Skip to main content

Antara Samsung Galaxy Note 3, Note 3 Neo dan Hisense Pureshot+

Bingung.
Yah… kurang lebih begitu.

Perasaan ini kerap terjadi ketika hari-hari nyaman itu mulai terganggu dengan kehadiran barang baru. Eh… Gadget baru. Maaf…

Namun kebingungan ini biasanya tak akan lama jika barang eh Gadget baru maksud saya, bukan termasuk yang diinginkan atau layak menggantikan perangkat yang sudah ada sebelumnya.

Nah… trus bagaimana kalo yang datang itu barang eh Gadget baru gres dengan kemampuan mumpuni ?

Na ini… disinilah kebingungan akan selalu muncul, menghantui selama beberapa hari bahkan pekan dan bukan tidak mungkin kehadirannya menggantikan peranan yang telah ada sebelumnya.
Seperti Hisense PureShot+ kali ini.

Samsung Galaxy Note 3 Hisense PureShot

Bagi kalian yang sudah lama mengikuti beberapa postingan saya terakhir, pasti tahu dan pahamlah sejauh mana kemampuan ponsel besutan perusahaan dari China yang selama ini jadi pemasok perangkat milik SmartFren, apalagi saat dikombinasi dengan paket data True Unlimited 4G LTE yang beneran Unlimited sampe puas itu, membuat Hisense PureShot jauh lebih menjanjikan ketimbang Samsung Galaxy Note 3 Neo yang selama ini mendampingi ponsel dan nomor utama yang tersemat didalam Samsung Galaxy Note 3.

Itu sebabnya ketika mencoba satu dua kali membawa ketiga ponsel berlayar lebar ini bersamaan, sepertinya hanya Galaxy Note 3 Neo saja yang lebih banyak terabaikan. Bisa jadi secara isi jeroan yang sama persis dengan sang kakak, Note 3 rilis pertama. Maka disusunlah satu konspirasi untuk menyingkirkan Note 3 Neo secara perlahan namun pasti.

Tidak banyak dokumen maupun file multimedia yang harus dipindahkan dari Samsung Galaxy Note 3 Neo meski sudah dijejali eksternal card 64 GB, karena sebagian besar original filenya masih berada di pc kantor. Maka proses pun bisa jauh dipercepat termasuk menginstalasi beberapa aplikasi yang dahulunya hanya disuntikkan pada ponsel cadangan mengingat secara kebutuhan tidak memerlukan kecepatan saat dibutuhkan.

Begitu semua isi diduplikasi dan dipindah ke ponsel Hisense PureShot+ yang dilakukan pertama kali adalah mengubah Launcher UI nya dari Vision UI versi originalnya Hisense ke Apex Launcher yang selama ini menemani hari di sekian banyak ponsel Android yang pernah dimiliki. Selain simpel, Apex punya fitur mengunci layar desktop yang memberi keamanan dan kenyamanan saat ponsel dipegang anak-anak. Selain itu, dibutuhkan juga pengaturan tambahan penataan icon agar serupa dengan ponsel utama Samsung Galaxy Note 3. Tujuan tentu agar tak membingungkan saat menggunakan salah satu diantaranya secara bergantian.

Maka jadilah ponsel Samsung Galaxy Note 3 Neo teman setia bagi iPhone 4 CDMA yang sejak bangkrutnya Telkom Flexy lebih banyak ngijeng (baca:menunggui) di rumah ketimbang dibawa beraktifitas harian.
Rencananya sih mau di lego saja. Atau diantara kalian ada yang mau ?
He…

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p