Skip to main content

Petualangan Pertama Menjejak Jakarta... Sendirian...

Perlu waktu 36 tahun rupanya untuk bisa melakukan pertualangan ini sendirian. Kali pertama saya meninggalkan keluarga tanpa ditemani seorang kawan, melintasi cakrawala bersama Garuda Indonesia. Kamis, 27 Agustus 2014.

Perjalanan ini sungguh sangat mendadak keputusannya. Pagi tadi Ibu Kepala Dinas menyampaikan informasi terkait undangan dari Kementerian Pekerjaan Umum… dimana disposisi sebagaimana tertera dihalaman terdepan, adalah Hadir, ditujukan kepada Kepala Dinas. Namun karena Beliau berhalangan, maka mau tidak mau harus ada seseorang yang berangkat dan mengikutinya. Demi kepentingan Dinas.

Awalnya sih saya menolak. Alasannya sederhana. Saya belum pernah melakukannya. Terbang ke Jakarta sendirian. Menghadiri acara resmi di tempat yang barangkali lebih pantas diikuti oleh jajaran Eselon II. dan tanpa rencana. Yang saya pikirkan hanya satu. Menginap dimana.

Angan-angan sih berencana Pulang Pergi sehari, pagi sampai, trus numpang kencing di Jakarta, malam balik lagi ke Bali. Langsung buyar pas dapat kepastian kalo tiket pesawat pagi penerbangan pertama, fully booked. Maka alternatif kedua ya terbang malam ini juga. Alamat buruk nih, bathin saya.

Bagaimana tidak, persiapan apapun saya belum punya. Dari Surat Tugas, bahan materi hingga yang paling urgent ya Tiket Pesawat dan Akomodasi. Tapi ya sudahlah. Nekat aja, toh masih di lingkup Bali dan Jakarta. Anggap saja belajar.

Maka jadilah setelah Tiket dikantongi, menggunakan dana pribadi berhubung dana talangan belum siap, kemudian Surat Tugas ditandatangan namun belum berisi stempel, bahan materi abaikan dulu berhubung materi juga tergolong baru, dan Akomodasi, nantilah sambil jalan.

Setelah berkemas dengan membawa satu baju ganti, sisanya apa yang terpakai di badan, ditambah beberapa item perlengkapan wajib menginap, saya meluncur ke Bandara Ngurah Rai memanfaatkan Taxi Bali seperti biasanya. Gag ingin merepotkan banyak orang pokoknya.

Tiba di Gate 20, keberangkatan Domestik pada pukul 20.30 wita, cukup banyak waktu untuk berkabar dan hunting Hotel. Setelah mendapat Rekomendasi dari pak Ikak Patriastomo, inspirator saya yang dahulu bertugas di LKPP, salah satu hotel terdekat Kementerian adalah Losari Blok M. Hotel Melati yang berada di pinggiran jalan besar, sebelahnya M Point. Ya sudah, di Booking saja mengingat jam tiba di Jakarta juga sudah tengah malam. Tanggung kalo mau cari cari lagi.

Yang unik, begitu turun dari Bandara, saya menghampiri konter GoldenBird. Sempat keder juga baca Executive Class and Bussiness Car Rental, mengingat saya bukan masuk golongan itu. Tapi sudah kepalang basah, sisa itu saja yang tampak masih ada petugasnya, sementara belum pede mencoba Taxi luar, ambil porsi kendaraan Innova, termurah dari pilihan yang ada. Begitu Deal dan Bayar, kendaraanpun disiapkan. Tapi berhubung Innova ternyata Kosong di Bandara, maka kendaraan pun di Upgrade menjadi Alphard. Namun tetap dengan harga Innova. Wah… kapan lagi *uhuk

Maka, inilah Petualangan Pertama Menjejakkan Kaki di Jakarta. Sendirian… *berdiri dengan gaya Shincan dan Pahlawan Bertopengnya…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian