Skip to main content

Liburan...

Akhirnya kesampean juga liburannya…

Meski hawa kota Denpasar sudah sedemikian dingin, namun hasrat kami untuk berlibur di tepi danau Beratan Bedugul masih tetap tinggi sedari awal. Bisa jadi lantaran rasa bosan yang melanda jiwa sudah sedemikian parahnya gara-gara pekerjaan yang tak jua kunjung mereda, bahkan cenderung jenuh dengan rutinitas baru yang dipenuhi masalah hampir setiap harinya, padahal mereka para Rekanan atau Penyedia, harusnya sih bisa bersikap profesional dalam penyelesaian pekerjaan meski tanpa pengawasan, bukan profit oriented tok namun mengabaikan kualitas.

Tapi sudahlah… yang penting pagi ini, aku sudah terjaga digelap dan dinginnya hawa meski yang namanya celana panjang, jaket dan selimut, kukenakan sejak semalaman.

Bedugul. Wilayah perbatasan kabupaten Tabanan dengan Buleleng ini memang dikenal dengan hawanya yang dingin lantaran hadir di kawasan perbukitan ditambah perpaduan dua danau Buyan dan Beratan, dimana masing-masing memiliki obyek dan daya tarik wisata serta peminat yang berbeda. Kami sendiri memilih untuk menginap di tepi danau Beratan, sekitar 500 meter kearah kota Singaraja dari persimpangan Candi Kuning dan Kebun Raya.

Adalah berkat bantuan kakak ipar yang berusaha mencarikan tempat bermalam, ditengah fullybooked nya pesanan di beberapa tempat lain yang sejak awal kami minati. Mendapatkan stok 3 (tiga) kamar di Home Stay Melati 2 dengan harga per malam sekitar 350rb, lumayan membuat lega karena setidaknya impian yang sudah lama direncanakan, akhirnya bisa terwujud jua.

Dinginnya hawa dan air dari semalam, sempat mengingatkanku pada pengalaman camping jaman sekolahan dulu. Namun tentu saja kondisi saat ini jauh lebih beruntung mengingat secara tempat berteduh sudah tidak lagi beralaskan tikar diatas tanah. Apalagi yang namanya MCK, gag perlu susah mencari tempat tersembunyi, jauh dari tenda.

Dilihat dari bawaan, yang meski hanya semalam, rupanya jauh lebih banyak dari yang biasanya aku bawa jika sedang dinas ke luar kota. Mungkin ini disebabkan keberadaan kedua putri kecil kami yang notabene salah satunya masih berstatus bayi, sehingga perlengkapan dan peralatan extra mau tidak mau kami perhitungkan secara matang. Berbeda jika berangkat sendirian. Cukup satu celana, dua baju kaos dan charger *uhuk

Pagi ini sih rencananya kami bakalan langsung check out dan meluncur ke Kebun Raya Bedugul, untuk mengajak anak-anak bermain di sela Liburan mereka. Sekaligus menepati janji yang sudah sekian lama tak dipenuhi. Kira-kira seperti apa ya asyiknya liburan kami kali ini ?

Liburan, Bedugul, Home Stay, Melati 2, Opini

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian