Skip to main content

Pengen Jadi CaLeg ? Pikir-pikir dulu deh !

Pemilu tahun ini agaknya bakalan jadi makin beda dengan pemilu sebelumnya. Apalagi kalo bukan karena makin banyaknya orang yang ikutan bursa CaLeg. Dari muka lama hingga wajah baru yang sama sekali belum dikenal publik secara luas.

Terlepas dari semua motivasi masing-masing orang yang begitu ngotot mencalonkan dirinya sendiri sebagai ‘Wakil Rakyat’, agaknya masyarakat kinipun makin mengerti mengapa mereka semua nekat melakukan hal ini. Bisa jadi paling pertama yang menjadi pertimbangan ya kondisi ekonomi yang makin susah untuk dijalani dengan profesi pas-pasan.

Belakangan saya yakin semua orang pun tahu bahwa kursi empuk ‘Wakil Rakyat; dianggap lebih menjanjikan banyak hal, banyak mimpi sedangkan kewajiban yang seharusnya dilakukan bisa dikatakan sangat minim. Lebih banyak kunjungan atau studi ke luar daerah dibandingkan hasil kinerja yang diharapkan oleh masyarakat. So, dimana lagi bisa mewujudkan semua itu ?

Lantas apakah semudah itu orang bisa mencalonkan diri menjadi CaLeg ? seorang ‘Wakil Rakyat’ yang nantinya bakalan diharapkan begitu besar pengaruhnya dalam menentukan nasib rakyat yang ia wakili.

Seorang famili pernah secara iseng berhitung. Seandainya ia bukanlah orang yang dikenal oleh masyarakat, satu-satunya cara yang bisa ia lakukan ya dengan cara money politics. Paling minim ya berusaha menyogok sekelompok masyarakat agar mau mendukungnya kelak. Adapun jumlah biaya yang ia perhitungkan sebagai modal awal untuk bisa maju sebagai CaLeg hingga positif duduk di kursi empuk, berkisar pada angka 500 sampai dengan 800 juta. Wow…. Itu semua tergantung pada kuota minimum suara yang harus dikumpulkan oleh setiap orang CaLeg.

Perinciannya meliputi :
> biaya yang harus dikeluarkan untuk baliho kampanye selama masa pengenalan figur, di banyak tempat dan dalam ukuran yang beragam
> biaya baju kaos bagi para pendukung minimal sejumlah kuota minimum yang harus dipenuhi
> biaya konsumsi (minimal nasi bungkus) bagi para pendukung dikalikan jumlah kampanye yang akan digelar
> biaya konsumsi setiap hari hingga saat pemilihan tiba, untuk masyarakat ataupun pendukung yang ingin berkunjung ke rumah
> sumbangan pada event tertentu sesuai undangan masyarakat, terutama di lingkungan sendiri
> sumbangan pada parpol agar mau mencantumkan namanya sebagai salah satu kader partai
> dsb dll etc

 Sayangnya gak semua CaLeg mampu menyediakan biaya sedemikian besar sebagai modal awal tarung mereka di kancah politik. Beberapa malah memasrahkan diri, menyerahkan pilihan pada masyarakat tanpa berusaha lebih jauh merangkul massa pendukungnya. Istilah kerennya ‘biarkan masyarakat yang menilai. Saya hanya perlu membuktikan diri bahwa saya layak tampil sebagai ‘Wakil Rakyat’ yang diinginkan’.

Memutuskan untuk maju bertarung menjadi CaLeg atau ‘Wakil Rakyat’ tentu saja harus menyiapkan segalanya. Positif dan negatifnya. Untung Ruginya. Minimal untuk seorang CaLeg yang beneran baru terjun di masyarakat, sudah harus menyadari ketidakberuntungannya sejak awal. Walaupun banyak orang mengatakan ‘kita harus optimis dalam segala hal’.

Bagaimana seandainya jika saya tak terpilih nanti ? Bagaimana caranya saya bisa mendapatkan biaya yang sudah dikeluarkan saat kampanye jika saya tak mampu mendapatkan kuota suara pemilih ?

Agar jangan seperti halnya calon pemimpin daerah yang dikabarkan harus menanggung beban hutang, malu hingga stres dan akhirnya berakhir di Rumah Sakit Jiwa. Minimal siap kalah. Sudah siap sejak awal untuk menghadapi kemungkinan paling buruk. Jangan sampe malahan bikin malu keluarga saja. He….

> PanDe Baik agak tergelitik juga dengan ide itung-itungan yang dilontarkan oleh famili beberapa waktu lalu, walaupun ada juga CaLeg yang maju sangat pelit mengeluarkan biaya untuk aksi tarung nekat mereka. He… <

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian