Skip to main content

Gegara Seragam Krida, kena Sidak Sekda Badung

Awal-awal saat berstatus cpns di PemKab Badung, Saya sempat dipanggil Pak Sekda dan Wakil Bupati, ke area depan Krida olahraga jumat yang waktu itu masih diselenggarakan di Lapangan Lumintang Kota Denpasar, jelang akhir tahun 2004. Sidak pegawai.

Yang menjadi permasalahan adalah seragam krida yang saya gunakan rupanya berbeda warna saat berkumpul dengan ratusan pegawai Badung lainnya, usai senam pagi. Rupanya perbedaan warna ini terlihat jelas dari kejauhan, apalagi ditambah dengan postur tubuh yang tinggi besar, malah jadi makin tampak mencolok saat itu.

Sayapun ditanyai Pak Sekda, mengapa saya mengenakan seragam yang berbeda warna dengan lainnya.
Alasan saya cuma 1. Gak dapat ukuran baju. ?

Seminggu setelah sah menjadi umbi-umbian di kantor Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Badung yang lokasinya di perempatan selatan lapangan alun-alun Kota Denpasar, saya segera berburu seragam yang saat itu belum ada pengadaan/pemberian resmi dari PemKab. Dari 5 seragam yang harus saya miliki, ada 2 jenis yang tidak bisa ditemukan di toko seragam seputaran Kota Denpasar. Baju olah raga dan Korpri.
Maka solusi cepatnya adalah membuat sendiri seragam tersebut.

Untuk seragam olahraga, saya dibantu kerabat yang memiliki jasa konveksi dan sablon di Jayagiri, sementara Korpri waktu itu dapatnya yang versi baru mirip baju seragam pegawai bank, warna hijau.
Khusus seragam olahraga, kendala paling sulit adalah mencari warna baju kaos yang serupa dengan seragam milik Badung. Diambillah alternatif warna yang paling mendekati. Yang kalo disandingkan dengan kawan disebelah, gak terlalu kentara. Sayangnya sih jadi terlihat jelas, begitu ngumpul dengan banyak orang.

Saya gak jadi ditegur oleh Pak Sekda dan Pak Wakil Bupati saat itu, karena upaya membuat sendiri seragam lantaran terkendala ukuran, sebaliknya malah diapresiasi seraya memanggil Kepala Koperasi jaman itu, untuk menyediakan seragam yang sesuai dengan ukuran tubuh saya ini. Apalagi, logo Korpri yang ada di atas kantong baju sisi dada kiri, waktu itu juga saya sablon sendiri biar sama dengan seragam resminya. ?

Sidak kali ke-2 juga serupa. Hanya saat itu yang jadi masalah adalah warna sepatu kets olahraga, hijau metalik. Tentu tampak sangat berbeda dengan pegawai lainnya dengan dominasi warna putih. Tapi begitu melihat sosok pegawai yang menggunakannya, Pak Sekda langsung membela bahwa “Ini pegawai dengan ukuran khusus, jadi maklumi saja. Kesulitan mencari ukuran seragam.” Pak Inspektorat pun gak jadi menegur.

Kalo sekarang mah, pengadaan seragam kridanya mah jangan ditanya lagi. Malah gak nyangka bisa dapat ukuran yang pas di bodi, meski celananya jadi mirip model kulot atau cingkrang, lantaran panjangnya tidak sesuai dengan kaki. Tapi minimal sepatu Ketsnya dapat yang ukuran 48.

Terima Kasih pak Bupati juga PemKab Badung.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian