Skip to main content

Pembunuhan Massal Ponsel China

Di penghujung akhir tahun 2010, tampaknya puluhan ponsel China mulai tak tahan dengan gempuran ponsel murah ala brand ternama Nokia, LG, Samsung bahkan Sony Ericsson. Maka itu, mereka beramai-ramai menurunkan harga jual ponsel, meskipun yang namanya inovasi tetap mereka lakukan.

Kisaran harga 500ribu untuk sebuah ponsel dengan fitur menawan, tak lagi hanya menjadi sebuah mimpi. Maka berterimakasihlah pada ponsel China. Kendati kualitasnya masih diragukan, bukankah jauh lebih menarik apabila sedari awal sebagai konsumen sudah harus menyadari hal tersebut ketimbang mengeluh di belakang hari ?

Anggaplah kita membeli sebuah mp3 player atau televisi berbonus ponsel dan juga memori dengan harga yang terjangkau. Untuk penggunaan selama setahun saja, itu sudah untung. Apalagi kalo sampe memiliki fitur internet dan kamera. Nilai tambah yang lumayan bukan ?

Sayangnya dibalik penurunan harga tersebut, sepertinya akan ada skenario pembunuhan massal ponsel China oleh brand ternama yang saya sebutkan diatas tadi.

Pertama Nokia. Mereka kini sudah mulai mampu merilis ponsel murah dengan beberapa fitur yang menawan seperti keyboard QWERTY, layar lega, memori eksternal, kamera 2MP dan juga koneksi Wifi. Semua itu ada pada seri C3 yang mereka rilis pertengahan tahun 2010 lalu. Demikian pula dengan seri C5, seri murah Symbian 3rd Edition, 5233 berlayar sentuh murni atau X3 Touch and Type yang mengawinkan konsep layar sentuh dengan keypad standar. Pun kabarnya dalam waktu dekat, Nokia bakalan merilis seri X2-01, QWERTY paling murah mereka yang bakalan dijual dibawah harga 1 juta rupiah.

Kedua ada LG. Untuk pangsa pasar murahnya, LG sudah merilis seri layar sentuh berbasis jejaring sosial, Cookies Series. Ponsel yang dibanderol pada harga satu juta rupiah ini, tentu saja sangat menggoda untuk dimiliki mengingat input layar sentuhnya yang murni tanpa bantuan keypad dan juga akses ke berbagai jejaring sosialnya yang mudah. Disamping itu, ada juga seri QWERTY murah GW300, GW305, dan juga Wink yang rata-rata berada pada kisaran harga 600ribu hingga 900ribuan saja.

Ketiga ada Samsung. Sejak awal, Samsung memang dikenal rajin merilis seri ponsel murah dengan beragam fitur menawan. Kendati terkadang yang namanya Menu User Friendly jarang bisa ditemukan yang senyaman Nokia. Di pangsa pasar ini, Corby tampaknya masih tetap menjadi idola, ditambah seri Ch@t 322 yang ditawarkan dengan harga dibawah satu juta, dengan fitur dual Sim. Menarik bukan ? bagi yang lebih menyukai keberadaan sistem operasi, ada seri C6625 yang sudah mengadopsi Windows Mobile 6.1 dan terakhir turun pada harga 1,1 juta saja. Demikian halnya dengan versi layar sentuh, selain ada Corby, Champ dan Star Wifi, Samsung kabarnya baru saja merilis seri Genoa dengan jualan TV. Sudah mulai mirip dengan fitur ponsel China bukan ?

Terakhir ada Sony Ericsson. Setelah lelah berjuang dengan Symbian UIQ yang setia mereka gunakan hingga penghujung tahun 2007 lalu, kini mereka mulai melirik sistem operasi Android yang dikenal dengan open sourcenya. Adalah seri X8, ponsel layar sentuh dengan suntikan Anroid 1.6 mengekor keberhasilan seri X10, X10 Mini dan X10 Mini Pro, ponsel berkelir putih ini kabarnya dibanderol sekitar harga 1,8 juta saja. Saking murahnya harga jual ditambah minimnya persediaan, banderol ini sempat naik hingga angka 2,2 juta. Sedangkan di kisaran harga satu jutaan ada seri Walkman Zylo dan Spiro, plus seri bisnis J108 Cedar, ponsel dengan jaringan HSDPA ini cukup ditebus dengan harga 800ribuan.

Gempuran empat brand ternama dengan seri ponsel murah mereka, sejauh ini sudah cukup membuat barisan ponsel China menurunkan harga jual mereka pada kisaran harga 300ribu hingga 500ribuan saja. Satu tawaran menarik, mengingat tidak hanya dua sim, namun ada juga yang mendukung tiga sim card (gsm-gsm-cdma), tv analog, mp3 player dan tentu saja internet.

Kira-kira apakah mereka masih bisa bertahan disepanjang tahun 2011 ini gag ya ?

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian