Skip to main content

Untuk seorang Sahabat

Pada saat kita dihadapkan pada 2 pilihan, yang mana harus dipilih demi sebuah kebaikan bersama ?

Seorang kawan mengatakan ‘totalitas 9 hari di RS Sanglah’ seperti meyakinkan diri pada orang lain bahwa ‘I Love my Wife and I Don’t Like my Duty’.

Kondisi yang berbeda menyebabkan ia bisa dengan entengnya berkata begitu. Terlahir dengan kondisi keluarga mapan dan terpandang, dimana uang bukan lagi satu masalah besar karena semua telah tersedia sejak kecil, apa yang diinginkan tinggal minta. Tak heran, terkadang sedemikian enteng pula ia mengatakan berani meninggalkan bangku kuliahnya jika ada mata kuliah yang tak diluluskan oleh dosen pengajar.

Tapi apakah ia pernah memikirkan atau paling tidak seandainya berada pada sisi sebaliknya ?

Saat terlahir pada keluarga yang hidup dari gaji bulanan, harus berhutang pula agar bisa melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi, sementara kondisi keluarga yang memang menuntut tanggung jawab serta belum bisa menggampangkan segala hal seperti berkhayal untuk berinvestasi demi masa depan. Lantaran tak ada yang diwariskan oleh orang tua… Semua itu masih jauh.

Siapa bilang ‘9 hari di RS Sanglah itu dijalani tanpa beban ?

Siapa sangka kalo selama itu pula semua pikiran harus disatukan demi sebuah tujuan terdekat yaitu kesembuhan Istri, sementara dirumah, si kecil harus rela berpisah dengan Ibunya ?

Siapa bilang kalo hati kecil ini akhirnya bisa juga merasakan kenekatan untuk berpasrah diri atas langkah yang harus diambil dan semua konsekuensi yang harus ditanggung ?

Segala kepasrahan akan image seorang pegawe negeri yang tak lagi bersih dan berdedikasi pada tugas pekerjaan dan kewajibannya, tapi toh masih banyak orang lain yang tak dihadapkan pada 2 pilihan sulit malah menjalani hari demi hari dengan mengulik togel ataupun absen berminggu-minggu tanpa ada protes dari pihak lain.

Atau mengingat komentar terakhir dari kawan dekat tadi, bahwa ‘kualitas tugas kuliah yang aku kerjakan jauh menurun drastis ? bisa apa jika ia dalam kondisi begini ? hanya satu yang bisa dilakukan untuk sementara, berlalu begitu saja, sambil memendam rasa kecewa dan marah pada diri sendiri, lantaran kata-kata seorang sahabat.

Memilih menjalani ‘9 Hari di RS Sanglah’, ternyata memang harus mengorbankan yang namanya tugas dan kewajiban akan seorang abdi negara, juga mengorbankan tugas kuliah demi berdebat dengan orang tua akan pilihan apa yang terbaik diberikan pada Istri, karena yang dipertaruhkan adalah Nyawa orang yang kita cintai, juga rasa sayang pada buah hati yang baru berumur satu bulan, sudah harus berpisah lama dengan Ibunya. Tak peduli lagi dengan sanksi mutasi sekalipun, atau malah tak diluluskan dalam satu mata kuliah. Karena demi menjalani pilihan tadi harus tetap mampu diselesaikan walopun harus mengorbankan apa yang saat ini masih menjadi milik kita.

Memang tak semua orang mampu mengerti akan pilihan yang sudah diambil, karena orang lain takkan mau berada pada sisi terjepit seperti yang kita alami.

***

Semua unek-unek ini didedikasikan untuk seorang sahabat dan senior yang aku kagumi selama ini. Walopun terkadang ia menjengkelkan, tapi tetaplah ia seorang yang berjasa besar bagiku.

NB : Semoga usai Terapi Listrik dikepala yang dilakukan siang tadi, apa yang menjadi keberatan selama ini pelan tapi pasti bakalan bisa diperbaiki.

Rasanya sudah gak sabar lagi buat mengerjakan tugas kuliah berikutnya Bli.  :grin: 

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Menantu Mertua dan Calon Mertua

Menonton kembali film lama Meet the Parents (2000) yang dibintangi oleh Ben Stiler dan Robert De Niro, mengingatkan saya betapa terjalnya perjalanan seorang calon menantu untuk mendapatkan kepercayaan sang calon mertua, atas putri kesayangan mereka yang kelak akan diambil menjadi seorang istri dan pendamping hidup. Meski ‘kekejaman’ yang ditunjukkan oleh sang calon mertua dalam film tersebut *sosok bapak* jauh lebih parah dari yang saya alami, namun kelihatannya cepat atau lambat, akan saya lakoni pula nantinya. Memiliki tiga putri yang salah satunya sudah masuk usia remaja, adalah saat-saat dimana kami khususnya saya sudah sewajarnya masuk dalam tahapan belajar menjadi seorang kawan bagi putri sulung saya satu ini. Mengingat ia kini sudah banyak bertanya perihal masa lalu yang saya miliki, baik soal pendidikan atau sekolah, pergaulan dan hobi. Memang sih untuk urusan pacar, ia masih menolak berbicara lebih jauh karena berusaha tak memikirkannya, namun sebagai seorang Bapak, ya wajar s

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja