Skip to main content

Tentang Gadis yang tak terlihat

Hari masih pagi saat aku berjalan memasuki ruang kerja di lantai dua gedung tua perempatan alun alun Kota Denpasar dan Kodam IX Udayana.
Satu ketika di tahun 2008 lalu.

Jika biasanya sepagi ini belum ada kawan yang kutemui di ruang kerja, Tapi kali ini seorang tua yang wajahnya sangat kukenal duduk terdiam di bangku pojokan meja paling depan. Meja kerja ku.
Tak ingin mengganggu, aku letakkan tas di meja lainnya dan bergegas turun untuk memohon keselamatan pada-Nya di padmasana bawah. Satu jam kemudian, aku naik lagi.

Bapak tua yang sebentar lagi jelang pensiun itu, masih tampak betah duduk di kursi yang sama. Kali ini dengan gumaman kalimat yang nyaris tak terdengar.
Satu dua kawan yang sudah lebih dulu duduk didekatnya, nyengir kuda sembari membisikkan ‘prahara rumah tangga’ padaku.
Penasaran, kusapa lah si Bapak itu.

Kaget.
Kaget yang pertama, karena ternyata si Bapak memang benar berbicara sendiri tanpa menggunakan ponsel. Yang artinya, kalo tidak gila ya ada apa apa.
Kaget yang kedua, usai menjawab sapa ku, si Bapak kembali berbicara seakan ada ‘seseorang’ yang diajaknya dengan nada ketus dan jengkel.
Meh… ada apa gerangan ?

Sekitar pukul 9, barulah si Bapak beranjak pergi. Ia pamit untuk kembali ke ruangan kantornya yang berada jauh dari ruang kerja ini. Tepatnya di Pasar Batukandik, laboratorium dan gudang penyimpanan alat berat unit kami.
Tapi sebelum pergi, ia bercerita.
Bahwa kehadiran mendadaknya kali ini, lantaran ia dicari sesosok gadis, yang mengingatkannya untuk menyempatkan dirinya datang menengok si gadis setiap pagi sebelum bekerja. Di ruang kerja ini.
Jika dahulu saat si Bapak masih bertugas di kantor ini, ya tidak masalah. Tapi pasca kepindahannya ke tempat kerja di Pasar Batukandik sana, tentu tidak mudah untuk mengabulkan permintaan si gadis.

Lalu siapakah gadis dimaksud itu ?

Gadis yang diceritakan si Bapak, adalah orang yang dahulunya membantu para pekerja bangunan membangun gedung berlantai 2 kantor ini, namun ditemukan mati di tangga naik pada hari Senin pagi satu ketika. Diperkirakan waktu kematiannya sekitar hari Jumat/Sabtu sebelumnya. Benar atau tidak kabar berita itu, entahlah.

Lalu apa kaitannya dengan ruang kerja kami ini ?
Karena rupanya si gadis lebih betah tinggal dan duduk di kursi pojokan meja depan, dekat jendela yang notabene adalah meja kerja yang selama ini aku tempati.
Hiy… Syukur ndak kenapa-kenapa sejauh ini.
Padahal tidak hanya sekali dua aku bekerja lembur di ruangan ini saat malam ataupun sore di luar jam kerja. Pantas saja berasa ada yang mengawasi setiap kalinya.

Cerita Tentang Gadis yang tak terlihat ini, selalu terbayang saat aku melintasi ruas jalan depan kantor dimana aku untuk pertama kalinya ditugaskan. Jadi makin mengkhawatirkan saat membaca tweet om @senggol di Yogya sana yang mengalami perjumpaan dengan gadis tak berwajah semalam lalu.

Tapi ah, percaya atau tidak, ini hanyalah sebuah cerita yang kualami di kantor lama.
cerita Tentang Gadis yang tak terlihat. Mumpung tanggal 13.
Hiy…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian