“You baru Sehat…”
Sapa Bapak yang masih tampak enerjik berjalan cepat salip menyalip dengan langkahku pagi ini di lapangan Puputan Badung.
Ini sudah putaran keenam, ungkapnya.
Wiii… saya sendiri baru keempat. Masih kalah jauh.
“Tinggal dimana ?”
Lanjutnya tanpa mengurangi gegasnya ayunan kaki.
“Dekat sini Pak…” jawabku.
“Dulu saya tinggal di Gajah Mada, tapi saat situasi mulai ramai, saya pindah ke Gatsu I…” timpalnya tanpa menunggu aku bertanya lebih lanjut.
Bapak ini umurnya hampur dua kali lipatku. Sementara tubuhnya sudah mulai tampak membungkuk. Namun soal langkah kaki, wiii jangan ditanya.
Aku yang sedari tadi mohon ijin untuk mempercepat langkah, sesaat kemudian si Bapak sudah tampak melintas di belakangku.
Ini orang pasti punya elmu kanuragan.
Hehehe…
Masih bersama Sepultura album Roots (1996), aku menyelesaikan langkah putaran kelima dengan menyusuri trotoar depan Kodam 147. Mencari kendaraan yang kuparkir di deret pertama PU Provinsi.
Sedikit peregangan, dan akupun mulai mengetikkan pikiranku pagi ini.
‘Ingatan itu pendek. Tulisanlah yang membuatnya abadi.’
Begitu cuitan akun Bli Wayan @aguslenyot yang kini tembus menjadi Wartawan Tempo, disela cerita Ahok pagi tadi.
Dan aku rasa ia benar.
Maka menulislah aku kali ini.
Jalanan sudah mulai ramai oleh umat Hindu yang tangkil ke Pura Jagadnatha. Beberapa kendaraan roda empat nampak memenuhi pelataran parkir Museum Bali. Akupun beranjak pergi menjauh, kembali pada aktifitas yang sudah menanti.
Comments
Post a Comment