Skip to main content

Pak Ahok, yang diCerca, yang diPuja

Sudah sangat jarang kita menyaksikan sosok seorang pemimpin yang mampu menyatakan kepatuhannya pada 4 (empat) pilar kebangsaan saat ini… Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Setidaknya demikian yang saya tuliskan di akun jejaring sosial Facebook beberapa waktu lalu. Tepatnya pasca menonton rekaman pembukaan festival Beleganjur yang diadakan di Cibubur oleh Pak ‘Ahok’ Basuki Tjahya Purnama, Wakil Gubernur DKI terpilih.

Hebat… Luar Biasa… bathin saya…

Di saat para pejabat terlihat begitu patuh dan manut sesuai perintah atasannya, atau bahkan bungkam saat ormas dengan seenaknya menginjak-injak bangsa ini, Beliau berani untuk mengungkapkan isi hatinya (yang disampaikan tanpa teks, dengan lancar pula), dan membuktikan, bahwa orang atau pejabat seperti inilah yang kita butuhkan saat ini.

Pejabat harus paham Konstitusi.

Tidak seenaknya main pindah jabatan hanya karena persoalan beda agama, apapun alasannya.

Setidaknya demikian akar masalah yang terjadi antara dua pejabat tinggi negeri ini. yang satu seorang Wakil Gubernur yang dikenal begitu lugas saat bertugas, sedang lawan mainnya adalah seorang Menteri yang notabene seharusnya mampu mengayomi masyarakat lantaran merupakan pilihan dari orang nomor satu negeri ini. Sayangnya, statement yang ia keluarkan, tidak demikian adanya.

Saya yakin, dalam bersikap, berkata dan berpikir, Pak ‘Ahok’ Basuki Tjahya Purnama hanya memiliki dua modal utama. Pertama, Pintar atau Cakap dalam arti Positif.

Pintar dalam memahami sejauh mana tugas, tanggung jawab serta beban pekerjaan yang sedang dan akan diembannya kedepan, sehingga apapun yang dipersoalkan, dipertanyakan, ia mampu menjawabnya dengan baik dan benar (sesuai rel konstitusi). Sedang modal kedua adalah Iman yang bagus, setidaknya dalam bentuk agama yang Beliau anut. Jika tidak demikian, lantas dari mana datangnya keberanian itu ? Yang saya yakin satu-satunya kekhawatiran Beliau hanyalah persoalan tanggungjawabnya kepada Tuhan, dan itu tidak bisa dipaksakan.

Alhasil, kini panggung politik Indonesia seakan disuguhi tayangan Heroik akan usaha seorang pejabat daerah, dalam hal ini DKI Jakarta, dengan pejabat Pusat yang tidak hanya lucu, namun pula menyedihkan…

Benar kata Pak Ahok. Jika memang didasarkan atas adanya demo, mengapa Pak SBY tidak ikut dipindahkan ? Atau Pak Jokowi juga dipindahkan ? Kan ada banyak orang yang mendemonya hingga kini ?

jadi tidaklah salah jika kemudian saya berandai-andai…

Untuk Jangka Pendek, minimal saya harus mampu untuk memahami tugas, pekerjaan dan tanggung jawab yang diemban kini… namun untuk jangka panjang… saya harus bisa belajar banyak dari Pak Ahok. Setidaknya, meskipun itu hanya sebuah mimpi di siang bolonh, lantaran saya tak memiliki dua modal diatas, tapi masih bolehlah mumpung belum dilarang dan menyalahi konstitusi, bukan ? :p

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian