Skip to main content

Flight to Singapore with Air Asia GZ 502

Kali Ini saya kembali menjelajah perjalanan ke luar negeri, setelah sekian lama mandeg untuk tujuan liburan. Kalo gag salah terakhir saya mengunjungi Thailand bersama rombongan teman kantor, selama empat hari tiga malam lamanya. Adapun kesan yang mendalam saat itu adalah Kuliner (laba-laba, babi, buaya dan kelabang), Hiburan Malam Pattaya (kabaret dan Big Eyes), serta durian bangkoknya.

Dengan menggunakan bekal tabungan yang kami kumpulkan sejak tahun lalu, akhirnya weekend terakhir bulan November ini kami menyepakati untuk memilih Tujuan destinasi ke Singapore, negeri Singa.

Terbang bersama Air Asia

Jika dahulu kami menggunakan pedawat Airbus Thai Airways menuju kota Bangkok, kinipun masih sama menggunakan pesawat berjenis Airbus milik Air Asia, namun dengan kapasitas penumpang yang lebih sedikit jumlahnya. Setidaknya baris tengah sekitar 4-5 penumpang tak ada kami lihat di tempat duduk pesawat.

Pertama kali menumpangi Air Asia tentu saja banyak kekhawatiran yang hinggap jauh sebelum jadwal keberangkatan ditentukan. Maka itu untuk menenangkan pikiran, sayapun sempat browsing di beberapa halaman hasil rekomendasi Google. Hasilnya tentu gag jauh berbeda.

Soal Jadwal keberangkatan, Air Asia tergolong tepat waktu pada penerbangan dengan menggunakan nomor QZ 502 pagi ini. Pukul 6.15 kami dipanggil, lalu tanpa banyak proses pesawatpun tinggal landas.

Saya pribadi menempati kursi 4B, kursi yang katanya tergolong Premium hingga baris kelima. Ciri khasnya, secara lebar lebih nyaman ketimbang yang lain, demikian pula soal selonjoran. Namun kategori Premium sebagaimana julukan pada seat yang bagian kepalanya dibungkus kulit berwarna merah ini, gag sepadan dengan menu makanan yang rupanya harus dibayarkan. Asem tenan… persis sama dengan pengalaman yang disampaikan para kawan di blog mereka tadi itu. Saya pikir karena ini Premium, maka makanan ya Free of Charge. He… ternyata tidak. Tapi gag masalah sih, lantaran sedari awal sudah berbekal ilmu dan pengalaman dari Google.

Pengalaman pertama ini jadi sedikit lebih unik lantaran beberapa pramugari yang ada di dalam kabin, tak seramah maskapai sebelah saat melayani penumpang yang meminta minum saat mereka menikmati menu edisi terbatas ini. Mungkin karena merasa kesal akibat menunggu penumpang yang terlalu lama merogoh kocek untuk biaya pembelian makanan. Kaget aja bagi yang terbiasa mendapatkan pelayanan maskapai lain.

Tapi ya sudahlah. Dengan biaya murah, tentu pelayanannya pun bakalan sepadan. Jadi jangan harap dapat pelayanan extra selayaknya maskapai nomor satu di Indonesia yah 

Balik ke topik Singapura, soal apa dan bagaimananya, nanti aja deh saya ceritakan lagi. Berhubung ini kali pertama saya berencana mengunjungi negeri singa. Jadi memang belum tahu isinya apa.

So, sampai nanti yah

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian