Skip to main content

Rutinitas Pagi seorang Abdi Negeri

Alarm pertama terdengar berirama, cukup mengingatkanku pada waktu yang telah menunjukkan pukul 4.45 pagi. Tak Peduli… dan kulanjutkan tidurku kembali.

Alarm kedua menghentak. Menyadarkanku bahwa kini jarum telah bergerak menunjuk waktu pukul 5 pagi. Aku harus bangun, merapihkan tempat tidur dorongku, dan bersiap untuk mandi. Waktu akan bergerak dengan cepat jika aku membuangnya dengan berpindah tidur. Demi hal itu, aku pun akan menyeduh setengah gelas kopi dan menyeruputnya sedikit untuk menumbuhkan semangat. dan aku siap melakukannya.

Alarm ketiga berbunyi lagi. Waktu pun sudah beranjak lima belas menit lamanya. Aku pun mulai beraktifitas dan minimal lima belas menit kedua, sudah siap mengambil rutinitas pagi sebagaimana biasa.

Kusapa malaikatku yang cantik dan menciumnya, serta mengingatkannya untuk bangun pagi dan merapihkan tempat tidur sambil memintanya untuk menjaga sang adik sembari bersiap memulai hari,

Kukenakan selendang dan menghaturkan banten pagi di kemara dan ari ari kedua putriku. Sambil memohon keselamatan bagi mereka dan kami semua, kupanjatkan pula doa bagi kedua saudaraku dan keluarganya dimanapun mereka berada.

Sembari menanti bidadariku bersiap untuk mandi, tak lupa kusiapkan pula semua untuk prosesi yang sama bagi kedua cantik kecilku. Lalu menghampiri dan menggendong mereka berdua dengan senyum, tawa dan canda. Terkadang si kecil masih agak malas untuk mengiyakanku. Jadi butuh sedikit rayuan extra demi meluluhkan hatinya.

Waktu tak terasa menunjukkan pukul 6.15… saatnya memanaskan semua kendaraan, membersihkannya dan sembahyang pagi. Jika sudah, sarapan pagi pun menanti. Walau sedikit, tapi sangat mengenyangkan perut. Si merahpun siap untuk ditunggangi.

Jarum panjang mulai mendekati angka sembilan, akupun mulai mengemas pakaian, sepatu, jaket dan helm. Untuk mengantarkan si murid SD hadir di sekolahnya dengan senyum yang mengembang. dan saat tiba dirumah, semua rutinitaspun kembali dilakoni.

Berulang dan berulang.

Setiap hari tanpa henti.

Rutinitas pagi seorang abdi negeri.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian