Skip to main content

Sebuah Catatan Pribadi tentang Dharmawecana kedua YPWP

Ternyata tidak mudah untuk mengumpulkan Yowana dalam jumlah berskala besar dalam satu Dharmawecana

Setidaknya demikian bathin saya saat mulai menghitung jumlah peserta yang hadir dan datang mewakili golongan Yowana beberapa saat sebelum Dharmawecana kedua yang diselenggarakan oleh Yowana Paramartha Warga Pande hari Minggu pagi 15 Januari 2012 di GOR Permata Ubung. Satu hal yang sebenarnya sudah bisa saya tebak sejak awal ketika ide ini digulirkan akhir tahun 2011 lalu.

Meskipun ada faktor kengototan dari sebagian Rekan yang merasa optimis mampu mendatangkan seribu Yowana dalam event kedua kali ini demi menjawab tantangan dari Penglingsir sekaligus Ketua Umum Maha Semaya Warga Pande Propinsi Bali, Bapak Kompyang Wisastra Pande, apresiasi tetap patut saya sampaikan kepada yang telah berkenan hadir dan tentu saja kepada Rekan-Rekan panitia yang tak kenal lelah berusaha untuk mewujudkan impiannya kali ini.

Sangat disayangkan memang. Saat satu waktu ketika kami berkumpul di dunia maya, terlihat begitu ramai dan antusias terhadap semua pertanyaan yang berkaitan dengan dunia remaja (Yowana) ditimpali dengan jawaban yang beraneka ragam sesuai dengan pola pikir, latar belakang pendidikan dan juga didikan serta pengaruh lingkungan, hal sebaliknya terjadi ketika kami berusaha untuk mengundang mereka datang secara langsung untuk mendengarkan dan menyaksikan jawaban akan semua pertanyaan tadi dari narasumber yang jauh lebih dapat dipercaya.

Dari target seribu Yowana yang diharapkan hadir dalam event Dharmawecana kedua ini, rupanya tidak sampai 100 orang peserta mewakili golongan tersebut. Padahal jumlah keanggotaan dunia maya yang terdaftar dalam Group Warga Pande Bali di akun jejaring sosial FaceBook mencapai nyaris 2500 akun. Kendati patut disadari bahwa ada kemungkinan satu orang dalam dunia nyata bisa memiliki akun dua sampai tiga copian yang tergabung dalam jumlah tersebut. Pula akun yang dimiliki oleh Semeton yang berada diluar Bali.

Jadi sangat disayangkan memang, ketika semua usaha me-Yadnya yang kami lakukan kemudian tersia-siakan oleh pendapat-pendapat yang menyatakan ‘ah malas ikut Dharmawecana, paling juga Cuma duduk diam dan berjalan membosankan’ atau ‘ah itu bukan kegiatan yang saya banget…’

Terlepas dari semua alasan ketidakhadiran Semeton Yowana yang lain dimana setidaknya sekitar 1000an lebih undangan tersebar di seantero Propinsi Bali, satu hal yang kemudian patut dipertanyakan, apakah kelak event seperti ini patut diteruskan dan dilakukan kembali atau menjadi agenda kegiatan tahunan ? mengingat dua kali usaha ini kami lakukan, dua kali pula target jumlah yang hadir tidak tercapai, pun perjalanan situasi kegiatan yang rupanya tidak sesuai harapan kami.

Memang, seorang Rekan kami pernah berkata bahwa dari seribu Peserta yang kelak kami harapkan datang, hanya setengahnya yang mau hadir di lokasi kegiatan. Itupun setengahnya lagi yang mendengarkan secara seksama, dan kemudian setengahnya lagi yang dapat memahami makna dari kegiatan. Satu hal yang kemudian menjadi patokan kami untuk kegiatan selanjutnya. Namun jika boleh rumusan diatas diperlakukan pada jumlah Peserta yang hadir saat Dharmawecana kemarin, apakah dapat dibenarkan ? bisa jadi. Lantaran hampir sebagian Peserta dari Yowana memilih untuk meninggalkan Lokasi Kegiatan pasca Istirahat makan siang ketimbang mengikutinya hingga tuntas.

Sangat ironis bagi saya pribadi. Bahwa kelak Generasi Muda seperti kitalah yang diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada sekian banyak Semeton lainnya minimal informasi tersebut bisa didapatkan secara langsung dari narasumbernya atau penglingsir dan orang-orang tua yang kita miliki. Jangan sampai ketika informasi sejarah dan budaya serta mengapa semua itu ada dalam keseharian kita dipertanyakan oleh orang lain atau kelak anak cucu kita, rata-rata jawaban yang dilontarkan adalah sama.

‘Nak mule keto’ atau ‘entah ya, saya tidak pernah diberitahu oleh orang tua dahulu’

Kesempatan itu telah berusaha kami buka dan sebarluaskan. Namun jika memang tidak ada responnya sama sekali, meski ini merupakan ide kegiatan yang luar biasa seperti yang dipikirkan oleh para Penglingsir dan orang tua kita kemarin, mungkin lebih baik kami hentikan saja hingga disini.

Entah kegiatan apa yang kelak akan kami lakukan kedepannya dengan menyandang nama Yowana Paramartha Warga Pande. Tapi jika itu bisa terwujud, mungkin skala prioritas yang akan kami perjuangkan tak lagi untuk semua kalangan, minimal kami saja yang bisa memahaminya lebih dulu.

“ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country”

Kata-kata yang pernah dilontarkan oleh seorang pemimpin Negara Adikuasa Amerika John F Kennedy barangkali boleh saya gunakan dalam konteks tuntutan yang selalu dipertanyakan dalam lingkup pesemetonan Maha Semaya Warga Pande.

Satu pilihan yang mudah. Rekan akan ikut serta terlibat didalamnya, ataukah hanya sebatas omongan tanpa keinginan untuk melakukannya sama sekali.

Semoga Yowana Paramartha Warga Pande bisa lebih baik kedepannya.

Denpasar, 16 Januari 2012.

PanDe Baik

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja