Skip to main content

Welcome Home : 9 hari di RS Sanglah

Tidak ada hal yang lebih mengasyikkan daripada ‘pulang kerumah’. Tempat dimana seluruh keluarga berkumpul dan bersenda gurau dalam suasana hangat, tempat dimana istirahat bakalan kembali nyaman dirasakan, tempat dimana putri kecil kami menunggu kehadiran orang tuanya yang selama 9 hari ‘terpaksa’ menginap di RS Sanglah.

9 hari menjalani hidup di RS Sanglah bagi sebagian orang mungkin akan tampak menakutkan mengingat image pelayanan RS Sanglah dikenal sangat buruk dan menjelimet birokrasinya. Namun 9 hari yang dilewati secara terpaksa benar-benar mampu dilewati dengan penuh rasa kekeluargaan diberikan oleh segenap staf dan perawat yang berada di sal perawatan ‘Wijaya Kusuma’ (kelas VIP C), sehingga selama sekian hari itu pula bener2 gak terasa seperti berada jauh dari rumah.

Berada 9 hari di RS Sanglah pastilah identik dengan adanya satu penyakit yang bersarang atau dialami oleh tubuh. ya, tapi tubuh Istri. Yang positif terkena Demam Berdarah. Satu penyakit yang tak ada obatnya selain makan dan minum banyak. Satu penyakit yang selama sebulan ini mewabah di lingkungan rumah, hingga puncaknya pada satu halaman rumah menjangkiti 5 tubuh yang berbeda tempat perawatan.

Pertama, keponakan kelas 3 SD, sempat menginap di sal Jempiring Sanglah, sedang adiknya yang baru kelas 1 SD, menginap terpisah di sal Pudak. Sementara Istri di sal Wijaya Kusuma 11, satu ipar di Dharma husada dan yang terakhir masuk, keponakan kelas 2 SD di Prima Medika masuk ICU pula. Hingga malam minggu ini tinggal satu orang terakhir saja yang masih dirawat, sementara empat lainnya sudah diperbolehkan pulang.

Mungkin esok, bakalan banyak cerita berkaitan keluh kesah dan kesan 9 hari berada di RS Sanglah, plus sisi lain dari sakit Demam Berdarah yang saat ini ditakuti oleh banyak orang, dan juga hal-hal unik yang ditangkap selama berada di sal wijaya Kusuma 11. namun untuk hari ini, cukuplah satu posting ini mewakili semua cerita nanti, paling tidak sudah mampu menjelaskan 10 hari absennya isi Blog, yang menyebabkan melonjaknya isi email sampe angka 387, angka yang tergolong fantastis, padahal biasanya seharinya paling nerima gak sampe 10an eamil. Dan juga traffic pengunjung di posting sebelumnya sampe angka 2ribuan. Mungkin sebagian malah bertanya-tanya kok tumben sampe hitungan 9 hari, isi blog blom jua ter-update.

Semoga posting pertama usai menginap di RS Sanglah yang sampe hari ini gak menyediakan Warnet dipelosok arealnya (sayang sekali gak bisa ngblog jadinya), bisa sekaligus menjadi permakluman bagi para rekan yang sudah bersusah payah berkunjung ke blog ini.

Seperti yang pernah saya ungkap dalam posting sebelumnya, dan pula kembali diulang pada awal posting ini, memang gak ada yang lebih menyenangkan daripada ‘pulang kerumah’. Fiuuuh… jadi bisa ngblog lagi.

J

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian