Skip to main content

Tahun Baru, Beli Ponsel Baru gag ya ?

Kalo dipikir-pikir, bekerja di lingkungan PNS yang notabene jarang bersentuhan dengan Teknologi, kerap memunculkan satu hiruk pikuk yang sebetulnya bagi saya pribadi merupakan hal yang kecil, namun bagi kami semua adalah hal yang menghebohkan. Tahun Baru (hampir selalu) identik dengan Ponsel Baru.

Ngomong-ngomong soal Ponsel Baru, ceritanya bulan pertama ini jadi bulan penuh berkah bagi sebagian besar PNS yang pada tahun lalu kebanjiran proyek. Honor ataupun apalah namanya itu datang silih berganti, sehingga sangat memungkinkan bagi si penerima untuk sekedar memberikan penghargaan pada diri sendiri dengan sebuah perangkat komunikasi terkini, entah memang karena keperluan yang mendesak atau hanya sekedar menaikkan gengsi. Bagi yang mendapatkannya jauh lebih besar, jangankan ponsel, mobil barupun jadi. Hehehe…

BlackBerry, tentu saja masih menjadi daya tarik yang menempati peringkat pertama sebagai ponsel yang paling diincar. Entah karena mereka memang sangat memerlukan layanan Push Email yang menjadi ‘jualan utama’ Researh In Motion, atau hanya sekedar ingin mencoba asyiknya BBM-an. Apalagi kini ditambah dengan iming-iming ‘social networking’ yang menyebabkan hip-nya FaceBook dikalangan abdi Masyarakat. Bisa dikatakan hampir sebagian besar teman kantor kini memiliki akun FB, meskipun rata-rata jarang apdet status.

Bagi yang rejekinya agak cekak lebih memilih brand Nokia sebagai pilihannya. Rata-rata seri yang diminati masih berkisar QWERTY desain, seperti E63 yang kiasaran harganya masih nangkring di 1,5 jutaan atau C3 yang lebih ‘down to earth’ sejutaan. Kedua pilihan tersebut bagi saya pribadi sudah cukup mantap mengingat dari segi fitur yang ditawarkan lumayan menggoda.

Sayangnya, yang namanya ‘Teknologi Ponsel’ dalam arti sebenarnya apalagi yang sebetulnya menjadi Hip tahun lalu dan perkiraan tahun ini, gag satupun saya lihat ada dalam daftar pilihan mereka. Katakanlah iPhone 4, Windows 7 atau bahkan Android. Bisa jadi lantaran faktor harga yang kurang menarik (terlalu mahal), bias juga lantaran factor ‘tingkat kesulitan untuk pemahaman penggunaan’. Karena gag semua mampu memahami cara penggunaan ponsel-ponsel high end ini.

Saya pribadi jujur saja malah belum tertarik untuk ikut-ikutan latah mengganti dua ponsel yang kini masih setia saya gunakan dengan BlackBerry, seperti saran rekan-rekan yang lain. Bisa jadi lantaran anggapan yang saya tanamkan pada otak kotor saya ini, bahwa ‘saya belum memerlukan benar teknologi ataupun fitur layanan yang ditawarkan oleh masing-masing brand besar’.

Untuk ponsel GSM, saya masih betah mengandalkan ponsel Nokia jadul N73 hitam yang saya beli beberapa saat sebelum MiRah GayatriDewi, putri kami lahir. Secara fitur yang kerap saya gunakan ada Kamera 3,2 MP yang sudah autofocus, untuk menggantikan peran kamera digital yang kelupaan dibawa atau kehabisan daya. Beberapa hasilnya bahkan saya gunakan sebagai ilustrasi blog ini. Demikian halnya dengan dual speaker Stereo-nya yang masih cukup mantap menemani waktu mandi saya. Hehehe…

Selebihnya, ponsel Nokia N73 ini hanya saya gunakan untuk Messaging atau mengirim SmS, dimana operator GSM paling getol menawarkan sejumlah SmS Gratis. Lumayan untuk mendukung aktifitas penjualan PulSa ataupun berkirim ucapan Hari Raya. Murahnya tariff koneksi data ketimbang Flexypun menyebabkan saya betah mengandalkan Web Browsernya hanya untuk melakukan aktifitas ‘Check-in’ di beberapa Venue FourSQuare dalam rangka berburu BadGe atau hanya sekedar ‘update status dan berkomentar pada akun FaceBook teman. Itupun untuk makin menghemat pulsa akibat pemakaian koneksi data, fitur Images, Foto dll, saya nonaktifkan. Hehehe…

Sedangkan untuk ponsel CDMA, saya masih setia menggunakan ponsel bertampang jadul  Motorola Q yang saya beli kisaran ratusan ribu saja (tak sampai sejuta). Ponsel ini lebih saya gunakan untuk Voice lantaran tarif flat Flexy yang jauh lebih memberikan rasa nyaman ketimbang promo gratisan operator GSM yang malah menguras pulsa.  Salah satu pertimbangan lainnya adalah adanya sistem operasi built in Windows Mobile 5, yang memberikan keleluasan jumlah PhoneBook ketimbang ponsel Nokia CDMA yang dahulu saya miliki. Sifatnya lebih pada Shared Memory ketimbang batasan jumlah. itu sebabnya saya lebih suka mencatat nomor baru di nomor CDMA ketimbang GSM.

Kendati kedua ponsel tersebut menyediakan fitur layanan sejenis yang dimiliki BlackBerry (Push Email melalui aplikasi MoZat dan Chatting melalui aplikasi eBuddy), jujur saja saya pribadi bisa dikatakan sangat jarang memanfaatkannya. Mungkin lantaran keinginan terpendam saya untuk mulai membatasi kedekatan fisik terhadap ponsel, yang kemudian malah lebih sering meninggalkan ponsel jauh di kamar saat berada dirumah ketimbang ditenteng kemana-mana.

Tahun Baru, Beli Ponsel Baru ?

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian