Skip to main content

Suasana Baru di Permukiman

Memasuki ruangan yang terletak di pojok kelod kauh (barat daya) masih di lantai dan gedung yang sama, sebenarnya sudah beberapa kali pernah saya lakukan, hanya saja sama sekali tak pernah terpikirkan bahwa saya bakalan memulai karir dari ruangan ini.

Bertemu dengan sedikitnya sepuluh kawan baru, sebelas hingga pimpinan terdahulu yang kini saya gantikan, memberikan banyak perubahan baik itu cara meminta tolong (jika kalimat ‘memberi perintah’ terlalu arogan kesannya buat saya) lantaran sebagian besar dari kawan baru ini lebih berumur, cara bekerja lantaran perubahan pola dari pekerja lapangan dan komputer ke balik meja pengambil keputusan, atau rajin melaporkan perkembangan kerja pada pimpinan. Semua itu kemudian memberi satu efek yang luar biasa pada kebiasaan saya… Kurang Nafsu Makan.

Oke, bisa jadi ini terjadi gara-gara saya merupakan tipe pesuruh, yang lebih suka bergerak di lapangan atau bekerja berdasarkan perintah namun tidak bisa memberi perintah, atau tipe yang lebih suka eksplorasi hal nyata, bukan bahasa dan aturan serta birokrasi, hingga menyebabkan kekagetan luar biasa.

Untuk itu pula, saya lalu memohon sedikit kebijakan dari pimpinan agar diberi kesempatan mempelajari medan terlebih dahulu, sebelum terjun didalamnya nanti. Tentu dengan sedikit konsekuensi dan penyesuaian. *maaf apabila banyak pihak yang kemudian direpotkan

Namun seiring berjalannya waktu, meski belum sampai seminggu, bekerja bersama sebagian dari tim yang saya miliki, sungguh mengagumkan. Loyalitas mereka luar biasa. Hanya saja saya belum mampu melakukankan secara full team. Semoga saja apa yang saya khawatirkan tidak separah yang saya bayangkan. Meski sudah mulai terlihat bentuk kasarnya.

Yang hingga kini masih tetap menjadi beban adalah seberapa besar dan banyak kegiatan yang harus saya tangani dalam setahun nantinya, dan tentu berulang ditahun berikutnya. Memang tak akan bisa saya jawab dalam hitungan hari, namun tetap saja itu memberikan kekhawatiran akan kesalahan-kesalahan yang kelak akan saya perbuat.

Praktis, semua ini bakalan membuat saya makin jarang bisa menulis, ngoprek hingga bermain games *uhuk dan mengajak dua putri kami bercanda tawa seperti dulu.

*fiuh…
*apapun yang terjadi, terjadilah…
Hanya berharap bahwa semua bisa berjalan dengan baik…

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian