Skip to main content

Selamat Pagi Bunaken

Hari ini kami memutuskan untuk menyeberang, mengunjungi salah satu obyek wisata terdekat di Sumatera Utara, hanya setengah jam menggunakan boat, delapan orang penumpang sekali jalan.

Cuaca tampak cerah. Ombakpun terlihat tenang dari pinggir dermaga. Setelah menyetujui harga, kamipun melaut.

Menikmati wisata air macam begini, tentu banyak kekhawatiran yang mampir dalam pikiran. Tapi setelah dibuang jauh-jauh, semua maha karya inipun bisa melewatkan waktu dengan cepat.

Bunaken, kami datang…

Perairan tampak begitu jernih dari atas kapal, di kejauhan beberapa lumba-lumba pun berloncatan di sekitar kami. Makin gag sabar ingin merasakan dinginnya pantai.

Bersyukur beberapa perlengkapan menyelam di laut dangkal bisa didapatkan dengan size yang terbesar. Baik baju karet maupun sepatu kataknya. Hanya kaget ketika tahu bahwa kaca selam rupanya menutupi hidung. Maka jadilah musti mendengarkan short course dari rekan Gianyar yang tampaknya sudah jauh lebih mahir menghadapi kegiatan begini.

Karena gag bisa berenang, saya lebih memilih untuk berjalan kaki diatas terumbu karang. Keputusan yang sulit tentu saja. Yang ada malahan beberapa kali terjatuh dan mengakibatkan lecet dan berdarah di 9 titik kedua kaki. Perihnya ampun dah.

Tapi sudah kepalang basah, liburan memang tetap harus dijalankan dan dinikmati mumpung disini. Sempat mengabadikan diri lewat beberapa gambar baik diatas maupun bawah air bersama ikan. Pengalaman pertama yang menakjubkan.

Bunaken kalo secara peta yang saya lihat berada di sisi utara pulau Sulawesi. Dengan bernegosiasi harga, rute bolak balik perairan dari Manado menuju Bunaken bisa sekitar 1 jutaan, yang kalo dibagi per kepala jatuhnya ya murah juga. Suasana khas yang ada mirip di pesisir Sanur atau Kedonganan.

Bagi kawan yang ingin main kesitu, jangan lupa bawa kamera anti air agar bisa mengabadikan pemandangan bawah laut. Namun jika tidak ingin repot, kamera dan pemandunya bisa didapat dengan biaya tambahan 350rb per 100 gambar, yang nantinya ditransfer ke bentuk cd.

Khusus yang ingin menikmati wisata bawah air, kalo bisa siapkan peralatan bilas seperti handuk, sabun maupun shampoo, juga perawatan luka kecil sperti kapas, betadine dan lainnya mengatisipasi lecet akibat terlalu akrab dengan karang. Penduduk setempat memang menyediakan semua itu jika mau, namun harganya ya dua kali lipat mengingat lokasi yang cukup jauh dari kota.

Kalau tidak salah hitung, dengan jumlah 8 kepala menghabiskan biaya sekitar 3 juta untuk semua beban diatas tersebut. Sudah termasuk transportasi ke dan dari hotel plus makanan kecil penunda lapar.

Jadi pengen menyelam lagi. Tapi kapan yah ? :p

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian