Tadinya cuma pengen nyari lumpia di parkiran timur lapangan Renon usai olahraga. Eh sekalinya main ke lokasi, para pecalang dari desa adat seluruh Bali tampaknya lagi show of force, undangan dari pak Gubernur Bali.
Imbas ngototnya ormas Gr*b tempo hari sepertinya.
Akhirnya setelah dua kali mengelilingi jalanan aspal di luar lapangan dan berlomba dengan belasan motor dan mobil, rasanya kurang nyaman untuk diteruskan aksi pagi ini. Saya pilih menyudahi keinginan cari keringat dan melipir ke seputaran jalan Merdeka untuk hunting bengkel body repair, saran dari seorang teman, rencana perbaikan bemper dan bodi samping mobil yang tempo hari penyok ditabrak motor.
Sembari lewat, saya ingat kalau di seputaran jalan Drupadi ada yang jualan jaje bali, tepatnya Laklak Buleleng, di utara rumah pak putu Putu Swihendra. Dan langsung ingat juga kalau pas mampir pertama kali tempo hari, ada kelebihan pengambilan, yang gak sesuai dengan uang yang saya bayarkan. Ketimbang jadi karma di masa depan, baiknya diberikan sekarang sambil nyemil beberapa jenis buat dinikmati Kakek Nenek di rumah. Saya pun memilih jaje Laklak yang kata Ibu kemarin tergolong enak menurut beliau, pulung-pulung ubi, dan lukis.
Tempatnya berada di sisi kiri/barat jalan, selatan gerai AlfaMart. Tempatnya gak mencolok dan agak gelap meski hari gini sudah terang benderang. Tampaknya bli dan mbok penjual memang tinggal disitu sambil berjualan. Mereka statusnya cuma pegawai kalau ndak salah, dari seorang pemilik yang sudah menjalani usaha ini pasca Covid.
Selain jajanan yang saya beli, ada juga jenis jaje bali yang lain dijual disini. Dari waluh, apem, ubi, iwel, atau injin, dikemas dalam satu plastik mika ukuran sedang dengan harga 5ribu per pcs. Lumayan buat oleh-oleh orang rumah.
Comments
Post a Comment