Skip to main content

Ponsel dan Perubahan -era Nokia

Ponsel, untuk pertama kalinya saya pegang dan miliki, beberapa waktu setelah kepergian seorang kawan masa kuliah dan itupun setelah dipaksa oleh beberapa kawan lainnya, demi memudahkan komunikasi dan koordinasi antar kawan. Bisa dikatakan, saat itu hanya saya yang belum merasa perlu untuk memiliki telepon genggam. Tahun 2002 kalau tidak salah.

Nokia 3310 second. Hanya itu yang mampu saya beli. Lantaran berstatus bekas, maka yang namanya batere terkadang suka drop dan mati sendiri padahal belum digunakan pasca charge penuh. Satu hal yang menyusahkan untuk dihubungi kata Ibu saya.

Dan lantaran berstatus bekas itu pula, saya menjadi bahan ejekan dari para kakak sepupu yang saat itu tentu sudah jauh lebih mampu untuk membeli seri ponsel terbaru dan lebih mahal. Saya pribadi sebetulnya tidak terlalu peduli dengan itu. Tidak demikian dengan Ibu yang merasa ‘terhina’ *hehehe… atas ejekan itu dan secara diam-diam Beliau membelikan ponsel terbaru bertajuk Nokia 3350 yang punya fitur lampu ritmik saat dihubungi dan mendukung gambar bergerak saat standby.

Semenjak memiliki ponsel ini, saya mulai belajar mengetik sms, menyimpan dan menghubungi nomor telepon teman hingga mulai bereksperimen lebih jauh. Dari mengganti Logo Operator, membuat gambar wallpaper dan standby sendiri (layar monochrome), membuat nada dering hingga mengirimkan sms dengan menggunakan nomor orang lain tanpa diketahui sang pemilik. Khusus yang terakhir, sempat saya tuliskan di halaman ini dengan kata kunci 1rstwap dan Antasari :p

Eksperimen ini mulai bertambah saat keinginan untuk berganti ponsel tersampaikan pada tahun 2003, saat tembus menjadi PNS di Kabupaten Badung lewat Nokia 3530. Ponsel layar warna 4K dengan nada dering polyphonic alias Midi. Disini perubahan terjadi lantaran mulai berkenalan dengan permainan mobile berbasis Java dan tentu saja gonta ganti chasing.

Kasta tertinggi yang pernah saya pegang saat dunia masih mengacu pada era Nokia Minded adalah seri 7650, ponsel Artis kalo orang menyebutnya, yang dalam kondisi second harganya masih di angka 1 jutaan. Meski hanya memiliki internal memory sebesar 4 MB, tapi kemampuan fotografinya yang hanya 0,3 MP alias VGA sudah lumayan banyak membantu tugas dan pekerjaan saya saat itu sebagai Direksi Teknis dalam kegiatan meratakan lahan puspem badung dari wajah asal masih berupa sawah hingga menjadi hamparan limestone.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian