Skip to main content

HoneyComb, Madu Manis Android 3.0

Masih berbicara soal Android. Kali ini saya beruntung bisa berkenalan dengan OS (sistem operasi) Android versi 3.0 yang diberi Codename HoneyComb.

HoneyComb jika di Translate berarti SarangMadu milik lebah yang menurut Wikipedia merupakan OS (sistem operasi) Android yang memang secara khusus dikembangkan untuk perangkat Tablet. Selain dukungan akan layar lebar, multi prosesor serta grafis, HoneyComb dirancang memiliki User Interface yang berbeda dibandingkan dengan OS Android versi lainnya. Itu sebabnya bagi pengguna pertama HoneyComb akan merasakan pengalaman yang berbeda saat menjelajah perangkat Tablet dibanding ponsel.

Sayangnya, ketika berusaha untuk mencari tahu apa dan bagaimana HoneyComb sebenarnya di induk semangnya Android, tiga halaman pertama hasil pencarian rata-rata bertemakan sama. Mengulas Acer Inconia A500 sebagai perangkat Android HoneyComb pertama di Indonesia yang Termurah dan Terbaik. Hal ini bisa terjadi lantaran beberapa waktu lalu saat perangkat Acer diluncurkan, digelar Lomba Blog SEO terkait perangkat tablet milik Acer tersebut. Secara kebetulan, OS Android 3.0 HoneyComb yang saya dapatkan memang disematkan pula pada perangkat yang sama.

Minimnya Informasi yang dapat ditelaah melalui dunia maya, membuat saya berinteraksi secara otodidak berbekal kemampuan menguasai sedikit pengetahuan tentang Android versi sebelumnya, iOS milik perangkat iPad dan Struktur pola penggunaan PC. Berikut Ringkasannya.

Berangkat dari Lock Screen, Android HoneyComb tak lagi menyematkan tampilan Slide to Unlock miliknya iPhone, namun sedikit lebih kreatif dengan menggeser tampilan gembok pada area berbentuk lingkaran ke gembok kecil dipinggiran garis. Pada intinya sih sebenarnya sama saja. Hehehe…

Masuk ke tampilan depan, HomeScreen milik HoneyComb memberikan keleluasaan penempatan icon Shortcut dengan grid 7×8 dimana fitur penempatan shortcut yang akan tampil secara otomatis begitu usia proses instalasi, jadi makin mirip iOS yang sudah mengadopsinya lebih dulu. Meski demikian, fitur ini dapat di-nonaktifkan jika dirasa tak perlu.

Masih berkutat dihalaman depan, untuk penggantian Wallpaper, Widget ataupun penambahan/kurang icon Shortcut aplikasi murni melalui halaman Editing yang dapat diakses dengan menekan lebih lama halaman HomeScreen. Opsi penggantian ini takkan dapat ditemukan lagi pada menu Pengaturan atau Setting pada bagian Display seperti halnya OS Android versi sebelumnya.

Terbatasnya persediaan halaman HomeScreen yang hanya mengakomodasi hingga 5 tampilan, membuat pengguna harus pandai-pandai mengatur icon atau widget mana saja yang akan ditampilkan pada perangkat Android. Keterbatasan ini barangkali tidak akan ditemui pada perangkat iPad yang mampu menyediakan hingga 9 halaman HomeScreen.

Masuk ke menu Pengaturan atau Setting, bentukan iOS langsung terlihat. Baik dari Struktur fitur dan opsi, termasuk pula aktivasi tombol on/off yang ada. Pada menu pengaturan jumlah item yang disediakan tidak jauh berbeda dengan perangkat ponsel Android, hanya saja Sub Menu berikutnya ditampilkan kearah samping tanpa berganti halaman lagi.

Nafas iOS makin terasa jelas ketika mengakses Android Market. Beberapa aplikasi dan juga games yang ditawarkan seperti biasa lebih banyak yang berstatus Free ketimbang berbayar. Disandingkan dengan aplikasi atau games yang dapat dipergunakan pada perangkat  ponsel Android, beberapa diantaranya tidak kompatibel dengan besaran layar yang diadopsi HoneyComb. Misalkan Moron Test yang langsung ‘Force Closed’ ketika diuji coba. Meski demikian, Games-games grafis yang lag pada perangkat ponsel, berjalan sangat baik pada HoneyComb. Ini tentu saja merupakan pengaruh utama dari jenis dan besaran prosesor yang didukung.

Berbicara tentang games, lantaran HoneyComb rata-rata sudah didukung Multi Prosesor plus Grafis Tegra, selain bisa didapatkan dari Android Market, Games bisa juga diakses melalui Tegra Zone yang menyajikan beragam Games dengan kebutuhan grafis tingkat tinggi. Need For Speed Shift merupakan salah satu diantaranya.

Yang tergolong unik dari HoneyComb adalah tampilan 3D Gallerynya. Entah memang bawaan OS atau fitur dari Acer, koleksi Foto yang ada dalam folder Gallery bisa ditampilkan layaknya foto biasa secara fullscreen, bisa juga ditampilkan dalam bentuk buku portofolio. Buku ini bisa diakses layaknya buku biasa, yang menyajikan tampilan flash lembaran buku yang dibuka dengan tangan.

Untuk Browser bawaan HoneyComb, Sepertinya Android mengusung Google Chrome ke perangkat tablet yang memang dikenal sebagai browser yang bersih dan gegas dalam berselancar. Seperti halnya Browser Chrome dalam perangkat PC, baik opsi Pengaturan dan Download managernya pun sama persis tertampil dengan baik. Perpindahan antar Tab pun tak seberat Browser bawaan perangkat ponsel Android sebelumnya.

Taskbar yang biasanya hadir disisi atas perangkat ponsel Android, pada HoneyComb tampil disisi bawah layaknya perangkat PC. Taskbar ini akan selalu hadir dalam setiap tampilan layar, dalam aplikasi ataupun Games sekalipun. Itu sebabnya pengguna selalu dapat mengakses halaman utama dengan hanya menekan tombol Home atau berpindah aplikasi melalui tombol Multitasking. Ketiadaan tombol fisik yang terdapat dalam perangkat bisa jadi merupakan pertimbangan utama dalam menyajikan Taskbar ini dalam setiap aktifitas.

Masih dalam Taskbar, terdapat setidaknya tiga tombol sentuh khusus yang ada di pojok kiri bawah layar sebagai tombol sentuh utama dalam HoneyComb. Back, Home dan Multitasking. Tombol tambahan untuk Pilihan akan muncul ketika aplikasi diakses dan dijalankan.

Disisi kanan bawah terdapat tampilan Jam atau waktu, daya batere dan sinyal Koneksi. Selain itu, opsi Pengaturan atau Setting serta semua notifikasi dapat diakses secara bersamaan atau satu persatu melalui jalur yang sama.

Yang patut dicermati dalam penggunaan HoneyComb adalah keberadaan tombol sentuh tambahan yang secara otomatis tampil pada layar dalam setiap aktifitas, dengan membawa fungsi-fungsi khusus. Misalkan saja fitur UnInstall pada halaman Menu ketika icon Shortcut ditekan dan dipindahgeserkan atau pilihan untuk menonaktifkan fitur auto shortcut app. Jadi jangan ragu untuk mencoba  yah…

Comments

Popular posts from this blog

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian