Skip to main content

Menyambut Hadirnya Bidadari Kecil

23 Oktober 2012, sejenak usai makan siang… saya dan Yande Putrawan, baru saja bercerita tentang De Wira, putranda yang kini sudah berusia enam bulan. Ia menceritakan dengan antusias sambil menunjukkan beberapa video yang ada dalam perangkat tablet Samsung galaxy Tab 7+ yang baru saja ia beli menggantikan Tab lama. Ponselpun berdering.

Di ujung sana, Alit istri saya meminta diantarkan pulang, karena rasa sakit di perut sudah mulai terasa. Memang hingga jelang akhir bulan Oktober, istri belum mengambil cuti melahirkan, berhubung belum ada tanda-tanda. Tanpa bermaksud mengusir dan mengakhiri pembicaraan, kami memutuskan untuk bubaran. Yande menuju Dinas Cipta Karya untuk mengurus IMB-nya, sedang saya bergegas meluncur ke lobby kantor Dispenda Badung, sembari menghubungi dua atasan, kantor dan LPSE.

Sepanjang perjalanan saya terus meminta pada istri untuk segera memeriksakan kandungannya ke Bidan Wiratni sore ini. Tujuannya untuk mempertegas status kandungan, agar esok Rabu kami sudah bisa berbagi waktu, apakah mau ngantor kembali ataukan beristirahat dirumah. Perjalanan pulang yang kami lalui tak langsung menuju rumah. Istri masih sempat membeli ‘nyuh daksina’ (buah kelapa yang telah dikupas kasar), dan saya sendiri masih sempat membeli beberapa jajan untuk banten otonan (hari lahir Bali) MiRah putri pertama saya yang jatuh pada hari itu.

23 Oktober 2012 pukul 17.00 sore. MiRah sudah selesai mandi dan bersiap untuk Otonan. Alit, ibunya yang berencana natabin (menjalankan upakara) memilih duduk beristirahat lantaran sakit perutnya mulai menjadi. Akhirnya tugas natabin MiRah diganti neneknya. Saya sendiri masih sempat mengambil beberapa gambar upacara Otonan MiRah.

23 Oktober 2012 pukul 17.10. Sore yang panas. Saya memilih untuk mengguyur badan dengan air untuk membuat panas ini menjauh. Sementara itu, Air ketuban kandungan istri pecah. Ibu, neneknya MiRah tampak mulai kebingungan. Antara berkonsentrasi natabin upakaranya MiRah, dengan shock melihat kondisi Alit istri saya, mulai menggedor pintu kamar mandi. Sayapun diminta bergegas dan langsung menuju mobil. Meski Bidan Wiratni hanya beberapa langkah dari rumah, namun kondisi Istri tampaknya sudah tidak memungkinkan untuk berjalan lagi.

23 Oktober 2012 pukul 17.15. Kami sampai di Bidan Wiratni. Dengan segera istri dibopong ke Ruang Bersalin untuk memeriksakan status kandungannya. Hasilnya cukup mengagetkan. Bayi sudah bersiap untuk dilahirkan. Dokterpun dipanggil beserta Bidan Wiratni, turun tangan langsung menangani kandungan istri. Saya masih berusaha untuk menghubungi rumah, meminta agar disiapkan roti serta air mineral untuk dibawa ke Bidan. Karena pengalaman saat kelahiran putri pertama kami, Alit cukup lapar pasca proses, bisa jadi lantaran tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan persalinan normal sangat menguras energi.

23 Oktober 2012 pukul 17.25. Tangis bayi memecah sore ruang tunggu Bidan Wiratni. Bayi kami lahir, dan sayapun masih shock lantaran kebingungan. Antara gembira, haru dan masih was-was usai pecah air ketuban tadi. Telepon rumah kembali dihubungi, untuk mengabarkan hal ini. Seisi rumah jelas ikutan shock. Kaget lantaran tidak menyangka jika proses persalinan berjalan begitu cepat.

23 Oktober 2012 pukul 17.25. Putri kedua kami lahir ke dunia. Sementara waktu kami belum punya nama untuknya. Di memo Tablet hanya ada draft nama yang saya catatkan untuk dua alternatif. Nama anak laki dan perempuan. Pada akhirnya Tuhan memberi yang kedua. Dan nama itu bertuliskan ‘Pande Made …… PradnyaniDewi’.

Nama yang bernuansa dan berarti Bali. Seperti halnya kakaknya ‘Pande Putu MiRah GayatriDewi’. Yang kemudian menjadi pertanyaan, nama tengah yang akan digunakan agar memiliki makna yang kurang lebih sama dengan MiRah (batu permata). Pilihannya ada dua, Intan (saran dari saya dan kakeknya) dan Mas (saran dadi nenek Canggu, ibu mertua saya). Kamipun hingga hari ini belum menjatuhkan pilihan. Sementara saya pribadi masih memanggilnya Gek Ade. Gek – Geg dari Jegeg (cantik dalam bahasa Bali), dan Ade – Made (sebutan untuk anak kedua dalam budaya Bali). Namun mengingat kami pernah memiliki satu insan yang gugur dalam kandungan akhir tahun 2011 lalu, nama Made masih kami ragukan untuk digunakan. Terserah apa permintaan sang bayi kelak saat ‘bertanya’ nanti.

Proses persalinan berlangsung cepat. Sayapun lalu bergantian dengan ibu, mengurusi kamar inap di Bidan Wiratni sambil mengambil beberapa perlengkapan yang sudah kami siapkan jauh sebelumnya. Jarak antara rumah dan Bidan Wiratni yang hanya beberapa meter menyebabkan proses berjalan cepat dan sandyakala semuanya sudah selesai dilakukan. Berdasarkan nasehat dari Ida nak lingsir Sri Empu yang kami hubungi, proses penanaman ari-ari bayi akan dilakukan esok pagi, berhubung hari lahir sang bayi merupakan hari dewasa ayu yang sangat dikeramatkan oleh sebagian besar umat Hindu.

23 Oktober 2012. Anggarkasih Tambir tepat jatuh pada Kajeng Kliwon. Merupakan hari lahir Bali yang sama dengan MiRah putri pertama kami. Alamat enam bulan kedepan, kami akan melaksanakan dua upakara otonan secara bersamaan. Beberapa keluarga menyatakan kekagetannya dengan kesamaan hari lahir, dan hari lahir yang dipilih oleh sang bayi untuk turun ke bumi. Mencirikan keteguhan hati dan kerasnya jiwa sang bayi kelak, demikian halnya dengan MiRah.

23 Oktober 2012, pula menjadikan hari lahir putri kedua kami ini bersamaan dengan hari lahir neneknya secara nasional. Mengambil bintang Libra, bintang yang senada pula dengan ibunya. Musti berhati-hati nih. Hehehe…

Lahir dengan berat 3,3 KG dan panjang 48 cm, sesuai dengan ramalan Dokter Wardiana, dokter kandungan yang kami hormati sejak kehamilan pertama dulu. Beliau pula yang menyarankan untuk melahirkan secara Normal dimanapun kami inginkan. Karena berdasarkan hasil USG masih memungkinkan untuk itu. Sesaat setelah kelahiran, sayapun mengabarkan Beliau tentang hal ini dan berTerima Kasih, sekaligus berjanji untuk program yang ketiga kelak. *uhuk

24 Oktober 2012. Kelahiran putri kami yang kedua ini terasa berbeda. Banyak hal baru yang kami lakoni, diantaranya pembaharuan tempat tidur yang kami desain khusus untuk kami berempat, aktifitas yang sudah mulai terpetakan sejak awal dan banyak kemudahan lainnya yang kami rasakan untuk berkabar. Namun Saking antusiasnya saya menyambut kehadiran putri kami yang kedua ini, tak satupun tulisan yang bisa saya lahirkan pada hari yang sama hingga pagi ini. Hampir tak ada waktu luang yang bisa dilakukan untuk menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan, disamping tidak ada kata dan kalimat yang mampu saya lukiskan untuk menggambarkan kegembiraan ini.

25 Oktober 2012. Rencana ngantor hari ini batal saya laksanakan. MiRah putri kami positif dijangikiti Flu Singapura. Pantas saja sejak kemarinnya ia mengeluhkan sakit pada rongga mulut untuk menelan makanan, juga adanya bintik-bintik merah di kedua siku lengan, telapak tangan dan kaki. Sayapun memutuskan untuk terfokus pada MiRah, sembari ibu dan neneknya fokus pada bayi kami. Setelah menghubungi dua atasan, hari-hari penuh kesibukanpun kembali dilakoni. Mencuci popok, menyiapkan air, membuat susu dalam botol hingga menggendong si kecil dengan riang. De Ja Vu, semua sudah pernah dilakoni sebelumnya, jadi tidak ada rasa canggung lagi. Tinggal mengingat dan melakukannya lagi.

26 Oktober 2012. Kemarin malam adalah malam pertama kami begadang. Bayi tampak lebih nyaman untuk digendong di ruang tamu yang jauh lebih adem ketimbang dibobokan di ruang tidur. Kamipun bergantian mengajaknya, namun susu tetap menjadi tanggungjawab saya untuk menyiapkan.

Ini hari ketiga saya sudah tidak berolahraga. Minimal jalan kaki dini hari ke lapangan alun-alun. Maka itu saya pun bertekad untuk melakoninya agar tidak sampai parah kadar gula darahnya.

Adanya Diabetes pada tubuh saya menyebabkan rasa was-was apabila terjadi satu dan lain pada tubuh saat kami diminta untuk fokus pada kelahiran kedua ini. Itu sebabnya sayapun berusaha untuk menjaga kesehatan secara sadar agar tetap bisa bersama tiga bidadari cantik ini.

26 Oktober 2012 pukul 10.00. semua aktifitas telah diselesai dilaksanakan. Alit dan bayi kami sidah tertidur, membayar hutang tadi malam. MiRah usai minum obat dan belajar, memilih untuk beristirahat agar Flu Singapura-nya segera menjauh. Dan saya usai menyetrika, mencoba untuk duduk didepan NoteBook untuk melahirkan satu tulisan ini. Sebagai catatan bagi kami dimasa datang, sebagai ingatan bagi Putri kami yang kedua saat ia besar nanti, dan sebagai kewajiban seorang blogger untuk terus menulis dan menulis. Masa’ tentang gadget rajin banget mempublikasikan di blog ? sementara untuk kisah tentang putri kami yang kedua, hingga tiga hari ini belum jua ada ?

Jadi, Terima Kasih untuk semua ucapan dari Man Teman lewat jejaring sosial FaceBook, Twitter atau berkesempatan menengok langsung. Dan untuk menyambut kehadiran bidadari kecil kami ini, sementara tulisan tentang Gadget dan eksplorasi Custom ROM, saya hentikan dulu tanpa batas waktu. Mohon untuk dimaklumi, karena dengan inilah salah satu usaha untuk mampu mengungkapkan rasa cinta pada anak dan keluarga.

Selamat beraktifitas kawan-kawan…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian