Ehm, lantaran terlanjur kelepasan nulis yang berat-berat, dua hari ini saya mendapatkan beberapa sms dari rekan kantor yang meminta saya untuk menghapus dua tulisan terakhir. Dikhawatirkan bakalan mengundang KPK dan sejenisnya. dengan embel-embel ancaman tentu saja….
btw, sepertinya pernah saya alami sebelumnya, perihal ancam mengancam ini… Ah biarlah… toh semua sudah pada tahu. Anyway, jadi males ngelanjutin yang kemarin, sekarang ngomongin yang ringan-ringan ajalah. Boleh kan ? He…
Kalo mau dirangking, aktifitas saya belakangan ini yang berhubungan dengan laptop diperingkat paling atas bisa dikatakan adalah nge-Games. Sedangkan BLoG dan nge-FB barangkali sudah bisa dinomorduakan.
Tak lain dan tak bukan karena waktu yang saya miliki baik dirumah dan dikantor sudah lebih lumayan senggang dibanding saat perkuliahan lalu, disamping efek dari kerja awal tahun di pemerintahan yang masih menantikan masa-masa tender.
Games secara umum memang bisa dikatakan sangat mendominasi kehidupan saya sedari pertama kali mengenal PC (hadiah dari kakak yang waktu itu kuliah di ITS Surabaya). Seiring perkembangan teknologi, games kini tak hanya bisa dimainkan dalam bentuk PC desktop seperti tahun 93/94-an lalu, (kurang lebih / kalo ndak salah –pertama kali saya mengenal PC-). Bahkan dalam bentuk kecil yaitu ponselpun yang namanya games sudah berjubel bisa didapatkan dan dinikmati.
Kalo mau dicermati, untuk dapat memahami apa dan bagaimana Games itu ternyata gak semudah yang dibayangkan para orang tua. Karena Games itu punya keasyikan tersendiri, mampu mencerminkan sifat, karakter hingga hobby si penyuka games, selain juga bermanfaat dalam berbagai bidang kesehariannya. Untuk memainkannyapun tak gampang seperti yang diperkirakan orang sebelumnya.
Orang awam umumnya saat membeli sebuah PC standar dengan grafis on board, saya yakin entah orang tersebut atau barangkali anaknya, dipastikan punya keinginan menjajal PC untuk bermain games yang belakangan sedang nge-trend, atau minimal mendengar dari rekan lainnya. Katakan Counter Strike atau games balap mobil Need For Speed.
Bagi yang paham dengan spesifikasi minimal untuk dapat menikmati kedua games tersebut diatas tentu saja menyadari bahwa tak cukup dengan PC standar saja. Masih diperlukan kartu grafis dan juga memory tambahan untuk dapat memainkannya dengan baik. Katakanlah untuk mendapatkan kehalusan detail yang dinikmati saat bermain games. Keindahan tekstur dinding, mulusnya mobil lawan atau bahkan nuansa lingkungan disekitarnya.
Nah, jika PC standar tadi dipaksakan, maka akibatnya tentu saja seperti yang dialami adik sepupu saya dua tiga tahun lalu. Motherboardnya jebol dan solusinya tentu saja ganti baru. Ini karena PC tak mampu menjalankan games berhubung spesifikasi tak memenuhi syarat Gaming.
Kesimpulan sementara yang dapat diambil dari kondisi diatas tentu saja makin keren tampilan games yang diinginkan, makin cepat proses dan tindakan sang tokoh diharapkan, memerlukan spesifikasi PC yang makin canggih pula.
Games dapat mencerminkan sifat, karakter atau hobby seseorang. Ya, tentu saja. Seseorang yang memiliki jiwa dan hobby perencana barangkali bakalan memilih games berbasis strategi seperti Warcraft atau Sim City ketimbang yang suka pukul-pukulan atau tembak-tembakan langsung macam Counter Strike. Bahkan ada juga yang gila bola, memilih games macam Fifa atau Football manager ketimbang games Zuma seperti yang familiar di setiap kantor Pemerintahan.
Kantor Pemerintahan ? Ya, saya yakin dari sekian banyak rekan yang pernah berhubungan dengan instansi pemerintahan entah untuk mengurus KTP atau perijinan, bakalan menangkap satu dua pegawai yang asik mojok memainkan Zuma atau Bola-Bola (aslinya bernama Magic Lines), tanpa peduli masyarakat lewat lalu lalang.
Memang, Games itu sangat menghanyutkan dan cenderung mampu melupakan waktu sedari pagi ngantor hingga jam pulang, tak peduli kerjaan menumpuk. Tapi gak semua kok games itu berpengaruh negatif. Tergantung dan kembali pada si pelakunya sendiri.
Tempo hari saya pernah membaca salah satu blog rekan yang menulis perihal kegiatan nge-Games ternyata mampu mendatangkan uang. Yaitu dengan cara mencoba atau melakukan test awal pada games-games sebelumnya diluncurkan, untuk mendapatkan respon, kritik, perbaikan maupun pengembangan dan juga kekurangan (bug) pada games tersebut.
Games tak melulu sifatnya tak mendidik kok. Ada juga games yang dibuat dan ditujukan untuk mengembangkan daya nalar seseorang untuk berpikir praktis, merencanakan sesuatu dalam waktu singkat secara cepat dan tepat tanpa perilaku curang. Katakanlah games strategi atau Sudoku misalnya.
Bahkan saya sempat merasakan manfaat games strategi ini secara langsung saat mengikuti mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur VI di Teknik Arsitektur dahulu, dimana tugas yang diberikan ternyata tak jauh dengan games yang sedang saya sukai saat itu. Merancang Rumah Sakit. Pernah mendengar games Themes Hospital ?
Misinya merencanakan sebuah rumah sakit yang mampu melayani masyarakat dari level terendah yaitu flu batuk demam hingga tingkat menengah patah tulang, X-Ray dan Rontgen dan tingkat paling parah akibat gempa bumi, epidemi dan serangan alien UFO. Untuk memahaminya kita beneran memerlukan kamus tetap standby disamping PC serta mengatur keuangan agar mampu membangun ruang per ruang yang mutlak diperlukan (ruang konsultasi untuk dokter umum, ruang obat untuk perawat/apoteker dan ruang pemeriksaan untuk dokter spesialis), serta menggaji orang per orang yang dipekerjakan. Lengkap dengan mesin minuman, pot tanaman dan tempat sampah di tiap sudut ruangan. Serta pemanfaatan ruang agar efisien dan efektif untuk seluruh bagian yang diharapkan dapat dibangun dalam lingkup area tertentu yang disediakan. Tentu saja kita harus merencanakan penempatan pintu dan jendela serta AC dalam ruangan agar kenyamanan dokter serta si pasien dapat tercapai.
Yah terlepas dari semua hal diatas, Games tetaplah Games. Satu media yang malahan dianggap bagi sebagian orang sebagai cara paling baik untuk ber-anti sosial dengan sesamanya.
Comments
Post a Comment