Skip to main content

Si Jago Merah Yang Mengancam

Menonton Film Indonesia adalah salah satu pengisi waktu disaat saya menunggu jadwal ujian yang tak kunjung pasti beberapa waktu lalu. Meski bukan termasuk daftar film favorit yang wajib tonton namun apa yang saya inginkan minimal alur ceritanya mudah dimengerti dan ga berbau pasaran. Maksud dari bau pasaran itu ya film lokal yang bergenre Horor ataupun yang berbau seks murahan. Maka jadilah saya memilih dua film berbeda genre, satunya komedi satunya lagi agak-agak seriuslah…

Film “Si Jago Merah” menjadi prioritas pertama saya. Rasa penasaran dan kangen dengan aksi si Agus Ringgo saat bermain di “Jomblo” tak mampu terobati pada film yang ia lakoni sebelumnya “Maaf Saya Menghamili Istri Anda”. Sebuah film lokal dengan genre komedi bisa dikatakan sangat jarang membuat saya tertawa, paling banter ya senyum dikulum, itupun gak sering atw sepanjang film berlangsung.

Menyimak alur cerita selama dua puluh menit pertama rupanya agak membuat saya enegh dan bisa menebak sisa kelanjutannya. Apa yang saya harapkan gak sesuai dengan bayangan. Bisa jadi karena kehadiran beberapa aktor/aktris lainnya yang kurang greget, pula jalannya cerita yang biasa saja. Sungguh, saya masih menganggap bahwa “Jomblo” masih merupakan film komedi Terbaik.

Kecewa dengan film tentang teamwork pemadam api, saya melanjutkan dengan film ‘serius’ yang dilakoni Aming, sang daya tarik Extravaganza itu dalam “Doa Yang Mengancam”. Ada satu kekhawatiran yang saya rasakan diawal cerita, alur yang berat dan membosankan. Sebaliknya, dalam kenyataannya malah meleset.

Menikmati satu persatu adegan yang ditampilkan, saya jadi ingat dengan beberapa kenyataan yang terjadi di negeri kita tercinta ini. Bahwa masih banyak penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan seperti halnya yang saya saksikan saat berkesempatan main ke Jakarta beberapa waktu lalu, membuat saya sangat bersyukur dengan keadaan saya saat ini. Bahwa budaya malas dan perjudian itu masih erat dipeluk oleh sebagian besar masyarakat kita membuat keinginan untuk menjadi kaya mendadak begitu menggebu. Bahwa ada dari sebagian kita, malahan dengan asyiknya bersembunyi dibalik kerennya penampilan meski tidak demikian dengan kesehariannya, seakan ingin mengingatkan momen yang sebentar lagi hadir didepan mata, mudik Lebaran.

Apa yang diharapkan dan dipinta pada Tuhan juga merupakan lecut yang membuat miris, karena satu dua kali saya pribadipun pernah mempertanyakannya. Why Me ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian