanya kalian sudah berusaha keras mengumpulkan uang dari hasil kerja semasa lajang. Tapi tradisi orang tua membuat semua itu amblas untuk pesta perkawinan. Biar ditengok orang hebat. Mereka tidak mau tahu apa yang kalian tanggung selanjutnya. Mungkin kalian akan meminjam uang untuk bayar rumah kontrakan. Dan berhemat-hemat untuk biaya makan.
Taruhlah kalian tidak bisa melawan kehendak orang tua yang juga sebenarnya adalah "tawanan sosial". Maka anggaplah kalian memulai semua ini dari nol.
Pertama, pilihlah rumah kontrakan yang sederhana saja, murah tapi sehat. Jangan membeli perabotan, nanti akan merepotkan saja. Kalian kan baru sepasang, cukuplah empat piring, satu lemari pakaian kecil, kulkas kecil, dan kompor. Kalaupun nanti harus pindah, urusannya mudah.
Hiduplah sehemat mungkin. Makan di rumah saja biar sehat. Setelah berhasil mengumpulkan uang, jangan memikirkan mengganti sepeda motor lama dengan yang lebih bagus. Gaya bermotor itu nggak ada nilainya. Pakai saja sepeda motor lama, dan rawat dengan baik.
Jangan pula ingin bergaya dengan mengkredit mobil. Itu lebih fatal lagi. Sama saja itu dengan menumpuk-numpuk beban di pundakmu. Dengan mencicil mobil, sekarang kamu harus menanggung BBM, perawatan, pajak, dan bunga cicilan. Kakimu akan semakin berat.
Saran saya, belilah lahan yang murah. Agak ke pinggiran pun tak apa-apa. Pilih yang udaranya masih segar, tidak terlalu padat penduduk, dan tidak terlalu diperhitungkan secara komersil. Syukur-syukur dapat yang agak luas.
Bangunlah "gubuk"-mu di atasnya. Pelan-pelan saja. Yang penting sudah didisain sejak awalnya, meski yang bisa dibangun baru satu ruangan. Awasi sendiri pembangunannya, dan lakukan sehemat mungkin. Kalau mau sehat, ikut saja sebagai kernek tukang bila ada waktu.
Rumah yang tidak dibangun sekali jadi disebut rumah tumbuh. Dengan uang Rp 15 juta, bisa dimulai. Sejak dahulu, orang-orang Jawa memiliki kebijaksanaan ini. Sembari itu, mereka juga menanami pohon di sekitarnya, membuat kebun kecil, dan memproduktifkan sekelilingnya dengan pagar hidup. Bukan bikin tembok beton keliling yang mahal. Untuk apa? Mau bikin penjara? 😂
Tanaman-tanaman itu akan tumbuh bersama rumahmu yang nanti juga tumbuh. Tinggallah di istana gubukmu itu. Bikinlah istrimu dapat memetik banyak keperluan dari tanamanmu, biar hatinya senang, dan biar dia memasak yang enak dan sehat untukmu. Ya, jahe, serai, pisang, ubi, terong, cabai, tomat, dan apa-apa yang kamu sukai.
Nah, sekarang lihatlah! Beban uang kontrakanmu tidak ada lagi. Keperluan dapurmu juga sebagian terpenuhi. Istrimu bisa mendapatkan sayuran dan kebutuhan dapur terbaik dari pekarangan, sehingga ia bisa menabung sebagian uang belanja yang kamu berikan. Kalau semuanya sehat-sehat saja, hidupmu akan semakin ringan.
Kelak, nilai tanah dan rumahmu juga akan meningkat berlipat-lipat. Karena hidup hemat dan bisa menabung lagi, tambahlah luasan tanahmu. Jadikan ladang kecil untuk mengeluarkan keringat. Kalaupun kamu tetap kerja di luar, kamu semakin tidak tergantung lagi padanya. Hanya untuk memperluas pergaulan dan mengikuti perkembangan sosial. Dari rumahmu sendiri, kamu sudah kuat (strong from home). Dan martabatmu juga akan berbeda dari orang yang sepenuhnya menggantungkan dirinya pada pekerjaan.
Bila masih punya uang lebih, atau penghasilan yang lumayan setelah rumah sederhanamu rampung, sekarang bolehlah kamu melengkapinya dengan mobil. Bukan untuk keperluan transportasi ke kantor, tapi untuk sarana jalan-jalan berwisata bersama keluarga. Merekalah yang harus kamu layani. Kalau untuk kepentingan ke kantor, enak kalilah yang punya perusahaan. 😂
Usahakanlah untuk hidup tanpa utang. Semua perlu disesuaikan dengan keadaan. Harta bukanlah sesuatu yang membebani kita. Harta seharusnya adalah sesuatu yang memudahkan hidup kita, membebaskan pilihan dan langkah kita, dan menjadi cadangan yang memberikan kenyamanan. Maka perhatikan dan pertimbangkanlah itu ketika menyusun prioritas kebutuhan.
Saya pernah menjalani ini semua. Cara ini tidak menjadikan keluarga saya kaya raya, tapi kami memiliki segala apa yang kami perlukan. Rumah yang sehat, pekarangan yang produktif, tanah yang lumayan luas untuk ukuran kota (dulu dibeli murah karena dianggap tempat jin buang anak). 😂
Saya merasa hidup tidak terlalu terburu-buru, dan bisa berdiri lebih tegak apabila menghadapi pilihan-pilihan yang ditawarkan mitra bisnis atau mitra kerja. Membangun persahabatan juga lebih nyaman karena tidak terlalu tergantung pada siapapun.
Dengan keleluasaan seperti itu, maka timbalah terus ilmu pengetahuan. Belajarlah dari perjalanan, kegiatan literasi, dan diskusi. Ketiganya ini adalah kemewahan bagi orang-orang bebas. Naikkan terus seleramu agar tidak norak dan pamer. Ini tidak bisa seketika dimiliki seseorang hanya lantaran ia punya banyak uang. Selera adalah cerminan terdalam dari kematangan seseorang.
Inilah sekelumit saran yang bisa saya utarakan kepadamu, Dik. Nikmatilah hidupmu, karena tiap detiknya tidak dapat diulang. Pandai-pandailah membaca nilai. Banyak orang yang terjebak karena buta nilai. Mereka mengejar hal-hal artifisial, dan menghabiskan hidupnya dalam angan-angan.
Selamat menempuh kehidupan, Dik. Selamat memaknai setiap perjalanan...
Sumber : https://www.facebook.com/share/p/18YDmnQGtq/?mibextid=oFDknk
Menarik sharingnya Bli Pande..realitis sajan..
ReplyDelete