Skip to main content

Nikmatnya Pepes Ikan Warung Merapen Penarungan

Soal selera bisa saja berbeda. Namun untuk yang satu ini tiada salahnya jika saya rekomendasikan. Terutama bagi kalian yang memiliki lidah yang terbiasa dengan masakan Bali tanpa bumbu saos, mustard atau mayonaise.

Pepes Ikan Warung Merapen Penarungan.

Pada dasarnya tidak ada yang istimewa jika kawan bertandang ke warung ini untuk pertama kalinya. Tempat makan yang sangat sederhana di perbatasan Desa Penarungan dan Abiansemal, tepi jalan tanpa kolam ikan atau tatanan landscape yang dihiasi bambu dan patung patung indah bernuansa Bali. Siapapun tidak akan pernah menyangka jika di warung kecil ini menyediakan sajian yang mampu memanggil Anda kembali untuk mencobanya.

Saya pribadi sebenarnya sudah mengenal warung ini sejak lama, tahun 2009-an kalo gag salah. Namun baru secara resmi diperkenalkan ke keluarga sekitar setahun lalu, ke mertua enam bulan lalu, dan seisi rumah sekitar tiga bulan lalu. Awalnya tempat ini masih berlokasi sekitar 25 meteran di sebelah selatan di sisi jalan yang sama. Kondisi warung yang terdahulu bisa saya katakan jauh lebih sederhana, jika kata ‘mengenaskan’ dianggap terlalu kejam untuk menggambarkannya. Hanya ada sekitar dua tiga meja dengan masing-masing empat kursi kayu, ditambah sebuah rak counter kaca yang menyajikan sejumlah kartu perdana serta pulsa, ditambah deretan pisau hasil karya semeton pande di sekitar warung tersebut. Pisau ?

Ya, nama warung ‘Merapen’ merupakan sebutan kata lain dari Prapen, sebuah tempat yang disakralkan bagi soroh atau Klan Pande, dimana merupakan tempat berstananya Dewa Brahma perlambang merahnya api yang pula merupakan tempat untuk membuat pelbagai persenjataan di masa lampau termasuk perkakas seperti pisau, mutik, blakas dan sejenisnya. Maka tidak heran jika si empunya warung merupakan semeton atau saudara kami juga.

Namun jangan lalu salah sangka jika di tulisan ini kami kemudian merekomendasikan Warung Merapen pada kalian sebagai salah satu alternatif tempat kuliner terutama apabila Kawan sedang melewati jalur jalan menuju Sangeh atau Bedugul jalur Desa Penarungan. Bukan atas dasar hubungan keluarga dimana salah satu Bhisama atau janji yang dahulu disampaikan oleh para leluhur kami, sejauh-jauhnya semeton Pande, tetap diakui sebagai nyame (saudara) ping due atau mindo atau mindon.

Lokasi tepatnya jika boleh saya gambarkan lewat kalimat, dapat diakses melalui jalur kearah utara dari perempatan desa Penarungan (pasar, puri dan kantor perbekel) dan berada di sisi kanan (timur jalan), sebelum batas/perbatasan desa Penarungan dengan Abiansemal. Jikapun kawan merasa kebingungan, tanyakan saja pada peduduk di sekitaran Desa Penarungan, Warung Merapen Banjar Belawan, Abiansemal Dauh Yeh Cani.

Pemiliknya bernama I Putu Murasta. Bapak ini secara rutin berburu ikan segar diseputaran kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar dan Kota Denpasar untuk memenuhi target pesanan konsumen yang kian hari kian melonjak. Terbukti jika Kawan mampir ke lokasi sekitar sore hari, dijamin tidak akan mendapatkan apa yang diharapkan.

Diatas telah saya katakan bahwa ini dapat direkomendasikan bagi kalian yang terbiasa dengan masakan Bali tanpa bumbu saos, mustard atau mayonaise. Jadi bagi yang paham, pasti tahu bagaimana rasa Base Rajang atau Base Genep yang bisa ditemukan pada masakan khas Bali lainnya seperti lawar, babi guling dan sejenisnya. Nah bagaimana jika kali ini dipadukan dengan ikan air tawar segar ? jadilah Pepes Ikan Merapen.

Ikan air tawar ini akan dipepes dengan menggunakan Base Genep atau Base Rajang yang telah diolah dengan mesin buatan penduduk setempat, yang hasilnya menyerupai hasil olahan manual tangan. Jadi tidak halus seperti hasil blender, namun tidak juga membuat pegal dan panas tangan si peracik. Pepes ikan yang telah diolah tadi ditutupi pula dengan daun ketela (ubi) untuk menambah rasa khas Bali yang diinginkan. Mengingat bahan yang digunakan merupakan Base Rajang atau Base Genep, rekomendasi tidak kami berikan bagi kalian yang memiliki masalah dengan pencernaan. Salah-salah seperti salah satu atasan kami yang langsung mengalami (maaf) mencret di keesokan harinya, setelah menyantap seekor pepes ikan Merapen tandas habis hingga ke bumbu dan daun ketelanya.

Harga jualnya tergolong terjangkau. Rata-rata per porsi sekitar 16ribu rupiah ditambah sepiring nasi dan semangkuk kecil sup ikan. Sedang harga per ekor pepes ikan jika Kawan ingin bawa pulang, bervariasi dari 8, 10 hingga 15 ribu per ekornya tergantung ukuran ikan yang diinginkan.

Dalam menikmati sajian, jika kawan mampu menghabiskannya hingga bumbu dan daun ketelanya maka persiapkanlah sejumlah tissue untuk melap keringat yang keluar dan (maaf sekali lagi) ingus dari hidung sebagai tanda pedas dan nikmatnya pepes ikan Merapen. *pengalaman pribadi

Kini sajian Warung Ikan Merapen Penarungan sudah semakin banyak memiliki langganan. Kabarnya beberapa pegawai dinas di lingkungan pemerintah Kabupaten Badung sampai membeli sejumlah porsi pepes ikan Merapen di pagi hari sebelum berangkat kerja, dan menjualnya kembali pada rekan lainnya sebagai variasi makan siang. Kami sendiri secara rutin bersama keluarga sabtu-minggu pagi, atau berdua dengan istri saat makan, jauh-jauh main ke Desa Penarungan hanya untuk menikmati pepes ikan Merapen.

Ohya, sajian ini sempat pula kami temukan di Warung Mina sebagai salah satu menu baru yang mereka sajikan. Namun entah mengapa dari segi rasa masih kalah jauh dari miliknya Merapen. Entah memang yang original memiliki rahasia meracik yang khusus atau mungkin lidah kami sudah terlanjur terbiasa dengan sajian pepes ikan Merapen.

Bagi kalian yang kebetulan lewat atau memang ingin merasakannya, hubungi dulu nomor ponsel si pemilik di 8521995 atau 9249292 untuk kepastian ketersediaan stok ikan, atau ingin memesannya terlebih dahulu agar tak sampai kehabisan.

Tak lupa, jika kalian menganggap bahwa ini iklan berbayar yang dipesan si pemilik, silahkan abaikan dan lupakan saja. Namun jika kalian percaya pada saya akan rekomendasi kali ini dan berkeinginan untuk mencobanya sekali-kali, jangan lupa bungkuskan dua ekor untuk saya yah… :p

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian