Skip to main content

PLN byar pet lagi

Sesaat sebelum hasil karya seorang tukang cukur selesai, malam 22 Juli kmaren di persimpangan jalan Nangka patung Adipura, singgah sbentar usai pemeriksaan rutin ke dokter gigi, ruangan berubah menjadi gelap berhubung listrik mendadak padam. Tanpa menunggu waktu lama, entah dikomando atau memang reflek, secara serentak dilingkungan sekitar suara “aaahhh” (nada kecewa) pun terdengar.

Sedikit ngedumel terdengar suara si tukang cukur ‘lagi-lagi mati. Padahal tadi sore udah sempat mati juga. Gini deh kalo kita lagi butuh listrik, eh mendadak dipadamkan. Tapi kalo kita telat bayar, eh kena denda dan listrik diputus. Pelayanannya kacau nih ! masyarakat yang tetep merugi.

Memang gak salah kalo pak tukang cukur menggerutu begitu, ya wong kalo ditelusuri, pemadaman listrik dimalam hari yang paling dirugikan tentu mereka yang punya usaha menjual jasa. Karena penerangan adalah hal paling penting untuk mendukung datangnya pelanggan dan penghasilan mereka. Ini beda loh ya dengan penjual jasa ‘plus daging mentah’. J

Hal ini bisa dilihat pas menyusuri jalanan saat pemadaman listrik di suatu wilayah, rata-rata dari tempat usaha yang menjual jasa seperti tukang cukur tadi, salon ato klinik kecantikan, dokter (terutama bagi mereka yang memerlukan bantuan alat elektronik) seperti gigi, dan juga laundry.

Akan berbeda dengan mereka yang memiliki usaha penjualan barang kelontong, makanan ataupun pulsa. Karena peran pembayaran yang selama ini mungkin diandalkan pada alat elektronik masih bisa digantikan dengan itungan kalokulator.

Pada usaha penjualan makan, pemadaman listrik bahkan bisa memberikan nilai plus. Seperti suasana yang tambah romantis gitu loh, hanya ditemani sebuah lilin ditengah meja membuat keremangan malam jadi menambah temaram. halah kok malah ngelantur, Nde ?

Back to topic, ini emang menjadi ironi dan kerap menjadi sorotan akhir-akhir ini perihal pemadaman listrik bergilir seperti halnya di Jakarta beberapa waktu lalu, yang memiliki akibat tingginya penjualan lilin di supermarket atau bagi yang berkantong tebal, lebih memilih genset sebagai pengganti daya listrik.

Siapa yang patut disalahkan atas semua ini ?

PLN tentu saja pintar berdalih, dengan mengatakan bahwa mereka kekurangan pasokan listrik sehingga ‘terpaksa’ mengambil langkah pemadaman bergilir ada suatu area tertentu. Yang ditanggapi oleh Pemerintah dengan himbauan pada masyarakat untuk lebih menghemat pemakaian listrik pada rumah tangga. Seperti ‘Jangan meninggalkan colokan charger hape saat tak dipakai’…

Malah sedikit mengancam pula untuk memberikan denda atau harga pemakaian yang tak disubsidi bagi masyarakat yang pemakaiannya melebihi ‘standar yang ditetapkan…..’

Hoaaheem… bosen dah. Ngomongin hal-hal beginian kok ternyata malah bikin ngantuk. Mungkin karena suasana dalem kamar gelap gulita, jadi lebih baik tidur aja aaahh…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja