Skip to main content

Sinetron Indonesia Mudah Ditebak ?

Berikut hal-hal lumrah dan dijamin selalu ada pada produksi sinetron Indonesia yang belakangan seakan makin booming di layar televisi lokal.

Pamer kekayaan : Mobil atau rumah mewah, asesoris pendukung (paling sering tampil sih ponsel ter-gres, selaku pesanan sponsor) serta perilaku yang high class. Mungkin ini yang namanya memberikan mimpi bagi sebagian masyarakat Indonesia. > siapa sih yang gak pengen hidup mapan ?

Kebangetan : si tokoh utama baik, ya baiknya gak ketulungan. Gak jarang digambarkan sebagai orang yang saleh, baik budi dan sabar juga penyayang. (mungkin kalo di-include kan dengan rajin menabung barangkali yang segera terbayang dikepala ya mirip-mirip anak SD jaman dulu lah…). Sedang yang peran antagonis, jahatnya minta ampuuun. Gak jarang saking jahatnya, sampe kepikiran, apa ada orang yang se-tega itu yah ? Biasanya sebelum melakukan kejahatan itu, diawali dengan bisik-bisik, jarang banget ditemui, bahwa suatu tindak kejahatan berawal dari hobi si tokoh ber-blog walking. J

Hitam-Putih : Gampang Ditebak. Dari penggambaran awal si tokoh, penonton bahkan anak kecil sekalipun bakalan tau, oh si ini tokoh jahatnya, dan si itu yang baiknya. Tapi itu masih mending, kadang kepolosan dan keluguan si pembuat cerita atau mungkin sang sutradaranya tergambar jelas, hingga kadang-kadang ‘oh abis adegan gini, pasti deh berikutnya begini begitu’ Entah disengaja atau tidak, alur yang gampang ditebak, merupakan suatu kebodohan atau malah keuntungan ? Gak susah-susah mikirin cerita lanjutannya.

To Be Continued : Dipanjang-panjangin. Suatu saat pikiran sang penonton dengan pedenya menebak, ah paling 2 hari lagi ceritanya bakalan berakhir, toh konflik tokoh utamanya udah kliatan jelas. Tapi siapa nyana kalo ntu cerita bisa sambung menyambung menjadi satu. ah, kok jadi nyasar kesitu ? bahkan sampe ada satu judul yang durasi tayangnya melebihi angka setahun, dengan plot yang begitu-begini-begitu-begini diulang terus. Gak jarang menimbulkan protes dari penonton, ni sinetron kapan selesainya sih ?

Adegan Tabrak Lari : nah, yang ini nih, rasanya paling gampang ditebak. Ada cerita dimana si tokoh utama, ditabrak lari oleh tokoh jahat atau orang tak dikenal, tanpa ada usaha pihak Kepolisian untuk mengusut tuntas dan menemukan siapa penabraknya, dan berapa tahun hukuman penjaranya.

Cinderela : mirip dengan Kebangetan diatas, dimana tokoh baik selalu dikisahkan menjadi orang miskin dengan sejuta kemalangannya dan coreng moreng hidupnya sedang sijahat kaya raya bahkan untuk uang transfer sekolah anaknya yang jumlahnya satu milyarpun dikabulkan dalam hitungan detik. Kalo saya mah duit sejuta aja masih mikir dapet dari mana nih ? Tapi gak menutup kemungkinan kalo tokoh baiknya yang kaya raya, jatuh cinta pada Pembantu atau gadis miskin.

Komedi Slapstik (ejaannya bener gak ya ?) : Ini sih komedi atau cercaan paling lumrah di cerita lokal. Jarang banget isi ceritanya ya komedi yang lumayan bikin kening berkerut tapi berefek pada ketawa penonton. Jadi lebih banyak menyinggung fisik dan Sara. (bukan Sara Sechan Bos…)

Happy Ending : ah, ini sih gak usah dibahas, karena kebanyakan the end of story-nya lebih baik hepi-hepi tanpa meninggalkan tanda tanya berlebihan (lantaran endingnya gak jelas) atau protes dari penontonnya (masa si tokoh jahat dikisahkan hidup bahagia usai memfitnah atau melakukan perbuatan asusila ?) sekaligus memberikan kepastian bahwa yang jahat ya gak bakalan bebas dari hukumanTuhan, bukannya malah dibebaskan dari tuntutan pengadilan kayak para koruptor negeri ini. I Hope so for Ayin dan Urip.

Dari sekian yang coba di-list, barangkali memang ada banyak lagi hal-hal gampang ditebak dari sebuah Sinetron Indonesia (bahkan tak jarang menjangkiti film karya Sutradara muda). Tapi ini hanyalah sebuah impian dan harapan bagi karya anak bangsa ini.

Entah kapan bisa melihat cerita tentang seorang psikopat macam Ryan tempo hari, yang kesehariannya begitu sempurna, bahkan punya tampang innocent seperti si Hannibal Lecter (Silence of the Lambs), melakukan pembunuhan berantai namun bersembunyi dibalik pekerjaannya sebagai penjual balon anak-anak di Puputan Badung, misalnya.

Entah kapan juga ada sinetron yang mengisahkan setori tak berujung hingga penontonnya mungkin tak sadar bahwa endingnya sudah didepan mata, sambil berkata ‘loh segitu aja ? action-nya mana neh ?‘ atau ‘loh si tokoh utama itu mimpi ato apa sih ?’

Entah kapan juga ada kisah seorang B(e)Logger yang begitu terinspirasi oleh tulisan rekan lainnya lantas mengembangkannya menjadi Hoax bahkan menjadi incaran intelijen dunia akibat tulisan dan kebohongannya itu. Halah, ini sih mengkhayal pisan…

Atau mungkin penulis harus bersiap-siap untuk di-bredel berkaitan dengan aktivitasnya di Blog ini ? hmmm… barangkali saja ada yang tertarik untuk memprofilkan penulis menjadi sebuah kisah film kalo positif di-bredel… J J J

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian