Skip to main content

Demam FaceBook nyaris menumbangkan BLoG

‘hare gene gak kenal FaceBook ? kemana aja ?’
Ungkap seorang teman kerja, sesaat setelah ditanyakan ‘apa siy FaceBook ituh ?’

Padahal sumpah mati, si rekan sendiri hingga kini masih blom punya account di FaceBook. Alasannya simpel, ‘ga ada waktu…’. Minimal ia tahu kalo Facebook itu isinya apa saja. Wong rata-rata para keponakannya pada keranjingan Facebook katanya. He…

Terlepas dari berbagai alasan setiap orang yang mencoba menjajal Facebook, sepertinya aktifitas kali ini mampu membuat orang yang terlanjur berkenalan menjadi ketagihan bahkan nyaris melupakan aktifitas yang ia lakukan sebelumnya.

Entah kapan saya pernah membaca bahwa ada satu dua perusahaan swasta yang melarang karyawannya untuk mengakses Facebook saat jam kerja berlangsung hingga memblokir akses menuju Facebook dari pc masing-masing pekerjanya. Ini karena keranjingan ber- Facebook ternyata membuat rata-rata penggunanya lupa akan tugas dan pekerjaan utama mereka. Waaahh…

Kalau sekedar Facebook-an saat jam kerja sih saya rasa masih belum terlalu masalah. Ada juga kok seperti cerita di media Jawa Pos tempo hari, dimana sekelompok remaja yang begitu merasakan ketagihan pada Facebook, hingga rela mengaktifkan ponselnya 24 jam untuk akses internet, dibawa kemanapun pergi, tidurpun ponsel harus tetap digenggaman, untuk menanti notifikasi atau respon dari rekan-rekannya. Buset dah ! Ohya, ngomong-ngomong Facebook kini bisa juga diakses via ponsel loh. He…

Demam Facebook agaknya tak hanya merambah mereka yang berstatus pekerja, remaja hingga para Calegpun mencoba peruntungan mereka layaknya Presiden Barrack Obama beberapa waktu lalu. Melakukan pendekatan pada setiap orang yang sekiranya berasal dari daerah pemilihannya, untuk kemudian berusaha menularkan visi misi mereka secara halus. Setidaknya ada 2 orang Caleg yang saya kenal lewat Facebook dan salah satunya baru saya sadari belakangan. He…

Facebook minimal mampu memberikan kabar terkini seseorang kepada ‘lingkungannya’, terkait apa yang dilakukan, dimana bersama siapa. Bisa juga dalam kondisi mood yang bagaimana. Yang terpenting, semua itu didapat secara ‘real time’. Minimal yang saya lihat rata-rata hanya berselang sehari, ‘status’ inipun berubah sesuai keadaan mereka.

Tampaknya perubahan perilaku, pola dan gaya hidup akibat Facebook ini dirasakan juga oleh sebagian besar BLoGGer. Ambil contohnya pada komunitas blogger yang saya kenal. Bali BLogger Community (BBC). Bisa dikatakan ada selang waktu yang cukup lama antara satu tulisan dengan tulisan berikutnya hingga yang terkini. Memang sih, ada beberapa rekan yang punya kebiasaan melahirkan tulisan atau buah pikiran mereka sebulan sekali, tapi yang saya maksudkan sebelumnya adalah para BLoGGer yang dahulunya saya kenal produktif dalam mengelola blognya.

Katakanlah Anton Muhajir pemilik rumahtulisan. Sang Jendral komunitas BBC ini dahulunya sempat mengakui bahwa ia mengalami ‘addicted -ketagihan- pada BLoG. Melahirkan posting tulisan setiap hari. Tapi kini ? He… Entah karena kesibukan berkeluarga, mengejar Euro atau malah keranjingan Facebook, tulisan terkini dalam blognya bisa merupakan tulisan semingguan lalu.

Ada juga yang mengeluhkan tentang traffic kunjungan blog yang dahulunya barangkali bisa mencapai angka ratusan hingga ribuan orang per harinya, kini malah menurun drastis. Belum lagi tingkat antusiasme tanggapan atau komentar pengunjung, ikutan berimbas pula. Ini dpicu oleh makin jarangnya isi BLoG dapat diupdate oleh pemiliknya hanya karena Facebook.

Sebetulnya ada beberapa rekan lagi yang memang secara rutin saya kunjungi blog-nya, tapi langsung balik kanan begitu tahu kalau tulisan yang hadir paling atas dalam blognya adalah tulisan satu dua bulan lalu. Mati suri nih ceritanya ?

Secara pribadi memang saya sadari sepenuhnya kalau Facebook mampu melahirkan demam yang bersiap menumbangkan aktifitas blog yang selama ini menjangkiti pola hidup beberapa BLoGGer. Apalagi dalam Facebook terdapat satu fitur (Note) yang memiliki fungsi sama dengan BLoG, hanya saja memiliki kelebihan pemberian ‘Tag’ beberapa rekan yang dikenal, sebagai undangan tak resmi bagi rekan tersebut agar mau melihat dan mengunjungi tulisan (Note) yang dibuat. Harapannya tentu saja sebuah tanggapan atau komentar dari orang yang di-Tag sebelumnya.

Hanya saja sekali lagi, bagi saya pribadi tampaknya Facebook sama saja dengan komunitas yang ada sebelumnya, seperti Friendster misalnya, belum mampu mengalahkan hobi saya dalam hal blog hingga rela mengorbankan pekerjaan sekalipun. Mungkin ini disebabkan oleh satu pertimbangan sederhana, seperti halnya rekan saya diatas tadi. ‘Gak ada waktu’ untuk mengorbankan hari-hari saya demi sebuah Facebook.

Bisa juga terkait dengan kebiasaan saya yang tak ingin diganggu oleh sesuatu yang sifatnya tak pasti. Seperti datangnya email notifikasi atas respon atau tanggapan apa yang dilakukan sebelumnya (berkomentar pada status teman, memperbaharui status, menampilkan foto-foto koleksi pribadi dsb). Sama halnya dengan tanggapan atau komentar akan tulisan saya pada BLoG. Hingga terkadang saya merasa begitu ‘terbebaskan’ apabila bisa meninggalkan benda yang bernama ponsel jauh dari aktifitas saya, bahkan mematikan suaranya sekalipun. He…

Karena memang baik aktifitas harian maupun pekerjaan saya belum menuntut saya untuk aktif akses internet seharian. Kirim terima email, berbisnis dsb. Hal ini pernah saya katakan pada seorang Rekan yang beberapa waktu lalu memperkenalkan aplikasi Morange yang berbasis Java, sehingga harapannya saya bisa memanfaatkan fitur ‘Push Email’ secara harian dan berbiaya murah.

Hanya kalau sempat atau kalau senggang saja.

Makanya BLoG PanDe Baik hingga hari inipun masih melakukan aktifitasnya seperti sebelumnya. Melahirkan tulisan dua tiga hari sekali, disela kesibukan keluarga dan pekerjaan. Entah bagaimana dengan BLoG yang lain.

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian