Skip to main content

Gak sampe seJam tanpa CaLo di PoLtabes

Selasa, 24 Maret lalu akhirnya saya meluangkan waktu atau jam kerja untuk mengurus Surat Ijin Mengemudi (SIM) untuk kendaraan sepeda motor. Berhubung hari sabtu sebelumnya baru ingat kalo SIM yang saya miliki ini sudah tidak berlaku lagi per tanggal 16 April 2008. Ups hampir setahun.

Dibandingkan satu saat saya terkena tilang atau salam tempel yang telah mendunia via YouTube kemarin, mending langsung aja diurusin ke Poltabes. Walau sempat pula bertanya-tanya ke beberapa rekan perihal keberadaan mobil unit pengurusan SIM Keliling. Kali aja urusannya bisa jauh lebih singkat dan mudah.

Atas saran salah satu rekan yang saya tanyakan tersebut pula, saya mengumpulkan keberanian untuk mengurus secara langsung permohonan SIM ke Poltabes. Bukan apa-apa, lantaran saya kembali mengingat-ingat bagaimana situasi kondisi Poltabes tempo dulu, terakhir kali saya mengurus SIM dan Kelakuan Baik. Calo yang berkeliaran, uang pengajuan yang bisa mencapai dua kali lipatnya dan waktu yang terbuang lama…

Waktu menunjukkan pukul 7.30 pagi, saat saya sudah sampai di parkiran Poltabes. Ruangan masih sepi, karena ada apel pagi dan pengarahan dari Pembina Upacaranya. Ternyata banyak perubahan yang terjadi di Poltabes meliputi pembatas kaca di area pengajuan SIM, kantin yang berjajar digedung selatan yang kini sudah berlantai dua, rupanya ruang ujian teori bagi pemohon SIM dipindah ke lantai atas, serta satu buah pemancar parabola, yang saya kira awalnya adalah koneksi Wifi gratis. Huahahaha….

Yang makin menakjubkan saya adalah spanduk didepan area permohonan SIM yang menyatakan kurang lebih untuk melakukan permohonan secara langsung tanpa keterlibatan Calo. Hah ? apa bener ? ketidakpercayaan ini bahkan sempat saya ungkap di status Facebook, dan mendapat respon ‘memang benar tuh !’. He…

Waktu sudah menunjukkan pukul 8.15 pagi, tapi belum jua ada tanda-tanda ruangan permohonan SIM dibuka untuk Umum…. Saya tetap menanti dengan sabar, seperti kata Bung Gentry, dalam komen atas status saya di Facebook. Eh, rupanya ada semacam kata sambutan terlebih dahulu dari pihak Poltabes kepada masyarakat yang akan berurusan baik itu permohonan SIM maupun kelakuan Baik, dan tepat pukul 8.30, pintu dibuka.

Saat masuk dari pintu timur, saya disambut oleh petugas yang berjaga dan ditanyakan keperluannya. Setelah mengatakan bahwa SIM saya sudah tak berlaku setahun lalu, Petugas sesuai aturan yang berlaku menyarankan saya untuk melakukan Perpanjangan SIM karena memang belum lewat waktu setahun. Seandainya lewat, pemohon bakalan diarahkan ke Permohonan Baru.

Untuk dapat melakukan Perpanjangan SIM, saya diminta melengkapi persayaratannya terlebih dahulu, yaitu pencarian ‘Surat Keterangan Dokter’ dan fotocopy ‘Surat Identitas Diri’. Wah, nyari dimana nih ?

Saya kemudian diarahkan ke warung kecil sisi timur Poltabes, dimana seorang dokter Umum melakukan Praktek, dan benar… terlihat antrean pemohon SIM melakukan hal sama dengan saya. Waktu antre yang diperlukan ternyata gak lama, malah membuat saya berpikir bahwa untuk mendapatkan ‘Surat Keterangan’ ini cukup dengan membayar saja, gak pake dicek terlebih dahulu.

Saat saya menunggu panggilan sesuai nomor antrean, terlihat seorang Bapak berbaju PNS, ikut mengantre padahal ditangannya sudah tertera ‘Surat Keterangan Sehat’ yang rupanya Beliau cari dari Dokter dekat rumahnya. Tetap saja oleh pihak Poltabes disarankan untuk ‘mengesahkan’ Surat Keterangan tersebut oleh dokter setempat. Hihihi… kok bisa ya ?

