Satu persatu kendaraan bisa dilewati sejak pukul setengah delapan pagi tadi, namun wajah Politeknik Negeri Bali tak jua kunjung tampak didepan mata. Setengah jam sudah perjalanan tampaknya mulai membuat mata lelah dan mengantuk. Perlu dua tiga kali penghentian ditepi jalan untuk sekedar minum atau meregangkan badan. Sebuah rutinitas baru yang kali ini harus dilakoni kembali.
Bersyukur keputusan untuk mengendarai Scorpio Merah hadir sejak awal dimulainya Pelatihan. Ide untuk ditemani Kijang Grand 88 sudah dimentahkan lebih dulu lantaran merasa kapok dengan kemacetan yang biasanya terjadi di banyak titik persimpangan jalan dari Kota Denpasar menuju Politeknik Negeri Bali.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, mahasiswa yang tadinya meramaikan kantin pelataran halaman pinggir kampus tampak sudah mulai lengang dan beranjak ke ruang kelas. Kamipun bersiap memulai aktifitas Pelatihan Teknisi Laboratorium Kebinamargaandi Laboratorium Jurusan Sipil. Pak Komang Sudiarta, pak Putu Suka Ardana dan pak Gusti Bagus Suadnyana yang sejak awal secara intens membagi ilmunya dengan sabar, sudah siap sedia dengan beberapa benda uji dan peralatan material.
Lima hari menjelajah jalanan Kota Denpasar menuju Bukit Jimbaran rasanya sepadan dengan sejumlah pengalaman baru yang kami dapatkan dari Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali, namun tetap saja masih merasa kurang. Rasa ini saya pribadi alami lantaran secara kualitas, sangat disayangkan apabila waktu kemudian malahan membatasi ruang gerak kebutuhan kami akan ilmu dan pengalaman baru, yang harapannya tentu saja bisa kembali dilakukan kelak atau dalam waktu dekat.
Masker dan debu kemudian menjadi teman kerja setia selama pembelajaran. Bau aspal dan butiran abu batu yang menghiasi meja kerja tampaknya sudah tak lagi membebani pikiran. Dalam kepala yang ada hanyalah rasa penasaran, apa lagi yang akan kami kerjakan selanjutnya ?
Agregat, Aspal Beton, Abu Batu, TCE merupakan beberapa benda yang bisa dikenali secara langsung selama masa pembelajaran. Satu hal yang baru bagi saya pribadi, namun bisa jadi tidak demikian halnya dengan sembilan kawan peserta lainnya.
Duplo, Rothluchs, Los Angelos dan Marshall tak lagi menjadi sebuah istilah yang membingungkan, setidaknya dalam lima enam tahun terakhir pasca pelatihan yang sama dilakoni di Hotel Sahid namun lebih mengarah pada teori tanpa terjun langsung untuk dikerjakan.
Bersyukur suasana pembelajaran yang kami alami sepanjang lima hari berlangsung serius tapi santai. Canda tawa tetap mengalir dengan tema berbeda setiap harinya, membuat kami tampak segar hingga pelatihan berakhir. Namun yang terpenting adalah rasa perkawanan yang makin dekat serta kerjasama yang terjalinpun bisa makin solid.
Matahari masih belum turun ke ufuk barat saat kami mulai meninggalkan parkiran depan Politeknik Negeri Bali ini. Secara perlahan roda motor mulai menyusuri jalan turunan kampus menuju persimpangan Ungasan Uluwatu. Masih belum lepas lelah yang ada sejak pagi tadi membuat pikiran rasanya ingin cepat-cepat melewati lautan kendaraan yang padat merayap. Maka zigzag pun merupakan satu-satunya pilihan.
Comments
Post a Comment