Skip to main content

Viral Tweet @Dahnilanzar soal Jalan Desa 191.000 KM sama dengan 4,8 kali Keliling Bumi, Ini Penjelasannya

Ada yang unik pasca Debat Pilpres edisi ke-2 hari minggu kemarin. Mas Dahnil A Simanjuntak, seorang dosen Kebijakan Publik/Keuangan Pemerintah yang juga menjadi Koordinator Jubir paslon Prabowo Sandi, mencuitkan ‘Jokowi klaim Membangun Jalan Desa 191000 km.Ini sama dengan 4,8 kali Keliling Bumi atau 15 kali Diameter bumi.Itu membangunnya kapan ? Pakai ilmu simsalabim apa ?ternyata produsen kebohongan sesungguhnya terungkap pada debat malam tadi.’
Tweet tersebut tentu saja menjadi viral seketika, mengingat saat ini sedang panas-panasnya hajatan pilpres, dan timeline sosial media seakan yak henti menyajikan aksi saling hujat para pendukung para paslon.
Saya yang baru tempo hari menyatakan ketidaktertarikan pada Debat paslon Pilpres, sebagai seorang PNS yang pernah bertugas dalam bidang teknis insfrastruktur jalan desa, sedikit kepo akan pernyataan Mas Dahnil yang saat ini punya 201K follower Twitter. Saya mah cuma 1 digit paling belakang aja sudah ngos-ngosan. Hehehe…

Jadi Kepo, karena rasa penasaran, apa benar Pak Presiden Jokowi bisa sampai salah data sejauh itu dalam debat kemarin ? Kalau benar, alangkah fatalnya pernyataan tersebut.

Lalu berpikir, berapa banyak kira-kira jumlah Desa Penerima Dana dari Pemerintah Pusat ? Karena untuk kategori pembangunan Jalan Desa, dikerjakan dalam sekali waktu oleh sekian banyak Desa penerima bantuan dana, sementara beda pola dengan proses pembangunan Jalan dengan status Provinsi atau Pusat yang hanya dilaksanakan oleh 1 OPD saja.

Secara BPS, infonya sih jumlah Desa se-Indonesia itu sekitaran 74.000an, dengan total sampai 80.000 termasuk Kelurahan.
Sehingga dengan mengasumsi jumlah Desa penerima dana bantuan sebanyak 70.000 desa saja, pencapaian pembangunan panjang jalan 191.000 KM dalam jangka waktu 4 tahun kepemimpinan Pak Jokowi, sebenarnya identik dengan 0,68 KM jalan yang dibangun setiap tahun per masing-masing desa atau sekitar 2,7 KM per desa selama 4 tahun kepemimpinan Jokowi. Apakah itu terlalu berat dilaksanakan oleh masing-masing Desa sejauh ini ?
Saya kok jadinya agak meragukan kualitas Tweet dari Mas Dahnil. Hehehe…

Lalu ada pengakuan dari TKN atau Tim Kampanye Nasional paslon Jokowi-Ma’ruf Amin. Bahwa panjang Jalan yang diKlaim oleh Pak Jokowi sebagai Pembangunan, rupanya hanya berupa perbaikan/perubahan perkerasan pada jalan-jalan desa yang sebelumnya sudah ada. Hal ini pun di-counter kembali oleh para pendukung Mas Dahnil pasca jawaban 0,68 atau 2,7 KM diatas.
Sementara menurut saya pribadi ya kembali ke persoalan pemahaman ‘Pembangunan’ itu sendiri. Dimana sepengetahuan saya, tidak selalu atau serta merta Pembangunan itu identik sama dengan proses dari tiada menjadi ada. Karena salah satu lingkup dari ‘Pembangunan’ itu sendiri ada kategori ‘Peningkatan’ atau mengubah atau memperbaiki ke arah yang lebih baik.
Hal ini menjadi wajar saya sadari karena memang tidak semua lapisan masyarakat bisa memahami penggunaan kata atau istilah secara mendalam.

Lanjut lagi, ada pendapat bahwa ‘bukankah tidak semua Desa membangun Jalan ?’
Dengan pola pemikiran seorang Jomblo (mohon maaf jika ada yang tersinggung), pola pembagian dan pengelolaan dana yang didapatkan, biasanya hanya memikirkan apa yang dibutuhkan secara pribadi saja, tidak mencakup kepentingan yang orang lain butuhkan. Yang mana, bila bantuan dana diberikan pada satu lingkup kelompok orang dengan kebutuhan yang beragam, biasanya sih sektor infrastruktur itu akan tetap dianggarkan meskipun sedikit.

Lantas aja juga yang menyampaikan bahwa ‘di media terakhir diberitakan bahwa panjang jalan desa baru mencapai 150.000 KM saja, kok bisa ini sudah menggelembung jadi 191.000 KM ?’
Menurut saya sih bisa jadi. Karena adanya perbedaan kapan data tersebut diambil dari sistem informasi pelaporan penggunaan dana desa ? Yang dalam hitungan minggu/bulan, terjadi perbedaan yang cukup signifikan, tergantung dari proses upload data dari masing-masing penerima bantuan. Untuk jelasnya, bisa cek langsung ke sistem itu sendiri.
Jangankan seorang Presiden yang lingkupnya luas se-Indonesia, pimpinan saya yang saban bulan dipanggil untuk koordinasi masalah serapan dana anggaran saja, tetap minta progress per minggu terakhir dari tim agar data yang disampaikan bisa selalu uptodate.

Terakhir, ada juga yang mempertanyakan bagaimana mungkin jalan desa bisa dibangun sepanjang itu, sampai-sampai identik dengan 4,8 kali keliling bumi, atau 15 kali diameter bumi ?
Bisa jadi yang bersangkutan lupa. Bahwa dengan asumsi dalam satu area 10×10 Meter, panjang pipa yang dibentangkan bisa sekitar 5 kali lipat panjang 10 meter atau bahkan lebih. Karena ada tikungan disepanjang jalur itu, yang saya yakini tidak memotong jalur lainnya.

Tapi ya memang saya akui pendapat orang-orang tua, ada benarnya, bahwa jika gelas sudah terisi penuh, air setetes pun ndak bakalan bisa masuk kedalam gelas itu. Pasti tumpah ke luar gelas.
Jadi ya meskipun saya menjelaskan banyak hal secara sudut pandang teknis, satu bidang yang selama ini dilakoni, tetap saja gak bakalan bisa diterima karena pikiran sudah menutup dan antipati duluan.

Jadi abaikan saja penjelasan diatas.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian