Skip to main content

Ngayah Bersama Yowana Paramartha Warga Pande

Tidak banyak pekerjaan yang bisa kami kerjakan saat ngayah bersama hari minggu 20 Juni 2010 kemarin di Pura Penataran Pande Tamblingan. Alasan Pertama karena bahan baku yang akan diolah atau digarap belum semua bisa disiapkan oleh pihak Panitia. Hal yang sangat disayangkan sekaligus dapat dimaklumi mengingat proses Karya yang akan dilaksanakan baru akan benar-benar dimulai pada yanggal 23 Juni besok. Alasan Kedua sekaligus yang sebenarnya menjadi alasan terkuat adalah begitu mantapnya kekompakan dan etos kerja yang ditunjukkan oleh Semeton Yowana dari Peliatan Ubud sedari awal mereka menginjakkan kaki di areal Pura.

Jujur, saya salut dengan kerjasama dan tauladan positif yang mereka tunjukkan. Kurang lebih dua puluh orang Teruna Teruni yang dikomandoi oleh seorang senior Bli Pande TamanBali, mampu saling bahu membahu tanpa menunggu satu sama lainnya untuk bekerja, mengambil semua peluang pekerjaan yang ada dan menyelesaikannya dengan baik. Kekompakan juga pengetahuan akan pekerjaan yang diambil membuat saya (dan juga barangkali beberapa Semeton lain) hanya bisa terkagum-kagum dan takjub. Sungguh, saya iri (dalam arti positif) dengan semua semangat itu. Satu hal yang barangkali sudah tidak dapat saya temukan lagi pada Yowana dilingkungan kami.

Drs. I Made Gede Sutama, MM., Ketua Panitia Karya yang lebih dikenal dengan panggilan Pak Dede’s sesuai rencana berkenan hadir dan menerima kedatangan kami dengan baik. Beliau datang bersama dua penglingsir lainnya dan membawa serta beberapa buah buku yang sedianya akan dibagikan kepada Yowana. Adapun isi sebagian besar buku-buku tersebut adalah cerita tentang sejarah Pura Penataran Pande Tamblingan sedari penemuan hingga pembangunan yang dilihat baik dari kacamata pengalaman seorang Dede’s maupun dokumentasi yang tercatat secara mendetail.

Sekedar Informasi, Pura Penataran Pande Tamblingan atau yang dahulu dikenal dengan nama Pura Catur Lepus terletak di pinggir Danau Tamblingan, sebuah danau yang terletak di lereng sebelah utara Gunung Lesung, kawasan Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Tepatnya berada pada titik Latitude 8°15’57.62″S dan Longitude 115° 5’49.59″E sesuai arahan pada aplikasi Google Earth. Satu-satunya akses jalan menuju Pura sampai saat ini masih berupa jalan tanah yang dipadatkan, dengan lebar yang tidak memenuhi persyaratan sebuah jalan umum jalur dua arah. Suasananya kurang lebih sama dengan jalan akses menuju Pura Luhur Giri Selaka atau yang dikenal dengan nama Pura Alas Purwo.

Banyak cerita yang kami dapatkan baik melalui buku maupun diskusi kecil yang Beliau adakan sesaat setelah makan siang. Tentang Konsep pembangunan pura yang memadukan pemahaman jaman Bali Kuno dengan Modern, tentang penemuan Lingga Yoni yang melambangkan dua manusia laki-laki dan perempuan dan kemudian disandingkan dengan pelinggih Padma Capah, tentang tiadanya pelinggih Padmasana atau keberadaan Meru tumpang Telu (tiga) sebagai perwujudan Warga Pande, tentang penyengker pura yang memang dibuat sedemikian rupa tanpa tembok agar tetap menyatu dengan alam sekitarnya.

Ada juga tentang penemuan palung berisi air (tirta) yang tidak pernah habis, tentang pembuatan tiga buah keris yang sengaja dibuat langsung di lokasi Pura Penataran Pande Tamblingan, tentang pohon raksasa yang kabarnya dahulu digunakan sebagai media uji keris yang dibuat oleh leluhur, atau tentang keajaiban yang muncul saat pembuatan keris maupun ular merah yang dijadikan cover buku dokumentasi tersebut.

I Wayan Putrawan, SH atau yang lebih dikenal sebagai Yande, Teruna dari Pedungan yang untuk sementara ini didaulat sebagai koordinator pembentukan Yowana Paramartha Warga Pande untuk lingkup Kota dan kabupaten, benar-benar memanfaatkan momen diskusi ini untuk menyampaikan visi serta misi pembentukan Yowana sekaligus memohon bantuan Panitia Karya agar berkenan membantu sosialisasi atau pengenalan kepada Warga Pande yang nantinya akan tangkil setiap harinya. Terkait ide yang disampaikan, Pak Dede’s menyambut baik dan berjanji akan memberikan ruang sebagai tempat berekspresi entah dalam bentuk satu pengumuman tempel atau ruang khusus disekitar lokasi Pura. Opsi kedua yang dapat Beliau tawarkan adalah memberikan kesempatan pada perwakilan Yowana untuk ikut serta berbicara dan menyampaikan ide saat Puncak Acara nantinya.

Kegiatan Ngayah Bersama Yowana Paramartha Warga Pande ini merupakan kegiatan sosial kedua yang dilaksanakan selama kurun waktu seminggu terakhir. Adapun yang pertama dilangsungkan pada hari Sabtu 12 Juni yang lalu. Sayangnya saya sendiri tidak sempat hadir dan ikut serta saat itu.

Berkaitan dengan Karya yang akan dilaksanakan sedari tanggal 23 sampai dengan 29 Juni 2010 nanti, Yowana Paramartha Warga Pande untuk sementara ini menjadwalkan kembali rencana Ngayah Bersama sekaligus mekemit pada hari Sabtu tanggal 26 Juni, bertepatan dengan Puncak Karya. Satu momen yang pas bagi Teruna Teruni Pande terutama mereka yang berstatus jomblo. Siapa tahu bisa menemukan pasangan sesama Warga Pande. Hehehe…

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian