Skip to main content

Mohon Tas-nya dibuka Mas

Sebenarnya cerita ini sudah lama terjadi, tepatnya pasca pengeboman hotel JW Marriot yang akhirnya membuyarkan semua impian para fans fanatik Manchester United (MU), karena sedianya mereka bakalan bertandang ke negeri ini atas bantuan sebuah operator telekomunikasi.

Dua kali, baca : dua kali, dalam selang waktu seminggu saya mengalami kejadian dengan alur yang sedikit berbeda, namun intinya tetap sama. Dicurigai sebagai Teroris…

Kali pertama saat sepulang dari Bali Orange Communications (BOC), saya dihubungi Mertua dan diminta tolong untuk membeli sebuah obat (krim wajah) disebuah Klinik Kecantikan daerah Tanjung Bungkak. Dengan pe-de saya melangkah masuk areal klinik setelah memarkirkan mobil diparkiran depan, tanpa peduli teriakan satpam security. Ketidakpedulian saya ternyata berdampak buruk, langkah sayapun dihentikan. Mereka bertanya ‘Bapak mau kemana ?’ saya jawab ‘mau ke klinik, nyari obat krim…’

‘Bisa tunjukkan identitas ?’ sambung mereka. ‘Maksudnya ?’ saya balik bertanya karena saat saya kemari sebelumnya tidak pernah ditanya macam-macam. ‘Mohon Tas-nya dibuka Mas…’ pinta mereka. Loh ?

Setelah menunjukkan isi tas dan identitas, barulah saya dipersilahkan memasuki Klinik. Ternyata alasan mereka sungguh konyol. Wajah saya yang katanya mirip penduduk pendatang, berkacamata hitam (padahal kacamata minus), memakai jaket hitam dan membawa ransel. ealah… dikirain Teroris toh ?

Kali kedua malah lebih konyol lagi. Kebetulan Istri minta tolong untuk melegalisir Akte Perkawinan kami untuk melengkapi syarat pengangkatan status kepegawaian ke kantor Catatan Sipil yang berada disebelah timur kantor saya. Selepas makan siang sayapun meluncur ke lokasi masih dengan seragam Hansip (hijau) dan tentu saja menggendong ransel berisikan laptop. Malas meninggalkannya di meja kantor, khawatir ada apa-apa.

Masuk areal parkir Basement beberapa mata terlihat mulai mengawasi, namun segera berlalu saat saya menyapa (dengan bahasa Bali) seorang pedagang lumpia langganan kami dikantor yang sedang melayani pembeli disitu. Begitu sampai areal tangga dan mulai naik ke lantai 3, seorang pegawai tampak tergopoh-gopoh mengejar dan mencoba menghentikan langkah saya.

‘Bapak mau kemana dan ada keperluan apa ?’ tanya orang tersebut. ‘saya mau ke lantai 3 untuk melegalisir Akte Perkawinan”. “Bisa dibuka Tas-nya Pak ?’  pinta orang itu.

DAMN ! pertanyaan yang sama, bathin saya waktu itu. Orang ini pasti mencurigai saya sebagai Teroris (lagi). Sambil ngedumel saya membuka tas ransel saya ‘Apa dikantor ini gak ada Pegawai yang bawa laptop ya ?’

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian