Skip to main content

Apa Ukuran sebuah Hidup yang Bahagia ?

Kira-kira apa yang menjadi ukuran dapat membuat anda merasakan bahagia dalam hidup ?

Seandainya melajang, apakah pacar yang cantik dan seksi ? punya waktu luang untuk dugem atau interaksi sosial lainnya ? menunggangi motor gres atau mobil yang lagi trend ? Teman-teman yang dekat dan loyal ?

Seandainya pula telah berkeluarga, apakah karir yang sukses menjadi satu-satunya tujuan ? mobil mewah barangkali ? uang yang melimpah ? atau malah rumah indah nan megah ?

Bagi saya pribadi sih, itu bukan ukuran untuk membuat saya bahagia dalam menjalani hidup. Tapi kalo untuk sekedar menjadi alternatif pendukung, ya tentu saja itu semua ada didalamnya. Trus apa dong yang paling penting bagi saya agar bisa bahagia dan jauh lebih menikmati hidup ?

KeLuarga tentu. Dalam hal ini hubungan saya dengan Istri dan anak, serta tentunya yang berikut adalah dengan Orang Tua dan Mertua.

Sebegitu simpel dan sederhana ? gak juga sih.

Karena untuk menyatukan keluarga dalam suasana cinta kasih sangat sulit diwujudkan.

Lihat saja keluar jendela. Ada pasangan suami istri yang bertengkar dan ujung-ujungnya berakhir pada penganiayaan. Ada juga pertikaian antara anak dan orang tua yang berakhir pada pembunuhan atau malah berdebat di pengadilan. Yang paling sering tampil dilayar kaca tentu perselingkuhan artis musik yang berakhir pada gugatan cerai.

Adalah mudah untuk mencapai karir tinggi. Tinggal kita bermain fair play jika memungkinkan dan giat tentunya. Siapapun bisa. Mobil mewah atau rumah megah ? masih bisa dengan jalan kredit ataupun pinjaman. Pacar yang cantik dan seksi ? silahkan mengadakan sayembara seperti halnya Syekh Pujiono diwaktu lalu, dijamin dapet yang sesuai. Tapi membuat keluarga yang rukun dan damai ?

hmmm…. Jangankan menyatukan tujuh kepala dalam satu keluarga (suami, istri, anak, orang tua dan mertua), menyatukan persepsi pasangan suami istri saja masih sulit dilakukan setiap orang. Ada Ego yang berbicara, ada kepentingan, ada keinginan, ada harapan pula.

Secara pribadi, keluarga yang rukun damai bisa pula menjadi ukuran pantas tidaknya seseorang menjadi pemimpin. Mengapa ? yah, wajar aja. Karena jika seseorang yang berkeluarga tak berhasil menanamkan kepercayaan dan rasa cinta pada internal keluarga, bagaimana nantinya kalo berhadapan dengan masyarakat ataupun kelompok yang bertentangan ? yang tentunya jauh lebih banyak kepala, lebih banyak ego dan kepentingan.

Yah, ini sih cuman pendapat saya pribadi saja loh. Keluarga adalah nomor satu. Sedangkan alternatif yang saya sebutkan pada awal tadi hanyalah sebagai pendukung. Bagaimana dengan Anda ?

> PanDe Baik saat menulis posting ini ditemani MiRah GayatriDewi yang sudah mulai belajar merangkak dan juga Istri yang selalu setia untuk diajak bertukar pikiran. Ohya, sound backgroundnya, lagu anak-anak yang dinyanyikan oleh Tasya saat ia kecil dahulu. ‘Ambilkan bulan Bu…. Yang slalu bersinar dilangit….. Untuk menemani tidurku yang lelap……’ <

Salam dari PuSat KoTa DenPasar

Comments

Postingan Lain

Jodoh di Urutan ke-3 Tanda Pesawat IG

Kata Orangtua Jaman Now, Jodoh kita itu adanya di urutan ke-3 tanda pesawat akun IG.  Masalahnya adalah, yang berada di urutan ke-3 itu bapak-bapak ganteng brewokan berambut gondrong.  Lalu saya harus gimana ?  #jodohurutanketigadipesawat  Mestinya kan di urutan SATU ?

Mewujudkan Agenda Cuti Bersama Lebaran

Tampaknya di Hari terakhir Cuti Bersama Lebaran, sebagian besar rencana yang ingin dilakukan sejak awal liburan sudah bisa terwujud, meski masih ada beberapa agenda lainnya yang belum bisa dijalani.  Satu hal yang patut disyukuri, setidaknya waktu luang jadi bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan tertunda beberapa waktu lalu.  1. Migrasi Blog Aksi pulang kampung ke laman BlogSpot tampaknya sudah bisa dilakukan meski dengan banyak catatan minus didalamnya. Namun setidaknya, harapan untuk tidak lagi merepotkan banyak orang, kedepannya bisa dicapai. Sekarang tinggal diUpdate dengan postingan tulisan tentang banyak hal saja.  2. Upload Data Simpeg Melakukan pengiriman berkas pegawai ke sistem online milik BKD rasanya sudah berulang kali dilakukan sejauh ini. Termasuk Simpeg Badung kali ini, yang infonya dilakukan pengulangan pengiriman berkas dengan menyamakan nomenklatur penamaan file. Gak repot sih sebenarnya. Tapi lumayan banyak yang harus dilengkapi lagi. 

Warna Cerah untuk Hidup yang Lebih Indah

Seingat saya dari era remaja kenal baju kaos sampai nganten, isi lemari sekitar 90an persen dipenuhi warna hitam. Apalagi pas jadi Anak Teknik, baju selem sudah jadi keharusan.  Tapi begitu beranjak dewasa -katanya sih masa pra lansia, sudah mulai membuka diri pada warna-warna cerah pada baju atasan, baik model kaos oblong, model berkerah atau kemeja.  Warna paling parah yang dimiliki sejauh ini, antara Peach -mirip pink tapi ada campuran oranye, atau kuning. Warna yang dulu gak bakalan pernah masuk ke lemari baju. Sementara warna merah, lebih banyak digunakan saat mengenal ke-Pandean, nyaruang antara warna parpol atau merahnya Kabupaten Badung.  Selain itu masih ada warna hijau tosca yang belakangan lagi ngetrend, merah marun atau biru navy. Semua warna dicobain, mengingat hidup rasanya terlalu sederhana untuk dipakein baju hitaaaaam melulu.  Harapannya bisa memberikan warna pada hidup yang jauh lebih cerah, secerah senyum istri pas lagi selfie. 

Semua Berakhir di 5 Besar Teruna Teruni Denpasar 2024

Bermula dari coba-coba lalu masuk menjadi 5 Besar Finalis Teruna Teruni Denpasar Tahun 2024, putri kami Pande Putu Mirah Gayatridewi ternyata masih berusia 15 Tahun saat Grand Final dilaksanakan di Gedung Dharma Negara Alaya Lumintang Kota Denpasar, hari Minggu 18 Februari 2024 kemarin. Berhasil menyisihkan puluhan peserta dengan tingkat prestasi berskala Kab/Kota, Provinsi dan Nasional, ia mendapatkan undangan dari Panitia TTD untuk mengikuti perhelatan bergengsi ini, pasca meraih Juara Pertama Teruna Bagus Teruni Jegeg Sisma -SMAN 7 Denpasar Tahun 2023 lalu. Sehingga batas bawah Umur Peserta yang seharusnya 16 Tahun, infonya ditoleransi mengingat usianya sudah jalan menuju angka 16 sebulan kedepan.  Meski hanya sampai di peringkat 5 Besar, kami semua turut bangga mengingat ini adalah kali pertama putri kami mengikuti ajang tingkat Kab/Kota, menjadikannya sebagai Finalis Termuda diantara peserta lainnya. Bahkan kami dengar, merupakan siswa pertama di sekolahnya yang lolos hingga jenja

62 Tahun Bang Iwan Fals

Pekan ini Bang Iwan Fals kalau gak salah genap berusia 62 tahun. Umur yang gak muda lagi meski masih sering melahirkan karya-karya baru bareng anak-anak muda milenial.  Saya mengenal lagu-lagu Bang Iwan tepatnya di era Album Wakil Rakyat. Sebuah karya jelang Pemilu 1988 yang mengetengahkan lagu soal para legislatip yang biasa bersafari, dengan keragaman perilaku mereka di jaman itu.  Lirik lagunya tergolong sederhana, dan aransemennya juga mudah diingat. Gak heran di jaman itu pula, saya kerap membawakan lagu Wakil Rakyat sebagai lagu kebanggaan pas didaulat nyanyi didepan kelas, didepan 40an anak kelas 4 atau 5 kalau gak salah.  Dan ada juga beberapa karya sang musisi, yang dibawakan sesekali macam Kereta Tua atau Sore Tugu Pancoran yang bercerita soal si Budi kecil.  Terakhir menyukai karya Bang Iwan kalau ndak salah di album Suara Hati (2002). Yang ada track Untuk Para Pengabdi dan Seperti Matahari. Dua lagu favorit saya di album itu. Setelahnya hanya sebatas suka mendengar sebagian