Skip to main content

Gifted (2017), menjadikan Anak sebagaimana Anak dalam usianya

Tadinya saya tertarik mengunduh filem ini dari halaman lk21, hanya karena sosok kapten amerika yang terlihat mengejar dan memeluk anak perempuan dalam klip pendek, share salah satu akun twitter jelang tidur malam, sabtu 15 Juni 2019. Waktu saat itu baru menunjukkan pukul 10.44. Masih ada sisa kuota 840 MB dari paket data jaringan 3G yang saya gunakan dua bulan terakhir ini.

Sekitar pukul 11.50, jendela kamar diketuk mertua yang menyampaikan saya harus menggeser kendaraan ke luar gang, agar tetangga yang membawa roda 4 bisa masuk ke garasinya. Rutinitas tiap kali memutuskan untuk menginap di rumah asal istri, sebagaimana halnya malam ini. dan seperti biasa, mata memang gak bisa tidur lelap dari awal, demi menjalani tidur di ruang yang tidak nyaman secara ukuran tubuh.
Gifted (2017) kelihatannya bisa jadi sasaran kekesalan sambil berharap rasa kantuk bakalan menyerang saat pertengahan adegan. Namun beribu sayang, plot cerita yang ‘saya’ banget, sosok laki dengan anak perempuan, malah membuat mata jadi berair dan tak bisa tidur lagi. Haru…

Ini lebih mengarah kepada kisah bagaimana mengasuh anak agar bisa berkembang sesuai usianya, dan membuatnya paham akan kehidupan sosial dalam arti positif, meskipun dihadapkan pada pilihan membuatnya bodoh secara pendidikan.
Hal yang kurang lebih sama, saya alami pada anak sulung dengan segala kelebihan akademisnya.

Memang wajar sebagai orang tua, menuntut prestasi anak agar kelak ia bisa bersaing di masa depannya merupakan prioritas utama. Sehingga selain membanggakan mereka akan semua perolehan nilai maupun kemajuannya di akun sosial media, orang tua kerap memberikan tantangan yang jauh lebih sulit bagi anak seusianya dengan harapan bisa lebih jauh lagi melangkah dalam mempersiapkan masa depannya. Sementara itu disisi lain, kita sering lupa bahwa seyogyanya mereka bisa bergaul, interaksi sosial dengan teman sebayanya, lingkungan, dan kesenangannya.
Satu hal yang selalu terpikirkan jika melihat Mirah dalam melewati kesehariannya.

Gifted (2017) seakan mengingatkan saya selaku orang tua akan hal receh namun penting bagi generasi anak-anak selanjutnya. Bahwa jangan sampai mengorbankan kehidupan sosial dan ‘cerita’ mereka akan perjalanan, kawan dan kebanggaan hanya demi sebuah prestasi akademisi, meskipun itu kelak bisa memberikan manfaat bagi generasi lainnya di masa yang akan datang.
Menjadikan Anak sebagai Anak dalam usianya, jauh lebih bermakna baginya kelak, meski jika bisa berjalan seimbang, akan lebih baik lagi.

Cuma memang jarang…

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p