Ohya, ternyata setelah masuk keruangan berukuran 2,5×2,5 meter itu, pikiran saya boleh dikatakan salah besar. Berhubung didalam ruangan, ada dua pasien sekaligus yang masuk, satu diperiksa tekanan darah dan kesehatan matanya, satu lagi dicatat dahulu administrasinya. Setelah membayar uang jasa sebesar 25.000 rupiah, sayapun memperolehnya. Sedangkan untuk ‘Kartu Identitas Diri’ dapat di fotocopy didekat area kantin.

Well, Waktu menunjukkan pukul 8.55 pagi, sayapun memulai proses permohonan Perpanjangan SIM. Sebelum memasuki area Permohonan, saya diminta menggunakan kalung Tag yang disponsori oleh Nokia berwarna merah, berisi tulisan ‘Pemohon SIM C’. Kalung tag wajib dipakai saat berada didalam area, dan hanya diperuntukkan bagi si Pemohon saja. Sedangkan rang-orang yang bukan Pemohon (dalam hal ini adalah pengantar, teman, saudara bahkan CALO), dipersilahkan menunggu diluar. Bagi yang membandel, tentu saja harus siap menerima hardikan petugas disana.

Usai saya membayar biaya Perpanjangan SIM sebesar 60.000 rupiah saja, saya diminta melengkapi formulir identitas diri sebelum melanjutkan urusan ke Loket Satu. Sialnya, saya gak membawa bolpoin dan diarea tersebut tidak ada fasilitas yang menyediakannya. Hanya kursi dan meja. Ini dibenarkan oleh Petugas disana, bahwa bolpoin harus dibawa sendiri oleh Pemohon. Wah… Kenapa tidak seperti pelayanan Bank atau Kantor Pos yah ?

It’s okelah…. Demi SIM C apapun akan saya lakukan. Pilihan membeli bolpoinpun lokasinya sama dengan tempat memfotocopy tadi. Sayapun melanjutkan proses permohonan ke Loket Satu, dan hanya menunggu sebentar, Map permohonan sudah bisa diajukan ke loket Dua.

Berhubung yang mengantre gak banyak, tak terasa sampai sepuluh menit nama saya dipanggil dan dipersilahkan untuk melanjutkannya ke Loket Tiga atau Bagian Foto untuk Pemohon SIM. Saya katakan gak terasa, karena saya menghabiskan waktu dengan Facebook versi Mobile via PDA, dan tentu saja Morange. Hehehe…

Usai difoto, waktu yang saya perlukan untuk duduk diam menunggu ternyata hanya satu dua menit saja rupanya. SIM C dengan masa berlaku yang baru, sudah saya dapatkan dan sayapun bisa meninggalkan Poltabes tanpa tambahan atau pungutan biaya lagi. Surprais banget !!!

Setelah dihitung-hitung rupanya untuk proses pengajuan permohonan SIM gak sampai memakan waktu satu jam, Saudara-saudara !!! tanpa CALO pula. Itu jika Persyaratan yang diminta sudah lengkap. Untuk biaya hanya menghabiskan sebesar 88.500 rupiah saja.

Rp. 60.000 untuk biaya Perpanjangan SIM C

Rp. 25.000 untuk ‘Surat Keterangan Sehat’

Rp. 3.500 untuk fotocopy, bolpoin dan parkir. Huehehehe….

So, berarti apa yang dicanangkan selama ini memang benar adanya. Proses yang cepat, murah dan satu lagi tanpa CALO !!! Pelayanan ini sangat membuat nyaman bagi saya pribadi selaku Pemohon SIM dan tak segan untuk mengajak rekan-rekan (via BLoG juga) agar tak segan lagi datang langsung ke Poltabes apabila masa berlaku SIM Anda sudah hampir habis. Jangan Takut.

> PanDe Baik secara pribadi mengucapkan terima kasih lewat BLoG ini kepada semua petugas yang melakukan Pelayanan saat permohonan SIM kemarin, untuk keramahtamahannya menyapa masyarakat yang datang, memberikan bantuan keterangan arahan terkait proses permohonan dan tentu saja tetap memberikan senyum walaupun dalam kondisi tidak fit…. <

NB : Saya sempat menguping bisik-bisik para petugas soale, ada yang mengatakan mengantuk dan capek karena mempersiapkan hari raya Nyepi dan Kuningan…. tapi tetap saja mereka Tersenyum dan Ramah kepada kami.

SALUTE !!!

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian