Skip to main content

Samsung Champ Duos, Mini Wifi nan Menggoda

Tampaknya Samsung sebagai salah satu Brand papan atas benar-benar Serius ingin menghantam balik dominasi ponsel lokal yang dalam dua tahun terakhir benar-benar handal dalam memperebutkan kue penjualan. Setelah melepas dua varian Samsung CH@T, ponsel berkeypad QWERTY yang salah satunya mengadopsi dual sim card dan satu lainnya mengadopsi Wifi seharga 800ribuan saja, kini mereka sudah melepas ponsel dual sim card berlayar sentuh dan sudah Wifi pula. Samsung Champ Duos.

Terakhir dipantau (28/3) Samsung Champ Duos bisa dibawa pulang dengan menukarnya seharga 945ribu saja. Harga yang lumayan bersaing mengingat ponsel lokal yang memiliki kemampuan sejenis (dual sim, layar sentuh dan wifi) dilego dengan kisaran harga yang tidak jauh berbeda. Hanya saja, bagi yang bosan dengan tampilan menu ponsel Lokal, bisa melirik ke Samsung Champ Duos ini kok.

Secara fisik bisa dikatakan Samsung Champ Duos tergolong ponsel Mini. Ketika beberapa kali saya genggam, tak ubahnya seperti membawa dompet gantungan kunci mobil yang Cuma berisikan STNK itu. Saking Mininya, Bisa jadi malahan orang gag akan tau kalo yang saya genggam itu adalah sebuah ponsel.

Dilepas dengan dua varian warna, Elegant Black dan Chic White, Samsung Champ Duos ini rupanya punya tongkrongan HomeScreen yang serupa dengan Android-nya Samsung Galaxy ACE. Saya pribadi sempat membathin, bahwa bagi yang awam, yakin banget bakalan mengira ni ponsel mengadopsi sistem operasi Android. Mengingat baik Samsung maupun brand lainnya sudah mulai melepaskan ponsel kalangan menengah berbasis Android dengan kisaran harga sejutaan saja.

Menilik HomeScreen atau tampilan layar utama, pengguna disajikan lima halaman yang dapat digeser-geser kesamping yang masing-masing terdapat empat icon aplikasi yang dapat di-Customize sesuai keinginan. Masuk pada Menu, pengguna disajikan grid icon 3×3 yang dapat digeser pula untuk mengakses menu yang lain. Sepintas, baik Tampilan HomeScreen maupun icon pada Menu yang digunakan, mengingatkan saya pada ponsel Samsung Galaxy ACE yang kini saya gunakan. Hanya saja berbeda kedalaman warna dan kejernihan grafisnya saja.

Dual Sim Card yang disematkan di badan ponsel dapat aktif secara bersamaan, dan uniknya, untuk bisa menelepon dengan kartu sim yang berbeda, pengguna tinggal menekan tombol kecil di sisi kanan bawah ponsel untuk mengaktifkan kartu sim mana yang ingin digunakan. Keunikan ini tentu berpengaruh pada perwajahan ponsel yang tidak menyajikan dua tombol hijau yang biasanya ada di ponsel-ponsel lokal.

Kameranya masih mengadopsi besaran 1,3 MP dengan Interface yang serupa pula dengan Samsung Galaxy ACE, serupa pula dengan Daftar Kontaknya yang bisa digulir dengan jari. Namun mengingat layar yang disematkan hanya berukuran 2,6 inchi, maka untuk melakukan input data, hanya disediakan keypad numerik virtual dan bukan QWERTY. Jelas ini jauh melegakan apalagi jika jari Pengguna tergolong sama dengan saya. Jempol semua. Hehehe…

Dari segi Multimedia, Samsung Champ Duos hanya menyediakan fitur Musik dan Radio minus Teve Analog. Untuk bisa mengaktifkannya, dalam paket penjualan sedah disediakan Headset yang berfungsi pula sebagai Antenna Radio.

Apa tadi saya sempat mengatakan bahwa Samsung Champ Duos ini sudah mengadopsi Wifi ? yup, itu benar. Ketika saya coba dengan menggunakan fitur Tethering-nya Samsung Galaxy ACE, aktifitas browsing pada Browser Internet bawaan dapat dijalankan dengan baik. Sayangnya, ketika kami mencoba mengunjungi alamat LPSE Badung yang notabene tidak memiliki Versi Mobile, kami kesulitan dalam mengakses halaman secara utuh. Hanya bisa dilakukan pada sisi kiri halaman dengan scroll atas bawah. Bisa jadi diperlukan sedikit pengaturan pada opsi Pilihan Browser. Ohya, bagi yang masih kagok dengan layar sentuhnya, Samsung menyediakan pula ‘Cotton Buds’ yang disematkan di cover belakang ponsel untuk membantu pengguna menunjuk-nunjuk layar layaknya ponsel PDA jadul itu.

Secara keseluruhan, ponsel Samsung Champ Duos ini bisa direkomenasikan bagi mereka yang menyukai ponsel simpel berlayar sentuh, dengan kebutuhan dual sim aktif dan telah mendukung koneksi Wifi. Dengan harga dibawah satu juta, ponsel berukuran mini ini tentu saja sangat menggoda untuk dimiliki.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian