Skip to main content

Kembali ke Standar Baku Pabrikan

Gak terasa sudah masuk tahun keenam saja si semok XMax menemani saya mengaspal di jalan raya, meski gak mulus-mulus banget permukaannya macam Jalan Nangka Selatan yang entah kapan mau ditangani. 

Sempat kepikiran padahal mau dijual pas pandemi kemarin. Apalagi pas itu yang namanya TeiPePe berkurang setengah dan sempat ngadat pula perolehannya. 

Cuma bersyukur istri melarang, sehingga sampai hari ini Yamaha XMax 250 generasi pertama masih ada di parkiran motor depan rumah. 

Gak ada yang diganti sih part-nya atas nama modifikasi, cuma sebatas penambahan Variasi doang, biar gak pabrikan banget perwajahannya. 

Cuma makin kesini, saya merasa memang lebih baik balik ke part pabrikannya, mengingat manfaatnya jauh lebih terasa ketimbang versi variasi. 

Macam spion yang tempo hari sempat dipindah ke area depan laiknya motor TMax, menurut saya malah gak efektif untuk bisa melihat kendaraan di sisi belakang lantaran area spion tertutupi badan hampir 80%nya. Jadi kalau mau lihat situasi sekitar, musti meliakliukkan badan sambil memperhatikan betul area sisa di kaca spion. 

Masalahnya adalah kesehatan mata sudah gak sebagus masa remaja. Jadilah spion dibalikin ke posisi semula agar bisa lebih leluasa memantau situasi di sekitar. 

Sementara untuk plastik penghalau angin, masih saya biarkan sebagaimana pabrikan, malah ditambah stiker gelap agar sepadan dengan warna kendaraan. Dipertahankan lantaran masih bermanfaat bagi si bungsu jika ikutan mengaspal saat antar jemput sekolah. 

XMax kalian gimana kabarnya ?


Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian