Skip to main content

Mengingat Whistle Blower, jadi Saksi Kunci, serius ?

Sesaat ketika mengetahui adanya fitur Whistle Blower di aplikasi LPSE, Layanan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik beberapa tahun yang lalu, istilah yang saat itu menjadi Trend atas kasus apa gitu, saya lupa, maaf… sempat terpikirkan ‘seberapa beranikah kalian mencoba menerapkannya atas penyimpangan-penyimpangan yang kelak ataupun sudah terjadi pada birokrasi negeri ini ?’
Karena kalau melihat dari sisi positif atau reward yang diberikan, saya meyakini tak seberapa positifnya jika dibandingkan tekanan atau teror yang berpotensi diakibatkan karenanya, terutama apabila adanya ketidaksengajaan atau bisa jadi kesengajaan kebocoran informasi yang terjadi selama proses tersebut berlangsung.

Berselang sekian tahun, apa yang menjadi pertanyaan tadi, terjawab sudah.

Johannes Marliem, Saksi Kunci KPK atas kasus e-KTP yang kabarnya bakalan menjerat banyak pihak, tewas di Los Angeles Amerika. Ditengarai akibat bunuh diri, yang kalo secara logika pribadi, masih banyak kejanggalan didalamnya. Entahlah…

Ditambah teori konspirasi sebagaimana film epik JFK (1991), saya kok jadi semakin yakin, tentang kekhawatiran, seberapa kuatnya kita akan menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi ketika memilih tampil ke depan podium mendeklarasikan sebagai Abdi Negara yang Baik ?

Itulah yang terjadi pada sosok PakDe Jokowi, Presiden Indonesia keTujuh, dibully habis ketika sudah berupaya bekerja dengan benar, masih tetap Salah di mata banyak orang, atau Pak Ahok yang akhirnya terpeleset ucapan dan dipenjara, serta terbaru, Johannes Marliem yang tak mampu berbuat banyak, tewas mengenaskan.

Pada akhirnya, saya sendiri hanya bisa menuangkannya dalam sebuah status di akun sosial media FaceBook yang selama ini saya hindari.
‘Kematian Saksi Kunci KPK kasus e-KTP, Johannes Marliem di LA, menguatkan Pertanyaan yang selama ini bersliweran di Kepala.’
“Seberapa Kuat dan Seberapa Berani kah kalian menjadi seorang Saksi Kunci atau mungkin Whistle Blower pada kasus-kasus yang terjadi di Birokrasi negeri ini ?”

    Sambil menenggelamkan semua harapan dan keinginan yang sejak awal begitu menggebu, serta memilih jalan diam meski tak sesuai dengan hati nurani. Namun setidaknya ini merupakan keputusan terbaik bagi Keluarga nantinya.

Comments

Popular posts from this blog

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Akhirnya Migrasi Jua, Pulang ke Kampung Blogspot

Gak terasa yang namanya aktifitas menulisi Blog sudah sampai di tahun ke 17. Termasuk ukuran blogger senior kalau kata teman, padahal kalau dilihat dari sisi kualitas tetap saja masuk kelompok junior. Belum pernah menghasilkan tulisan yang keren sejauh ini. Blog bagi saya sudah jadi semacam wadah untuk coli. Ups Maaf kalo mencomot istilah gak baik. Tapi ini seriusan, karena memang digunakan untuk melanjutkan halusinasi tanpa perlu berpikir akan ada yang berkunjung, membaca atau tidak. Setidaknya berguna untuk menjaga pikiran-pikiran negatif agar tidak menjalar keluar mengganggu orang lain, atau melepas lelah dan keluh kesah harian akan segala tekanan bathin di keluarga, kantor maupun sosial masyarakat. Jadi maklumi saja kalau isi blognya gak sesuai ekspektasi kalian. Meski sudah menulis selama 17 tahun, namun laman Blog www.pandebaik.com ini kalau ndak salah baru lahir sekitar tahun 2008. Segera setelah bermasalah dengan media mainstream yang berbarengan dengan tutupnya penyedia hos

Kendala yang ditemui saat Migrasi Blog

Keputusan untuk Migrasi alias pulang kampung ke halaman Blogspot, sebetulnya merupakan satu keputusan yang berat mengingat WordPress sudah jadi pijakan yang mapan untuk ukuran blog yang berusia 17 tahun. Tapi mengingat pemahaman dan kemampuan pribadi akan pengelolaan blog dengan hosting yang teramat minim, sekian kali ditumbangkan oleh script, malware dan lainnya, rasanya malu juga kalau terus-terusan merepotkan orang hanya untuk sebuah blog pribadi yang gak mendatangkan materi apa-apa. Ini diambil, pasca berdiskusi panjang dengan 2-3 rekan yang paham soal proses Migrasi dan apa sisi positif di balik itu semua. Namun demikian, rupanya proses Migrasi yang tempo hari saya coba lakukan dengan hati-hati, tidak semulus harapan atau keinginan yang dibayangkan. Ada beberapa kendala didalamnya yang mana memberikan efek cukup fatal dalam pengarsipan cerita atau postingan blog sebelumnya. Yuk disimak apa saja. 1. Pengurangan jumlah postingan Blog yang cukup signifikan. Postingan Blog www.p