Skip to main content

Yamaha Scorpio, si Besar yang Mantap tarikannya

Sebulan sudah si kalajengking menemani hari walaupun sesekali. Motor berbadan besar yang akhirnya dipilih setelah gag puas dengan penampilan Byson sang adik dan keputusan untuk menjual si Silver Tiger diusianya yang ke-13.

Dibandingkan Honda Tiger terdahulu, berat beban yang diberikan si besar Yamaha Scorpio jauh lebih terasa baik pada saat menjalankannya dalam kecepatan rendah maupun saat berusaha memarkirkannya dengan standar ganda. Entah karena memang spare part yang tidak biasa, kapasitas mesin 225cc atau bisa jadi lantaran tinggi bodi yang tampaknya lebih pas untuk dikendarai.

Meski demikian, Scorpio jauh lebih mantap tarikannya ketimbang Honda Tiger. Terutama ketika awal start dan bermanuver di jalanan macet. Sangat ringan dan lincah.

Menunggangi Yamaha Scorpio juga sempat mengingatkan saya saat beruntung mendapatkan kesempatan menjajal Suzuki Thunder 250 milik sepupu sedari Denpasar hinga Bedugul tahun 2003 lalu. Meski dudukannya tidak sama, namun tingkat kenyamanannya setara. Tidak perlu membungkukkan badan lagi sepanjang perjalanan.

Dilihat dari penampilan sebenarnya Yamaha Scorpio kalah jauh dengan saudaranya, Byson yang terlihat lebih Naked. Namun dengan kapasitas mesin yang jauh lebih besar tampaknya jauh lebih pede jika harus dipaksa bersanding dijalanan. Terutama saat dicoba unjuk gigi dari segi kecepatan.

Sayangnya secara pribadi ada beberapa kekurangan Yamaha Scorpio setelah merasakan sebulan pemakaian ketimbang pendahulunya Honda Tiger.

Pertama dari tuas Gigi yang masih menganut pola lama. Bukan satu tuas ungkit sehingga agak menyulitkan juga bagi yang sudah terbiasa dengan penggunaan Honda Tiger. Kedua, secara desain knalpot Scorpio kurang gahar dibanding penampilan Tiger versi terkini, terlalu banyak variasi yang kesannya malah dipaksakan. Ketiga, meletupnya knalpot saat digunakan yang jujur saja tidak pernah saya alami saat mengendarai Tiger terdahulu. Keempat, untuk ukuran motor besar  tampaknya kedua kaki (baca:roda ban) Scorpio bisa dikatakan sangat kurus sehingga tampak aneh ketika diteliti dari belakang. Itu sebabnya, ada keinginan untuk mengganti keduanya dengan catokan yang lebih besar. Sayang, masih terbentur harga yang jika boleh dikatakan sangat mahal untuk ditebus. Dan kelima, mungkin maksudnya bagus, mengikuti peraturan Safety Riding dengan secara otomatis menyalakan lampu depan saat dinyalakan namun rasanya ada kalanya lampu tidak terlalu diperlukan untuk tetap menyala.

Bersyukur saat dicoba sendirian melintasi jalanan kota Denpasar, mengajak MiRah dan menggandeng ibunya, Yamaha Scorpio mampu mengakomodasi apa yang saya harapkan sebelumnya. Jadi gag sabar untuk diuji jarak jauh.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja