Skip to main content

Selamat Jalan Rendra

Belum kering tanah merah yang menutupi jasad Mbah Surip, kabar mengejutkan saya terima hari jumat pagi lalu. Sobat kental Mbah Surip, Willibrordus Surendra Broto Rendra yang lebih dikenal dengan nama WS Rendra meninggal kamis sekitar pukul 10-an malam…

Indonesia telah kehilangan dua orang seniman besar dalam waktu yang tak kurang dari seminggu…

Seperti halnya keberadaan Mbah Surip, tak banyak yang saya tahu tentang kisah hidup sang maestro kendatipun namanya telah saya kenal sejak tahun 1990-an dulu. Masih tak jauh-jauh dari kiprah idola sepanjang masa Iwan Fals, Beliau saya kenal pertama kali melalui album sang Legenda “Ethiopia” dimana salah satu tembang yang ada didalamnya berjudul “Willy”. Belakangan saya baru mengetahui kalo yang dimaksud dengan ‘si anjing liar, si kuda binal dan si mata elang dari jogyakarta’ itu adalah WS Rendra.

Kemudian menyusul dari bengkel musik Kantata besutan lima tokoh al. Setiawan Djody, WS. Rendra, Iwan Fals, Sawung Djabo dan Jockie S. Dari sepuluhan tembang yang ada didalamnya, bisa dikatakan hanya satu dua karya, dimana liriknya digubah oleh Rendra merupakan tembang favorit saya hingga kini. “Kesaksian” dan “Paman Doblang” misalnya. Kedua tembang itu masih kerap saya lantunkan dimanapun saya berada. Tak heran keduanya selalu ada dalam playlist ponsel laptop maupun player.

Pasca album Kantata Takwa, ada satu karya lagi yang saya ingat dimana Rendra berperan penuh didalamnya. Kalo ndak salah album konser akbar 6 Juli 1998 yang merupakan kumpulan tembang dari album Kantata Takwa dan Kantata Samsara, dibawakan secara live di Senayan. Sesaat setelah runtuhnya Orde Baru… “Kecoa Pembangunan”. Demikian judul puisi karya WS Rendra.

Jujur saja, saya kangen dengan penampilan mereka, apalagi sampe saat ini bengkel musik Kantata belum sekalipun sempat tampil di Bali. Sayang, WS Rendra keburu pergi meninggalkan kita. Menyusul sobatnya, Mbah Surip yang lebih dahulu pergi. Kabarnya karena gagal ginjal yang dideritanya selama ini…

si burung merak pun telah pergi jauh… Selamat Jalan Mas Rendra…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

Tengah Malam nyambangi Graha Sewaka Dharma

Ini pengalaman pertama set alarm pada pukul 01.15 wita dini hari, atau bisa dikatakan masih tengah malam, untuk membangunkan si sulung, menyiapkan diri terkait agenda photoshoot Teruna Teruni Denpasar 2024, yang rencana berhiasnya dilakukan di gedung Sewaka Dharma, Dinas Pariwisata Kota Denpasar Lumintang. Auto dah gak bisa tidur lagi setelahnya.  Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 02.20 wita. Dan langsung meluncur ke area belakang, pemerajan di lokasi setempat untuk matur uning terkait kegiatan hari ini. Jadi ingat suasana jaga kantor di puspem era pemilu. Sepi dan gelap. Bersyukur sudah ada beberapa kawannya yang mendahului di lokasi.  Pantesan aja pengumumannya diwajibkan bawa Autan. Banyak nyamuk disini ternyata. Sukses bikin bentol dan gatal pada kaki.  Setelah yakin semua siap, saya meninggalkan Sewaka Dharma mendekati pukul 03.00 wita. Berjalan lambat di sepanjang jalan Gatot Subroto Tengah, membiarkan satu dua truk besar yang melaju kencang dari arah barat. Sembari memperh